Foto : Google |
JATUH cinta
itu hal yang lumrah, semua manusia yang normal pasti (akan) mengalaminya.
Namun, cinta juga bisa sangat membahayakan diri, jika kita tidak bisa
mengendaikannya. Terlebih lagi cinta buta. Cinta yang tidak mau lagi melihat
dan mendengar hal lain selain cinta nya. Cinta yang melawan segalanya. Cinta
yang menggelapkan segala pandangan didepannya. Cinta yang menuntut ‘Dialah
segala-galanya’.
Cinta buta membuat
langkah-langkah terhenti. Perjuangan mencari ilmu menjadi terhambat. Seperti halnya
anak-anak remaja yang mengenal cinta terlalu dini, mereka banyak membuang-buang
waktu belajarnya untuk hal lain, memberi perhatian pada orang lain, sementara
dirinya, masa depannya, tidak lagi dipikirkan karena sibuk memikirkan ‘kekasihnya’.
Cinta buta tidak melihat
kekurangan dalam diri seseorang yang dicintai. Sedangkan seorang yang jiwanya
terus berjalan kearah kebenaran, mengetahui bahwa tidak ada makhluk yang
sempurna. Pasti semua manusia punya aib-aib dalam dirinya. pasti ada
kekurangan-kejurangan yang menjadikannya tampak lemah. Dengan demikian (melihat
kekurangan-kekurangan dalam diri seseorang), cinta buta pasti tidak akan pernah
terjadi.
Sebuah motivasi bijak dari Ibnu
Al-Jauzi :
“Hati orang-orang arif selalu
berada dalam proses naik ke objek pengetahuannya, hingga ia pun mengambil
pelajaran ditempat yang memberikan pelajaran. Sedangkan kejumudan orang-orang
yang lalai pada kondisi yang dijalaninya dan kelalaian mereka akan tingkatan
yang lebih tinggi darinya, menyebabkan mereka bakal ditawan, dijajah dan
kebingungan” (Ibnu Al-Jauzi)
Ibnu Al-Jauzi juga mengatakan
bahwa, “jiwa orang-orang yang mempunyai kesadaran selalu berada dalam
kondisi mendaki dari satu tingkat ketingkatan yang lebih tibggi. Sehingga ia
tidakakan terhenti pada seseatu yang menawannya. Pemicu pendakiaannya adalah
merenungkan kekurangan-kekurangan dan aib-aib seseorang yang menawan itu”.
Dengan demikian, maka hatinya tidak akan buta. Maka cintanya tidak akan tumbuh
dan menjajah dirinya lebih jauh. [Nurhalimah]