WASATHA.COM, LONDON - Media Inggris, The Times didenda £30.000 (Rp 568 M) dan dituntut meminta maaf atas pemberitaan yang memfitnah organisasi dan aktivis Muslim.
Majalah tersebut salah dalam memberitakan organisasi Cage, sebuah organisasi advokasi yang bertujuan memberdayakan komunitas yang terkena dampak perang melawan teror dan Direktur Penjangkauannya Moazzam Begg pada Juni 2020. Demikian dikutip dari Morning Stars, Senin (7/12).
The Times dalam beritanya menuduh Cage dan Direkturnya mendukung seorang pria yang pernah ditangkap karena dicurigai melakukan serangan pisau pada 20 Juni 2020 hingga menewaskan tiga orang laki-laki.
Surat kabar tersebut menyatakan, dengan merujuk pada kegagalan polisi dan lainnya, mereka memaafkan tindakan pria yang mengaku bersalah bulan lalu atas tiga pembunuhan dan tiga percobaan pembunuhan. Tersangka akan disidang pekan depan.
“Kita juga salah menyatakan bahwa mereka menolak untuk mengomentari keterlibatan mereka dengan tersangka,” kata The Times dalam pernyataan permintaan maafnya.
Faktanya, meskipun mereka mengomentari reaksi polisi dan media terhadap serangan tersebut, mereka tidak terlibat dengan tersangka.
“Kami meminta maaf kepada Cage dan Tuan Begg atas kesalahan ini dan untuk kesusahan yang ditimbulkan kami telah setuju untuk membayar mereka ganti rugi dan biaya hukum,” lanjut pernyataan itu.
Sementara itu, Cage mengatakan akan menggunakan uang ganti rugi tersebut untuk mengekspos Islamofobia yang disponsori negara dan mereka yang terlibat dengannya di media.
“Kerajaan pers Murdoch telah secara aktif mendukung elemen xenofobia dan merusak prinsip-prinsip masyarakat terbuka dan akuntabilitas,” kata Cage.
“Kami akan terus menyoroti penjahat perang dan pembela penyiksaan dan baron pers yang mengobarkan api kebencian,” tambahnya.
Saat dihubungi Morning Star, Times menolak berkomentar lebih lanjut untuk menanggapi tudingan Islamofobia. Sedangkan Mr Begg sendiri, mengaku sudah sangat terbiasa dengan segala macam fitnah yang dialamatkan kepada Muslim Inggris.
“Selama bertahun-tahun, Muslim di Inggris telah menjadi terbiasa membaca berita utama yang sensasional dan memfitnah di surat kabar ternama,” kata Mr Begg.
“Tujuan dari cerita-cerita ini ada dua, pertama, untuk mengabadikan narasi yang menjelek-jelekkan Muslim yang mencari keadilan dan akuntabilitas dari negara, dan, kedua, menghasilkan keuntungan besar dalam prosesnya,” katanya lagi.
“Ini bukan terakhir kalinya Times menggunakan halaman-halamannya untuk menimbulkan lebih banyak permusuhan terhadap aktivis Muslim. Kami hanya bisa berharap bahwa penyelesaian ini berfungsi sebagai pengingat bagi orang lain bahwa kebenaran tidak bisa dinegosiasikan,” tambah Begg. [Mi'raj News Agncey]