Iklan

Iklan

Cocoklogi Corona

3/29/20, 13:47 WIB Last Updated 2020-03-29T06:53:16Z


Cocoklogi Corona juga menyentuh wilayah tafsir atau hadits-hadit futuristik, kajian masa depan, yang menyebut virus ini sebagai pasukanYa’juz dan Ma’juz akhir zaman yang dikirim kepada manusia yang sudah bebal dan durhaka kepada Sang Kuasa.


Arif Ramdan


PANDEMI Covid-19 telah mengubah tatanan wajah dunia saat ini, dari aspek ekonomi, politik, dan perilaku manusia juga berubah saat menyikapi masalah wabah yang mendunia ini. Corona menjadi isu teratas di setiap kanal informasi, termasuk di sosial media yang kadang membuat kita merenung lebih dalam, apa sesungguhnya yang sedang terjadi saat ini.

Kebutuhan akan informasi yang benar, akurat, dan bertanggungjawab perihal Corona menjadi menu wajib penduduk bumi saat ini, termasuk warga Indonesia. “Di Rumah Saja” tidak berarti menutup diri dari informasi, masyarakat memerlukan info yang benar dan akurat selain juga memperkaya pengetahuan berkait Corona. Ini yang ideal, tetapi lihat sesungguhnya apa yang terjadi di sebalik pandemi ini meluas.

Di saat manusia kembali dirumahkan, maka perilaku berinteraksi di dunia maya akan meningkat. Aktvitas chat melalui saluran media sosial, semisal WhatsApp menemukan momentumnya justru saat di rumah. Masyarakat banyak berbagi informasi melalui laman media sosial tersebut, semua berkait informasi terkini Corona terbagikan serentak di hampir semua grup-grup WhatsApp. Manfaat? Bisa jadi ‘ya’, jika informasi yang dibagi adalah kebutuhan pengetahuan yang dicari selama serangan wabah ini berlanjut.

Tetapi, coba perhatikan narasi-narasi religius berkait Corona yang banyak keluar dari inti pokok masalah penanganan wabah ini. Sebagian kita, dalam masa-masa seperti ini berubah menjadi pribadi yang doyan menyebar konten religi penyemangat hidup dan sarana bertobat. Sampai di sini, kita bisa menerima dan berterima kasih karena mendapat nasihat yang dapat dijalankan sebagai introspeksi diri.

Belakangan pesan-pesan berkonten religius yang muncul mulai mengundang tanya, benar atau tidak informasi tersebut. Masih ingat? Pesan berantai penggalan halaman Iqra, buku belajar membaca Alquran yang popular di tanah air, yang memuat kata “Qa Ra Na”. Contoh kebetulan ini menjadi diskusi panjang, dan menuai kontroversi. Narasi yang dibangun oleh si pembuat konten menyebutkan Corona telah disebutkan di dalam buku Iqra sejak puluhan tahun lalu. Hoaks ini menyita para pemerhati kebenaran, karena hanya dikait-kaitkan saja alias tidak ada hubungan apa pun dengan Covid-19 di awal kemunculannya.

Tidak kalah menarik, model ilmu cocok mencocokan (Cocoklogi) kata saat ini lagi popular dan menemukan momentumnnya jika ia tersebut di dalam kita suci.  Haqqul yakin, semua pernah menerima pesan berkait Corona di dalam Alquran Surat Al Ahzab ayat 33. Begini narasinya: Wa qorna fi buyutikunna wa la tabarrajna tabarrujal jahiliyyatil ula wa aqimnash sholata wa atinaz zakata wa athiqnallaha wa rasulahu, innama yuridullahu liyudzhiba 'ankumurrijza ahlal baiti wayuthohhirakum tadhhira.

Ayat di atas dihubung-hubungkan dengan kata Corona, sebagaimana bunyi Wa Qorna dikaitkan dengan kata Corona.  Model cocoklogi ini kembali trend saat arahan untuk beraktivitas di rumah sedang digalakkan pemerintah. Pembuat konten cocoklogi itu, mengklaim kata 'qorona' yang di awal ayat adalah virus corona.  Dikaitkan pula ayat tersebut dengan anjuran pemerintah untuk tetap tinggal di rumah karena virus Corona. Sepertinya benar cocoklogi ayat itu tetapi sangat keliru, begitulah kebohongan konten religius atas nama ayat diproduksi oleh yang tidak bertanggungjawab.

Ayat ini merupakan perintah berdiam diri di rumah bagi para ahlul bait istri-istri nabi agar tidak menyerupai perilaku wanita jahiliyah terutama dalam hal bersolek. "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliyah dahulu, dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."

Menariknya, konten ayat Corona ini berseliweran di platform sosial media yang juga banyak dihuni para melek ilmu. Tanpa merasa berdosa langsung meneruskan Corona ‘versi’ ayat Alquran ini. Tentu ini hal keliru, cocoklogi yang lagi tren saat ini dibuat oleh mereka yang tidak memiliki ilmu memadai dalam bidang agama. Para pemikir cocoklogi biasa mencari sensasi dalam situasi yang serba tidak pasti seperti sekarang ini.
            
Cocoklogi adalah fenomen yang terjadi saat ini di kalangan masyarakat dunia, di Indonesia khususnya di Aceh, model ‘ilmuan’ cocoklogi juga banyak berkeliaran. Mereka menarasikan banyak hal yang kira-kira cocok dinarasikan sebagai pengetahuan baru, diduga-duga, dan tidak sedikit cocoklogi ini berujung hoaks menyesatkan. Cocoklogi Corona juga menyentuh wilayah tafsir atau hadits-hadist futuristik, kajian masa depan, yang menyebut virus ini sebagai pasukanYa’juz dan Ma’juz akhir zaman yang dikirim kepada manusia yang sudah bebal dan durhaka kepada Sang Kuasa.

Tidak sedikit juga, dalam situasi kampanye meminimalisir wabah ini, ada da’i yang mendakwah virus ini sebagai tentara Allah yang diutus untuk menghancurkan mereka para pendosa dan yang banyak maksiat kepada Tuhan. Meski data terakhir menunjukan kepada kita bahwa Corona tidak mengenal ras, suku, bangsa, dan agama. Semua kena! Jika tidak mematuhi protokol medis yang sudah diumumkan.

Mari secara sadar berhenti dan menghentikan narasi agama yang keliru dalam menyiarkan informasi wabah ini. Benar, bahwa setiap pribadi muslim perlu introspeksi dan melakukan amaliah ruhani agar terhindar dari wabah mematikan ini. Cukup sampai di situ menarasikan ajakan bertobat, tidak perlu mengutip ayat atau hadist yang justru tidak tepat dan bahkan dipaksakan.

Informasi bohong yang membonceng nila-nilai syariah dapat merusak kesucian risalah Islam. Kita dan siapa saja yang peduli akan pemenuhan informasi sehat kepada masyarakat, wajib mengatakan ‘stop’ dan tidak ikut menyebar informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. [Arif Ramdan]




                                                   





Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Cocoklogi Corona

Terkini

Topik Populer

Iklan