Sejak kecil, Adz-Dzahabi sudah gemar akan ilmu pengetahuan. Ia senantiasa belajar kepada banyak guru, baik di Syam, Mesir, Hijaz, maupun di Damaskus. Dalam Al-Mu'jam, disebutkan, ia mempunyai sekitar 1.300 orang guru
IMAM adz-Dzhabi pengarang kitab al-Kaba`ir ini bernama lengkap Syekh Syamsuddin Muhammad bin Qaimaz at-Turkumani Al-Fariqi ad-Dimasqi asy-Syafii Adz-Dzahabi. Ia lebih populer dengan sebutan Imam Adz-Dzahabi. Ia dilahirkan pada tahun 673 H (1274 M) di Damaskus dan wafat pada 3 Zulkaidah 748 H (1348 M).
Ia dilahirkan pada Rabiul Akhir
673 H di Desa bernama Kafarbatna di dataran padang hijau Damaskus, di
tengah sebuah keluarga yang berasal dari Turkmenistan, yang ikut secara wala
kepada kabilah Bani Tamim, dan mereka menetap di kota Mayyafarqin dari daerah
Bani Bakar yang paling terkenal.
Adz-Dzahabi tumbuh di tengah
keluarga yang cinta ilmu dan beragama. Keluarga inilah yang memberikan
perhatian kepada beliau dengan mengirimnya kepada para syaikh kota Damaskus
yang terkenal. Dan adz-Dzahabi telah berhasil mendapat ijazah dari mereka
ketika masih kecil, sewaktu umurnya belum genap delapan belas tahun, perhatian
dan orientasinya sangat jelas untuk menuntut ilmu.
Perhatiannya bermula kepada ilmu
qiraah dan hadis; dan yang mendorongnya ke arah itu adalah kecerdasaannya yang
sangat jenius dalam berdiskusi dan memahami ilmu, dan kemampuannya yang luar
biasa dalam mengingat dan menghafal, serta cita-citanya yang tinggi untuk
bertemu para ulama dan berpetualang dalam menuntut ilmu.
Sejak kecil, Adz-Dzahabi sudah
gemar akan ilmu pengetahuan. Ia senantiasa belajar kepada banyak guru, baik di
Syam, Mesir, Hijaz, maupun di Damaskus. Dalam Al-Mu'jam, disebutkan, ia
mempunyai sekitar 1.300 orang guru. Sumber lain menyebutkan Al-Imam adz-Dzahabi
memiliki Mu’jam asy-Syuyukh (Daftar Guru-Guru) dia yang jumlahnya mencapai
3000-an orang (adz-Dzahabi wa Manhajuhu fi Kitabihi, Tarikhil Islam).
Adz-Dzahabi mencurahkan kesungguhan dalam mengambil kedua disiplin ilmu itu secara langsung dari syaikh-syaikh negeri Syam yang paling masyhur pada masa itu. Kemudian beliau bertualang ke Mesir dan Syam, dan beliau mengunjungi lebih banyak kota untuk tujuan yang mulia ini, hingga ilmu yang digapainya menjadi perumpamaan (tauladan).
Nama beliau pun mulai bergaung di dunia Islam, dan para penuntut
ilmu berdatangan dari segala penjuru, setelah beliau menjelma menjadi seorang
imam dalam ilmu qiraah, syaikh penghafal hadis yang ulung, seorang ulama yang
unggul dalam kritik hadis, dan ternama sebagai hujjah dalam al-Jarh wa
at-Ta’dil.
Adz-Dzahabi mendapat amanah menduduki
sejumlah jabatan keilmuan di kota Damaskus, di antaranya: pemberi khutbah,
pengajar, menjadi syaikh agung di sejumlah perguruan hadis, seperti Dar
al-Hadis di Turbah Umm ash-Shalih, Dar al-Hadis azh-Zhahiriyah, Dar al-Hadis wa
al-Qur’an at-Tankiziyah, dan Dar al-Hadis al-aFadhiliyah.
Dan semua kesibukan ini tidaklah
menghalanginya untuk melakukan penelitian akademis dan penulisan karya tulis.
Bahkan beliau telah meninggalkan kekayaan ilmiah yang besar dan penuh berkah,
di mana kitab-kitab dan karya tulis beliau mencapai 215 buah yang mencakup
disiplin: qiraat, hadis, mushthalah hadis, sejarah, biografi, akidah, ushul
fiqh, dan raqa’iq (ilmu etika berbicara).
Di akhir hidupnya Adz-Dzahabi
terkena cobaan, dan hidup tujuh tahun dalam kebutaan. Kemudian beliau wafat
malam Senin 3 Dzulqa’dah 748 H, dan dimakamkan di Bab ash-Shaghir di Damaskus.
[ardan]