Banda Aceh- Keluarga adalah tempat pertama
seseorang belajar tentang cinta, empati, dan nilai kehidupan. Namun, kehangatan
keluarga tidak hadir begitu saja ia tumbuh dari kemampuan setiap anggotanya
untuk berbicara dengan hati, saling mendengarkan, dan saling memahami.
Komunikasi yang hangat dan tulus menjadi pondasi utama terciptanya hubungan
keluarga yang harmonis.
Dalam kehidupan modern yang serba
sibuk, banyak keluarga yang jarang meluangkan waktu untuk benar-benar
berbicara. Orang tua sibuk bekerja, anak tenggelam dalam gawai, dan akhirnya
interaksi menjadi dingin dan berjarak. Padahal, komunikasi yang baik bukan soal
seberapa sering kita berbicara, tetapi seberapa dalam kita mendengarkan dan
memahami satu sama lain.
Islam menekankan pentingnya ucapan
yang lembut dan penuh kasih dalam kehidupan keluarga. Allah SWT berfirman:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka telah mendidikku waktu
kecil.’" (QS. Al-Isra [17]: 24)
Ayat ini menegaskan bahwa berbicara
dengan hati adalah bentuk kasih sayang yang tulus, terutama kepada orang tua.
Rasulullah SAW pun menjadi teladan dalam hal ini beliau berbicara dengan lembut
kepada istri, anak, dan para sahabatnya, tanpa meninggikan suara atau menyakiti
perasaan.
Berbicara dengan hati berarti
mengutamakan rasa di atas ego, mendengar tanpa menghakimi, dan menasihati
dengan kasih, bukan dengan amarah. Ketika komunikasi di rumah dilakukan dengan
cinta dan empati, setiap anggota keluarga akan merasa dihargai dan diterima apa
adanya.
Kehangatan keluarga bukan dibangun
dari rumah megah atau harta berlimpah, tetapi dari kata-kata yang menenangkan
dan sikap yang penuh kasih. Karena itu, mari kita jadikan komunikasi yang
jujur, lembut, dan penuh cinta sebagai kebiasaan dalam rumah tangga agar
keluarga menjadi tempat pulang yang selalu menenteramkan hati. [Cut Aisyah]
