Iklan

Iklan

Mengenal Sosok Ayatullah Ali Khomeini Tokoh Politik Berpengaruh dari Iran

12/23/22, 12:20 WIB Last Updated 2022-12-23T05:24:12Z

Oleh: Rahmat Nazar 


WASATHA.COM
- Wacana pemikir Islam tentang politik Islam mengalami sebuah dinamika terutama setelah semakin banyaknya pergolakan pemikir yang menyebabkan semakin bertambahnya khasanah intelektual Islam. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya paradigma pemikir agama dan politik yang mulai menarik minat para peneliti untuk mengkajinya kembali. Dominasi pemikir Barat dan isu perang terhadap Islam semakin menggiatkan para cendikiawan muslim untuk memperkenalkan kembali khasanah Islam yang selama ini sudah banyak terpengaruh oleh pemikiran Barat. Abad ke–19 hingga awal ke –21 memperlihatkan sosok buram wajah Dunia Islam. Hampir seluruh wilayah Islam berada dalam genggaman Barat.


Disamping itu, dunia Barat juga ternyata mengembangkan dan mencoba melakukan regenerasi gagasan pemikiran dan kebudayaan mereka ke tengah-tengah masyarakat muslim. Fakta kemajuan bangsa-bangsa di luar Islam pun menjadi salah satu pendorong cendikiawan muslim untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran politik Islam yang mampu menyaingi pemikiran-pemikiran politik Barat. Pada perkembangan selanjutnya semangat pembaharuan pemikiran tersebut, khususnya wacana sistem pemerintahan Islam, mengalami dinamisasi internal. Hingga muncul adanya pemikiran yang beragam dari para cendikiawan muslim.


Negara Iran dipimpin oleh para ulama, sebelumnya negara tersebut dipimpin oleh sebuah dinasti yang memimpin selama bertahun-tahun dan pemimpin terakhir mereka adalah Syah Reza Pahlevi dengan angkatan darat terkuat nomor lima di dunia ketika itu. Kekuasaan Pahlevi yang didirikan oleh Ridha Khan Pahlevi, yang berhasil menjatuhkan keluarga Qajariyah dan Ridha Khan Pahlevi menjadi Raja Iran pada tahun 1343-1360 H. Dialah yang mengubah nama negara dari Persia menjadi Iran. Usahanya yang terbesar adalah menghapuskan hak-hak istimewa bagi orang-orang asing, membentuk pasukan bersenjata modern, dan mengurangi kekuasaan para pemuka agama. Semangat jiwa diktator militer merupakan metode yang dipergunakannya dalam menjalankan kekuasaan. Dia sangat jauh sekali dengan orientasi Islam.


BIografi


Ali Khamenei Khamenei lahir pada 17 Juli 1939 sebagai anak kedua dari delapan bersaudara dari pasangan Seyyed Javad Khamenei dan Khadijeh Mirdamadi di Mashhad, kota paling suci Iran. Dia mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang ulama, meski itu bukan pilihan yang mudah. Iran saat itu berada di bawah pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi. Raja sekuler yang memandang agama sebagai sesuatu yang kuno dan mencurigakan. "Khamenei menjadi ulama ketika dia masih sangat muda, pada usia 11 tahun," menurut kata Mehdi Khalaji, yang menulis biografi Ayatullah melansir BBC Status. Itu membuatnya menjalani masa pertumbuhan yang tidak mudah. Banyak anak sepantarannya mengejek seragam ulamanya yang sering membuatnya kesulitan untuk bermain dengan anak-anak lain di jalanan. Menurut salah satu anggota keluarga terdekatnya, Khamenei adalah pria pendiam yang menyukai puisi.


Dari segi konsep politik, sebenarnya tidak ada gagasangagasan yang benar-benar baru dari Ayatullah Khomeini. Hal ini, menurut pengakuannya, karena persoalan keperluan akan suatu negara Islam sebenarnya adalah suatu kenyataan yang segera bisa disepakati, khususnya di kalangan Syi’ah. Bahkan, pernyataan itu merupakan kalimat pembuka kumpulan-kumpulan ceramah-ceramahnya mengenai pemerintah Islam, berjudul Hukumat-I Islami. Konsep kepemimpinan (wilayah) di kalangan Syi’ah yang secara langsung ataupun tidak melatarbelakangi gagasan-gagasan Ayatullah Khomeini.


