Foto : Google |
DALAM Islam doa merupakan senjata
terampuh bagi umat muslim. Doa adalah bukti bahwa seorang hamba itu lemah,
sehingga ia membutuhkan pertolongan dari Rabbnya, Allah. Namun ini tidak menunjukkan
bahwa Allah berada di langit. Melainkan bahwa langit adalah kiblatnya doa.
Seperti halnya Ka’bah yang merupakan kiblatnnya shalat, bukan berarti Allah di
dalam ka’bah. Namun, banyak sekarang umat Islam tidak mengetahui hal ini,
sehingga sebagian dari mereka menganggap bahwa dengan menengadahkan tangan
ke arah langit bahwa Allah itu berada di langit,TIDAK!!!
Adapun penjelasan seperti yang dituturkan oleh para ulama
Ahlusunnah Wal Jama’ah, seperti al-Imam al Mutawwali (Wafat 478 H) dalam kitabnya
al-Ghun-yah, al-Imam al-Ghazali(wafat 505 H) dalam kitabnya Ihya
‘Ulum ad-Din, al-Imam Nawawi (wafat 676 H) dalam kitabnya Syarh Shahi
Muslim bahwa ketika seseorang menengadahkan kedua tangannya ke arah langit
ketika berdoa, hal ini tidak menandakan bahwa Allah berada di arah langit. Akan
tetapi karena langit adalah kiblat doa dan merupakan tempat turunnya rahmat dan
barakah. Sebagaimana apabila seseorang melakukan shalat, ia menghadap ke
ka’bah, hal ini tidak berarti bahwa Allah berada di dalamnya. Akan tetapi
karena ka’bah adalah kiblat shalat.
Kemudian al- Imam Abu Ja’far ath-Thahawi semoga Allah meridhai
beliau, (227-321 H) berkata:
“Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi
Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota
badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang
kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya). Dia
tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri,
depan dan belakang) tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi enam arah penjuru
tersebut.”
Di dalam perkataan al- Imam Abu Ja’far ath-Thahawi di atas
merupakan ijma’ para sahabat dan ulama salaf atau para ulama yang hidup pada
tiga abad pertama hijriyah. Jadi, tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di satu
tempat atau di mana-mana. Dan juga tidak boleh dikatakan Allah ada di satu arah
atau semua arah penjuru.
Al-Imam Abu Hasan al- Asy’ari (wafat 324 H) semoga Allah meridhainya,
berkata:
“Sesungguhnya Allah ada tanpa tempat,” (Diriwayatkan oleh al
Bayhaqi dalam al Asma’wa ash-Shifat).
Jadi, jelas bahwa menengadahkan tangan ke arah langit bukan berarti
Allah di langit, melainkan langit ialah kiblatnya doa dan tempat turunnnya
rahmat dan barakah. Dan Allah bukan di langit dan bukan di mana-mana, tetapi
Allah ada tanpa tempat. Semoga bermanfaat. [Nurmalasari]