Oleh: Uli Akbar
SEMUA orang pasti menginginkan keberuntungan. Sehingga tak jarang tolak ukur keberhasilan ataupun keberuntungan tersebut bersifat material. Bahkan kegagalan akan menjadi sesuatu yang mengecewakan. Bila keinginan duniawinya tak tercapai, maka dengan mudahnya kekecewaan itu menghampiri.
Namun, apakah demikian defenisi daripada keberuntungan di dalam Islam? Keberuntungan seorang muslim tidaklah identik dengan material duniawi. Karena jauh di depan sana manakala seorang muslim berhasil masuk ke dalam surga-Nya kelak maka itulah keberuntungan terbesar yang pernah ada.
Ada banyak keberuntungan di dalam Islam, keberuntungan tersebut setara dengan setiap tetes kenikmatan yang selama ini Allah berikan kepada kita.
Dan jika kita ingin menghitungnya pun, rasa-rasanya jika semua air di bumi ini kita kumpulkan dan di tambah lagi dengan seluruh ranting-ranting yang ada maka yang kita temui hanyalah begitu tak sebandingnya nikmat yang Allah berikan kepada kita.
Keberuntungan memiliki antonim ataupun lawan katanya kerugian. Berkaitan dengan kerugian ini, ternyata Allah begitu cintanya kepada hamba sehingga menawarkan obat bagi siapa saja yang mengharapkan keberuntungan dan jauh dari kerugian di dalam kehidupannya.
Tentunya tanpa harus melakukan tradisi-tradisi yang bertentangan dengan syariat Allah dan tauladan yang diberikan oleh Rasulullah.
Ada empat hal yang Allah tawarkan sebagai penawar dan pencegah kerugian di dalam kehidupan, diantaranya ialah iman yang benar, amal shalih yang banyak, senantiasa saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.
Jika seorang muslim mampu mengaplikasikan obat yang Allah berikan tersebut setiap waktu dalam kehidupannya. Dengan izin Allah, kita akan menjadi manusia paling beruntung di dunia dan akhirat dan terhindar dari kerugian keduanya. Semoga kita senantiasa menjadi muslim yang beruntung, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin.[]