WASATHA.COM, BANDA ACEH - Himpunan Mahasiswa Teknik
Geologi Universitas Syiah Kuala (HMTG Unsyiah) menggelar seminar nasional
tentang Sinergi Universitas, Industri, dan Pemerintah Aceh dalam Menemukan
Sumber Cadangan Migas Baru di North Sumatra Basin dan Meulaboh Basin. Kegiatan yang
diikuti ratusan peserta ini berlangsung di Aula Bappeda Aceh, Kamis (17/10).
Ketua HMTG Unsyiah, Anugrah Dwi Fandy Sagala mengatakan,
kegiatan ini bagian dari Geology Olympic’s Day (GOLD) yang menjadi kegiatan
terbesar yang digelar setiap tahunnya. Rangkaian kegiatan telah berlangsung
sejak 14-20 Oktober 2019, dengan menghadirkan beberapa kegiatan, seperti
olimpiade kebumian, lomba fotografi, hingga geo wisata. Kegiatan ini juga cara
mahasiswa HMTG untuk memperkenalkan program studi Geologi yang terbilang baru
di Unsyiah.
“Kami berharap kegiatan ini memberikan kontribusi bagi
masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri, sehingga nantinya memberikan
dampak positif bagi masyarakat,” ujar Anugrah.
Bambang Setiawan, ST, M.Eng.Sc. Ph.D, Koordinator Prodi Teknik
Geologi Unsyiah mengatakan, kegiatan ini adalah bentuk kepedulian Unsyiah
terhadap isu migas Indonesia, terutama di Aceh. Terlebih lagi sejak tahun 2003,
Indonesia mengalami defisit migas, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
konsumsinya. Untuk itu, dibutuhkan usaha untuk pemanfaatan energi baru dan
terbarukan, serta mengeksplorasi kawasan-kawasan yang memiliki prospek cadangan
hidrokarbon.
Menurutnya salah satu kawasan yang cukup menjanjikan adalah
cekungan Sumatra bagian utara atau dikenal sebagai North Sumatra basin (NSB).
Cekungan ini ditaksir mengandung potensi lebih dari 5 miliar barrel setara
minyak bumi. Sebagian besar cekungan ini berada di pantai timur Provinsi Aceh.
Di bagian lain, Aceh juga terdapat Meulaboh Basin yang posisinya kurang lazim
dalam konsep petroleum system dan masih perlu usaha lebih untuk mengenalinya
secara detail. Tetapi lanjutnya, Conrad Petroleum telah berani berinisiasi
untuk mengakuisisi wilayah tersebut.
Bambang juga berharap kegiatan ini menjadi pertemuan efektif
yang mengumpulkan stakeholders migas, sehingga terbentuk komunikasi dan kerja
sama yang baik demi mengembangkan potensi migas Aceh.
“Terkadang persoalan pemanfaatan migas muncul bukan hanya
masalah finansial atau teknis, tetapi juga kurangnya komunikasi,” ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unsyiah, Dr.
Alfiansyah Yulianur BC, sangat mengapreasiasi kegiatan ini. Menurutnya migas di
Aceh harus dikelola dan diperhatikan dengan baik demi kemakmuran masyarakat.
Terlebih lagi Aceh merupakan salah satu sumber migas terbesar di Indonesia.
Sebagai institusi pendidikan lanjutnya, Unsyiah sangat peduli dengan
permasalahan ini. Bahkan, telah mendirikan beberapa prodi khusus, seperti
pertambangan dan geologi. Dalam waktu dekat, Unsyiah juga berencana mendirikan
prodi terkait minyak dan gas.
Hadir sebagai pemateri Mirza Nur Ardhie (Subsurface manager
at Triangle Pase Inc), Ferry Bastaman Hakim (Exploration Manager at Tately NV
and Zaratex NV), Radian Zuhri Hartama (President Indonesia Business Unit Condrad
Petroleum), Muhammad Mulyawan (Kepala Divisi Evaluasi dan Pengembangan Lapangan
Badan Pengelola Migas Aceh). Seminar ini juga diikuti mahasiswa dari
Universitas Malaysia Kelantan (UMK).[]