Illustrasi Mahasiswa. (foto: unsplash) |
Oleh Saadatul Abadiah
WASATHA.COM, BANDA ACEH - Wabah corona virus 2019 atau COVID-19 adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh SARS-CoV-2. Penyakit ini mengakibatkan pandemi corona virus.
Penderita COVID-19 dapat mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas.
Sakit tenggorokan, pilek, atau bersin-bersin lebih jarang ditemukan. Pada
penderita yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan
kegagalan multiorgan.
Hadirnya wabah COVID-19, membuat gaduh warga
di seluruh dunia. Indonesia menjadi bagian dampak dari virus tersebut, tidak
terkecuali Aceh termasuk ke dalam daftar serangan virus corona.
Virus ini menyebar dengan cepat dan aneh. Hampir
sebagian penjuru dunia diambil alih oleh virus yang tidak tampak kita lihat dengan
kasat mata itu.
Kehadirannya menjadi hal yang sangat
ditakuti oleh kalangan manusia. Kekhawatiran bahkan hadir dibenak kita, cemas
akan kondisi kesehatan yang sedang tidak baik baik saja.
Akibat dari isu virus corona, kita
disibukkan mencari dan menjual masker untuk dipakai, agar terhindar dari virus
corona. Hingga 12 Maret yang lalu, Pemerintah Aceh mengimbau cara pencegahan
virus corona.
Lebih lanjut, untuk memperketat pencegahan
penyebaran virus ini sejumlah sekolah dan perguruan tinggi juga ikut diliburkan
dalam jangka waktu 14 hari kedepan. Surat keputusan pemberhentian kuliah secara
tatap muka secara resmi telah dikeluarkan oleh setiap kampus.
Dari pantauan wasatha.com, kampus UIN
Ar-Raniry salah satu perguruan tinggi yang berada di Banda Aceh melakukan kesiapsiagaan
dengan meliburkan perkuliahan secara tatap muka namun dialihkan dengan kuliah
sistem online.
BACA: Breaking News: UIN Liburkan Kampus, Kuliah Sistem Online!
BACA: Ternyata Sejumlah Dosen UIN Lebih Suka Kuliah Online
BACA: Breaking News: UIN Liburkan Kampus, Kuliah Sistem Online!
BACA: Ternyata Sejumlah Dosen UIN Lebih Suka Kuliah Online
Dihubungi via WhatsApp, dalam hal ini Syahril
Furqany dosen pengajar di lingkungan kampus setempat menerangkan bahwa dengan ditetapkannya
surat keputusan kuliah berbasis daring (online) maka ia selaku pengampu mata kuliah
di salah satu Fakultas UIN Ar-Raniry akan memberlakukan sistem kuliah online
seperti apa yang telah di intruksikan.
Ia menjelaskan akan segera mempraktikkan
kuliahnya dengan memanfaatkan bantuan aplikasi yang ada, seperti Google Form, Google
Class Room, dan Zoom.
"Untuk kelancaran proses perkuliahan,
saya akan menggunakan tiga cara sebagai berikut: Pertama, dengan cara penugasan
yang dapat dilakukan pengirimannya secara daring (online). Salah satunya dengan
memanfaatkan Google Form sebagai media pengumpulan tugas. Kedua, kuliah online
tidak live menggunakan Google Class Room. Ketiga kuliah secara online Live
(akan dilaksanakan), salah satu aplikasinya adalah Zoom yang gratisan bisa
digunakan multi platform seperti Windows, Mac, Android dan IOS," jelasnya.
Jika menggunakan aplikasi Zoom,
masing-masing mahasiswa wajib menginstal kemudian akan diatur jadwal
kesepakatan antara dosen dan mahasiswa untuk mengikuti kelas dan mereka wajib
join ke ruang online yang dibuat.
"Selama online maka mahasiswa dapat
bertanya secara langsung, ” terangnya.
Namun terlepas dari antisipasi pencegahan
penyebaran virus dengan meliburkan kuliah bertatap muka dan memulai dengan kuliah
berbasis daring (online), ternyata ada keresahan tersendiri terhadap proses
kuliah online ini.
Roni sebagai Mahasiswa UIN Ar-Raniry
menyatakan dibalik antisipasi tersebut juga terdapat kegelisahan akan sistem
perkuliahan yang dilakukan secara online dikarenakan kurangnya kedisiplinan
terhadap mahasiswa untuk menyelesaikan tanggung jawab.
"Kalau menurut saya pribadi, berkenaan
dengan diberlakukan kuliah sistem online kurang efektif, karna dengan
diberlakukan sistem belajar online ini seorang dosen itu tidak tau lebih jelas
apakah mahasiswa nya itu melakukan sesuai dengan apa yang telah diberlakukan
berkaitan dengan proses belajar mengajar,” katanya.
Selain itu, menurutnya bisa saja mahasiswa
di rumah menggunakan android tapi bukan untuk kuliah sistem online tetapi
mereka lebih banyak memanfaatkan untuk keperluan lain seperti, main game, instagram,
youtube, dan lain-lain.
BACA: Dampak Isu Corona, Ini Harga Satuan Masker di Banda Aceh
BACA: Shaf Corona
BACA: Dampak Isu Corona, Ini Harga Satuan Masker di Banda Aceh
BACA: Shaf Corona
Lain halnya dengan Roni, Habibul Jamadi mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, prodi Pengembangan Masyarakat Islam menyatakan kekhawatiran
yang berbeda mengenai kuliah berbasis online.
Ia mencemaskan keadaan mahasiswa yang
ketinggalan informasi akibat tidak mempunyai smartphone ataupun sejumlah
kendala lainya.
"Terkait dengan kuliah online, memang
di era modern saat ini banyak yang menggunakan alat teknologi, saya setuju,
namun perlu di pertimbangkan juga, karena tidak semua orang atau mahasiswa yang
menggunakan alat teknologi tersebut, seperti smartphone dan laptop,” katanya.
Akan tetapi menurutnya pada saat ini karena
banyak resah dengan virus Corona, maka kuliah online tersebut sangat mendukung
untuk antisipasi penyebaran covid-19 itu.[]