Oleh Hafidz Agusyal, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran
Islam UIN Ar-Raniry
WASATHA.COM - Dampak Wabah Corona yang tengah melanda
seluruh dunia termasuk Indonesia dan Aceh, nampaknya berbuntut panjang hingga
ke segala aspek. Salah satunya yang dirasakan Mahasiswa Aceh.
Virus Corona, benda kecil berukuran 15 Nano ini
mengakibatkan jadwal perkuliahan amburadul. Kuliah online yang tak kunjung usai
menjadi faktor utama mahasiswa kelimpungan.
Masalah utamanya, mahasiswa harus bolak balik mengisi kuota
internet untuk menyambung dahaga tugas yang silih berganti datang. Belum lagi
jaringan yang terkadang tak bersahabat, menambah beban pikiran para pejuang
sarjana hingga stress tak karuan.
Lantas, bagaimana dengan SPP yang telah dibayar tiap
semester ? Apakah efektif dengan keadaan yang terjadi saat ini, mengingat
fasilitas kampus yang mungkin saja mulai usang karena tidak tersentuh hiruk
pikuk kegiatan akademik ?
Sebenarnya hal yang wajar jika mahasiswa mengeluhkan keadaan
seperti ini. Di satu sisi, pihak akademik juga tidak ingin proses belajar
mengajar terhambat, maka dari itu diterapkan kuliah secara daring atau Online.
Akan tetapi di sisi yang lain, Justru hal ini menguras
tenaga bahkan biaya yang tidak sedikit bagi para mahasiswa. Tidak usah terlalu
jauh, harga kuota paling murah saja sudah Rp15-20 ribu. Belum lagi uang makan atau
transportasi, bensin dan sebagainya.
Karena mengingat sebagian mahasiswa didominasi dari
perantauan. Tentunya diantara keduanya tidak ada yang perlu disalahkan, namun ada
baiknya jika saling memahami keadaan masing-masing di tengah kondisi yang masih
belum kondusif ini.
Lantas, efektifkah apabila dikembalikannya sebagian UKT mahasiswa
?