T Lembong Misbah |
BANYAK orang di Nusantara ini beranggapan khususnya di Aceh bahwa menanam pohon kelapa gading di pekarangan depan rumah tidak baik.
Alasan yang acapkali muncul adalah akan memunculkan efek ketidakbaikan terhadap kehidupan rumah tangga. Hal ini sepertinya menjadi kepercayaan turun temurun yang sekalipun kebenarannya belum dapat dibuktikan secara ilmiah.
Konon jika kita telisik lebih jauh, dimana
khasiat atau manfaat buah kelapa gading ini cukup baik untuk kesehatan. Diketahui,
ada sejumlah khasiat yang terkandung dalam kelapa gading tersebut yaitu berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh,
baik untuk kesehatan tulang, mencegah osteoporosis, baik untuk kesehatan
jantung, mencegah penuaan dini, melancarkan pencernaan, menjadikan gigi lebih
kuat,, mengatasi batu ginjal, aman dan baik bagi ibu hamil, sebagai makanan
diet, anti diabetes, mencegah hipertensi, mencerahkan kulit, baik untuk
kesehatan rambut, menjadikan rambut halus dan lain-lain.
Khasiat di atas tentunya sangat berbanding
terbalik dengan apa yang diyakini sebagai pembawa malapetaka di dalam keluarga,
malahan ada teman yang ribut dalam keluarganya gegara menebang pohon kelapa
gading yang di tanam di depan rumahnya.
Menurut pengakuan sang teman ia begitu menyukai buah kelapa gading, karena rasanya yang manis dan legit membuat tubuhnya fit dalam bekerja, namun karena istrinya terpengaruh oleh omongan orang lain akan bahaya menanam pohon kelapa gading di halaman depan serta merta menebang tanpa memberi tahu sang teman saat dirinya di luar daerah.
Efek penebangan itu, alih-alih membuat keluarganya tenang malahan menjadi awal keributan dalam keluarganya yang sebelumnya sangat harmonis.
Menurut pengakuan sang teman ia begitu menyukai buah kelapa gading, karena rasanya yang manis dan legit membuat tubuhnya fit dalam bekerja, namun karena istrinya terpengaruh oleh omongan orang lain akan bahaya menanam pohon kelapa gading di halaman depan serta merta menebang tanpa memberi tahu sang teman saat dirinya di luar daerah.
Efek penebangan itu, alih-alih membuat keluarganya tenang malahan menjadi awal keributan dalam keluarganya yang sebelumnya sangat harmonis.
Karena itu, kadang ada benarnya juga apa yang
disampaikan oleh Ust. Fijar, ia menyebutkan bahwa persoalan larangan menanam
kelapa gading sangat terkait dengan politik kolonial Belanda yang tidak menginginkan
bangsa daerah jajahannya menjadi sehat, sebab mereka tahu betul akan khasiat
dan manfaat dari buah kelapa gading ini.
Walau demikian ada juga yang menyebutkan bahwa
larangan menanam kelapa gading itu dipercayai dari terawangan Feng Shui, pohon kelapa tidak baik baik ditanam di depan rumah, karena
memiliki batang yang kecil dan tipis sehingga membuat aura yang cenderung
memotong atau membelah. Semakin kecil batang semakin tajam, artinya
semakin kurang baik bagi penghuni rumah.
Terawangan Feng Shui itu, tampak berbenturan
dengan Firman Allah:
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." {Q.S. Ibrahim : 24 -25}.
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." {Q.S. Ibrahim : 24 -25}.
Sekalipun ayat di atas tidak menyebutkan secara
eksplisit buah kelapa, namun secara implisit dapat dipahami sebagai pohon
kelapa, jika demikian al-Qur’an menyebutkan bahwa buah kelapa itu baik untuk
dikonsumsi oleh manusia dan tentunya dianjurkan untuk ditanam.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
“Katakanlah Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?“ Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?“{Q.S. al-an’am: 50}.
“Katakanlah Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?“ Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?“{Q.S. al-an’am: 50}.
Terlepas dari apa yang disebutkan di atas,
yang jelas kita acapkali mempercayai sesuatu yang kita belum tau kebenarannya,
malahan ketidakbenaran kerap pula kita jadikan sandaran kebenaran.
Seyogyanya kita tidaklah beriman seperti mempercayai kelapa gading yang kita sendiri belum tahu betul akan kebenarannya. Sejatinya sebagai muslim yang baik kita beriman kepada keterangan-keterangan yang terpercaya berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits serta pendapat para ulama yang mu’tabar:
Seyogyanya kita tidaklah beriman seperti mempercayai kelapa gading yang kita sendiri belum tahu betul akan kebenarannya. Sejatinya sebagai muslim yang baik kita beriman kepada keterangan-keterangan yang terpercaya berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits serta pendapat para ulama yang mu’tabar:
Allah berfirman: “Dan di (Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam) menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk." [al-A’râf:157].
Dalam hadist qudsi Allâh berfirman:
“Sesungguhnya setiap harta yang Aku berikan kepada hamba-Ku, maka itu adalah halal bagi mereka. Dan Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (lurus). Lalu setan mendatangi mereka, dan menyeret (menyimpangkan) mereka dari agama mereka (yang lurus), serta mengharamkan atas mereka yang Aku halalkan bagi mereka”. [HR. Muslim hadits no.2865].
Dalam hadist qudsi Allâh berfirman:
“Sesungguhnya setiap harta yang Aku berikan kepada hamba-Ku, maka itu adalah halal bagi mereka. Dan Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (lurus). Lalu setan mendatangi mereka, dan menyeret (menyimpangkan) mereka dari agama mereka (yang lurus), serta mengharamkan atas mereka yang Aku halalkan bagi mereka”. [HR. Muslim hadits no.2865].
Semoga saja kita tidak termasuk orang-orang
yang mengharamkan yang halal dan mengharamkan yang halal karena ketidakmauan
atau kejumudan kita dalam mencari kebenaran tentang apa yang kita percayai dan
yang kita lakukan.
T.Lembong
Misbah adalah Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.
Bisa dihubungi di email : Lembong.info@gmail.com.