Iran sangat peduli dengan apa yang terjadi di kawasan Teluk. Dibuktikan dengan penolakan Iran akan keberadaan AS di kawasan Timur Tengah. Ini semua dilakukan untuk melindungi kepentingan nasional Iran. Setelah penyelamatan diri dan mempertahankan daerah strategis dan vital, nilai dan kepentingan lainnya ialah persoalan etnis, religi, atau kesatuan bahasa. Hal-hal inilah yang menjadi prioritas utama yang harus dipertahankan oleh negara. Politik luar negeri berkaitan dengan perumusan suatu keputusan dimana setiap bangsa harus menentukan sikapnya terhadap bangsa lain dan arah tindakan yang diambil dan dicapai dalam urusan Internasional. Sikap ini dapat dijadikan acuan perumusan politik luar negeri suatu negara.


Sebelum menjadi Pemimpin Tertinggi Iran dia pernah menjabat sebagai Presiden Iran selama beberapa tahun. Dia memainkan peran kunci dalam Revolusi Iran 1979, ketika dinasti Pahlavi di bawah Mohammad Reza Shah Pahlavi digulingkan. Setelah Grand Ayatollah Ruhollah Khomeini mendirikan Partai Republik Islam. Ali Khamenei mencapai kekuatan politik yang cukup besar sebagai orang kepercayaannya. Dia mengambil alih jabatan presiden pada 1981, setelah pembunuhan Mohammad-Ali Rajai dan menjadi ulama pertama yang menjabat di posisi tersebut. "Saya memiliki jiwa yang miskin, tubuh yang tidak lengkap, dan sedikit martabat yang telah Anda berikan kepada saya - saya akan mengorbankan semuanya untuk Revolusi dan untuk Islam," kata Ayatollah Ali Khamenei pada 2009.


Konsep Kekuasaan dan Ideologi


Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan manusia atas pikiran dan tindakan orang lain sesuai yang dikehendaki. Kekuatan politik merujuk pada hubungan pengawasan diantara pemegang wewenang masyarakat, serta antara pemegang wewenang masyarakat dengan rakyat pada umumnya. Pengaruh itu berasal dari tiga sumber yaitu, harapan akan keuntungan, rasa takut akan keadaan yang merugikan, dan rasa hormat atau kasih sayang kepada manusia atau lembaga.


Ideologi adalah berpikir tentang yang lain, berpikir tentang orang selain dirinya. Hal ini merupakan suatu aktivitas yang melibatkan analisa ke dalam satu realisasi claim dan counter claim, dugaan, tuduhan dan bantahan. Ia juga aktivitas yang memfokuskan pada pokok persoalan yang berisi dunia penelitian sosial dan hubungannya dengan aturan penelitian.

  

Ideologi digunakan oleh beberapa penulis sebagai sebuah istilah yang murni deskriptif: sebagai ‘sistem berpikir’, ‘sistem kepercayaan’, ‘praktik-praktik simbolik’ yang berhubungan dengan tindakan sosial dan politik. Ini juga secara mendasar berhubungan dengan proses pembenaran hubungan kekuasaan yang tidak simetris, berhubungan dengan proses pembenaran dominasi. Ideologi bekerja melalui bahasa, yang merupakan medium dari tindakan social.


Menurut Soerjanto Poespowardojo, ideologi memiliki enam fungsi, yaitu:  Struktur kognitif, adalah keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya.  Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.  


Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan normanorma yang terkandung didalamnya.


Revolusi Islam Iran merupakan revolusi yang merubah Iran dari Monarki di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Ruhollah Khomeini, pemimpin revolusi dan pendiri dari Republik Islam. Sering disebut pula "revolusi besar ketiga dalam sejarah," setelah Perancis dan Revolusi Bolshevik. Revolusi ini terjadi menjadi dua tahap. tahap pertama bermula pada pertengahan 1977 hingga tahun 1979 yang dipimpin oleh pihak liberal, golongan haluan kiri dan kumpulan agama, mereka bersatu untuk menentang Shah Iran. Tahap kedua yang juga dikenal sebagai Revolusi Islam Iran menjadikan Ayatullah sebagai pemimpin revolusi.


