Foto : Google |
SIAPA si yang
tidak mengenal Zaid Ibn Tsabit. Sosok luar biasa yang sudah cukup berjasa dalam
dakwah Islam hingga tersebar luas di atas muka bumi ini. Zaid ibn Tsabit
merupakan salah satu tokoh Islam serta sahabat Rasulullah yang diberikan
keistimewaan luar biasa oleh Allah. Sejak kecil, sejak pertama Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam datang berhijrah ke Madinah ia memilih untuk masuk
Islam bersama keluarganya.
Zaid bin Tsabit ialah mujahid
Islam yang memiliki rasa cinta yang luar biasa kepada Allah dan Rasul-Nya. Hal
ini terbukti saat ia ingin ikut berjuang dalam Perang Uhud. Ia pergi bersama
kawan sebayanya untuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berharap
beliau menerima mereka dan meletakkan dalam barisan perang para pejuang.
Namun, hal yang sangat di
sayangkan Zaid dan beberapa temannya tidak diizinkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk ikut bergabung di Perang Uhud. Karena
menurut Rasulullah usia mereka masih belia dan tubuh mereka masih lemah maka
Rasulullah menjanjikan untuk mengajak mereka dalam perang yang akan datang.
Demikianlah, Zaid dan saudara-saudaranya mulai melakukan peran sebagai prajurit
fi sabilillah berawal dalam perang Khandaq pada tahun 5 Hijriyah.
Sosok Zaid sebagai muslim dan
mukmin, tumbuh begitu luas dan mengagumkan. Namun, zaid tidak hanya tumbuh
menjadi seorang mujahid yang mengagumkan, melainkan menjadi pelajar yang memiliki
multi-keistimewaan. Zaid mampu menghafal Al- Quran dan menulis wahyu untuk
Rasulullah serta unggul dalam hal ilmu dan hikmah.
Tidak hanya ahli dalam berbagai
bidang di atas, namun Zaid adalah seorang muslim yang mampu mempelajari beragam
bahasa dalam waktu yang relatif singkat. Lagi dan lagi, hal ini terbukti ketika
Rasulullah mulai menyampaikan dakwah Islam ke dunia luar dan mengirimkan
sejumlah surat kepada raja dan kaisar di penjuru dunia, beliau memerintahkan
Zaid untuk mempelajari bahasa mereka dan zaid pun mampu mempelajari
bahasa-bahasa dalam waktu singkat.
Dalam diri laki-laki yang
memiliki pribadi yang agung inilah Al-Quran dapat terhimpun. Dan ia telah Allah
takdirkan untuk mendapat tugas termulia sepanjang sejarah Islam, yaitu
menghimpun Al- Quran. Ia mengawali tugas mulia ini sejak wahyu mulai turun
memasuki relung hati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang diutus untuk memberi peringatan dan
membuka dakwah dengan empat ayat-Nya dalam Al- Quran Surah Al- ‘Alaq: 1-4.
Artinya: “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yag Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar
manusia dengan perantara kalam.”
Zaid terus menghimpun Al- Quran
sejak awal turunya wahyu yang terus menyertai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam. Wahyu yang turun secara berangsur-angsur kemudian Rasulullah membaca
dan menyampaikannya. Selama kurang lebih 21 tahun Al- Quran diturunkan satu
ayat demi satu ayat atau beberapa ayat demi beberapa ayat, sesuai dengan
konteks dan asbabun nuzul-Nya.
Al- Quran tidak turun dalam satu
waktu atau satu kali dan secara keseluruhan karena Al- Quran bukanlah kitab
yang disusun maupun dikarang. Al- Quran adalah bukti otentik yang tidak bisa
diganggu gugat oleh siapa pun. Bahkan Al- Quran adalah kitab yang menjadi
rujukan terbaik bagi seluruh “umat baru” yang dibangun berdasarkan tabiat
manusia, satu demi satu dan hari demi hari.
Begitu juga mendirikan akidah
umat, membentuk hati, pikiran dan kehendak sesuai dengan kehendak Ilahiyah.
Sebuah kehendak yang tidak memaksakan diri dari atas, tetapi menuntun
pengalaman manusia dari umat ini di jalan pemahaman yang sempurna terhadap
kehendak tersebut.
Karena itu, Al- Quran harus turun
secara berangsur-angsur dan sebagian demi sebagian agar bisa mengikuti
pengalaman yang berjalan dan tumbuh dalam situasi dan masa yang berubah serta
berbeda-beda.
Memasuki masa akhir turunnya Al-Quran
Rasulullah membacakan dihadapan kaum Muslimin secara berurutan surah dan
ayat-ayatnya. Ketika Rasulullah wafat, kaum Muslimin langsung disibukkan dengan
perang Riddah atau kata lainnya disebut dengan Perang Yamamah. Dalam Perang
Yamamah banyak sekali para pembaca dan hafidz Al- Quran yang gugur sebagai
syuhada.
Api kemurtadan yang dulu sempat
menjamur kini mulai terpadamkan, dan Umar segera mengambil tindakan untuk
menghadap Abu Bakar r.a. untuk mendesak agar seluruh kaum Muslimin segera
melakukan penghimpunan Al- Quran.
Setelah melakukan istikharah, Abu
Bakar segera memerintah Zaid untuk mulai menghimpun Al- Quran. Hal ini pun Zaid
lakukan untuk menyelamatkan masa depan Islam. Sungguh pekerjaan yang tidak
mudah. Ayat demi ayat dan surah demi surah ia kumpulkan dari dada para hufazh
serta dari tempat-tempat yang tertulis. Semuanya ia kerjakan dengan niat yang
ikhlas mengharapkan keridhoan dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Dan pada akhirnya fase pertama
pengumpulan Al- Quran dapat terselesaikan dengan baik dan penuh tanggung jawab
di dalam diri Zaid dan beberapa orang yang membantunya, sosok penghimpun Al-Quran
yang memiliki multi-keistimewaan.
Al- Quran yang kita baca saat ini
adalah jeri payah dari para pejuang hamba Allah tercinta. Betapa meruginya
kita, apabila tidak pernah mengenang jasa mereka, orang-orang terdahulu yang
telah berjuang mati-matian demi menegakkan agama yang sempurna ini. [Nurmalasari].