Metode Penafsiran


Ayatullah Ruhullah Khomeini, adalah salah satu tokoh yang paling menonjol dalam sejarah. Namun kebanyakan orang sebenarnya kurang mengenal beliau dari yang mereka sangka. Nama dan citra beliau, dan segelintir fakta mendasar tentang kehidupan dan karya beliau sangat tidak asing, bisa begitu cepat dikenali sedemikian rupa sehingga perhatian terhadap kehidupan dan karya beliau sepertinya berlebihan. Kendati begitu sesungguhnya beliau adalah tokoh yang paling disalahpahami dan disalahartikan dalam kurun akhir-akhir ini. Hal itu terjadi lantaran citra dan kesan tentang beliau dalam benak orang sebagian besar dihasilkan dan didorong oleh media internasional yang didominasi Barat. Padahal bagi media semacam ini, beliau adalah sosok yang dibenci pasca Revolusi Iran pada 1978-1979.


Pemikiran pokok Imam Khomeini adalah keyakinan-keyakinan pada perlunya pemerintahan Islam di zaman gaibnya Imam Mahdi. Ia, pertama sekali, memandang Imam sebagai pemegang kekuasaan eksekutif, yang fungsinya adalah menerapkan hukum-hukum Ilahiah dan bukan saja menjelaskannya seperti yang dipahami oleh interpretasi tradisional. Setelah gaibnya Imam kedua belas ini, semua tanggung jawab dan kekuasaan lain Nabi berpindah ke ulama, dengan pengecualian hak istimewa wahyu Ilahiah.


Program nuklir Iran telah menjadi bahan perdebatan internasional selama beberapa dekade. Tapi selama masa jabatan Khamenei, dia lalu menyalakan kembali kontroversi dengan mengeluarkan fatwa yang mengatakan produksi, penimbunan dan penggunaan senjata nuklir dilarang di bawah Islam. Meskipun seorang Muslim konservatif, Khamenei mendukung penelitian sel induk dan kloning terapeutik, karena ia selalu mendukung kemajuan ilmiah di Iran. Menurutnya, negara harus melakukan lebih banyak investasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan memberikan status yang lebih tinggi kepada para sarjana. Karena dia memegang posisi yang membawa lebih banyak kekuatan daripada presiden, hubungannya dengan presiden Iran selalu menjadi berita utama. Dia memiliki hubungan kerja yang damai dengan Presiden Hashemi Rafsanjani pada awal 1990-an. Tetapi ketika Presiden Mohammad Khatami menjabat pada 1997, kedua orang itu tidak menikmati hubungan yang mulus karena ideologi mereka sering bertentangan. Khatami menyerukan reformasi politik dan sosial dan negara Islam yang lebih demokratis, sementara Khamenei lebih konservatif dalam pandangannya.


Meskipun ia telah menyebut hak asasi manusia sebagai prinsip dasar dalam ajaran Islam, ia sering dikritik oleh media barat atas keadaan hak asasi manusia yang menyedihkan di Iran. Khamenei berkeyakinan bahwa homoseksualitas itu salah dan meyakini perlunya hijab wajib bagi perempuan. Dia juga telah mengundang kemarahan besar media karena membatasi kebebasan pers. Pemerintah Iran di bawahnya juga mendapatkan kritik luas atas perilaku rasis dan anti-simetik terhadap Negara Israel. Khamenei menjadi sangat terkenal karena menyebut Israel sebagai "anjing gila" dan "tumor kanker". Dia mendukung pemberontakan Mesir melawan pemerintah Israel, dan menggambarkannya sebagai kebangkitan Islam.


Tujuan gerakan Khomeini adalah menurut keadilan sosial, pembagian kekayaan yang adil, ekonomi yang produktif yang berdasarkan pada kebutuhan nasional dan gaya hidup sederhana, serta pemberantasan korupsi yang akan mengurangi jurang perbedaan antara kaya dan miskin, antara memerintah dan yang diperintah. Akan tetapi Khomeini menekankan bahwa rakyat, demokratis dalam arti ada pemilihan umum, dewan perwakilan rakyat, dan sebagainya. Selain dari itu khomeni.

 

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Mengenal Sosok Ayatullah Ali Khomeini Tokoh Politik Berpengaruh dari Iran

Terkini

Topik Populer

Iklan