"Bumi menolaknya, menjelang ajal ia merasakan kepanasan hingga meminta ditempatkan di atas kapal di tengah laut yang dingin, namun panasnya tetap tidak hilang. Kemal menghabiskan waktu dengan menjerit. Jeritan itu semakin kuat hingga kedengaran di sekeliling istana, ia berteriak kesakitan dalam sakratulmautnya dengan penuh azab di tengah-tengah laut, "
Profesor Dr Farid Wajdi, MA |
WASATHA.COM, BANDA ACEH - Guru Besar UIN Ar-Raniry, Profesor Dr Farid Wajdi, MA mengatakan bahwa dunia telah mencatat sejarah kelam anak manusia yang menjadi pengkhianat bagi bangsanya dan bagi umat Islam di dunia. Sepak terjang para pengkhianat itu hingga kini dapat dibaca dalam beragam literatur.
Para pengkhianat kemanusiaan itu, kata Prof Farid Wajdi mengakhiri hidup yang hina dan dicampakan ke tempat yang tidak terhormat.
"Bumi menolak mereka, bangsanya meludahinya dan mereka mati dalam keadaan hina sebagai balasan dari kelakuannya semasa memimpin manusia," ujarnya dalam Khutbah Jumat (24/5/2019) , siang tadi di Masjid Al Hasyimiyah, Rukoh, Darussalam, Banda Aceh.
Ia mencontohkan Kemal Attaturk, Benito Mussolini, dan banyak tokoh dunia diktator lainnya yang harus hidup terhina di masa ajalnya tiba.
Mustafa Kemal Attaturk, kata Farid Wajdi dianggap sebagai salah satu tokoh penting dunia, bahkan ia dijuluki bapaknya bangsa Turki, tapi gara-gara pria ini, kekhilafahan Islam di Turki yang besar pun berakhir pada tahun 1924. Konstitusi kekhalifahan diubah menjadi negara sekular.
Turki pun, ungkap Farid disulap menjadi republik yang artinya menghapuskan sistem Islam yang lama. Hal ini pun berpengaruh terhadap dunia Islam secara keseluruhan. Daerah-daerah Islam pun terpecah-pecah dan akhirnya agama ini mengalami fase kemunduran setelah kejayaan yang begitu besar.
Mustaha Kemal Attaturk dipercaya ada di balik skenario pecahnya Islam ini. Banyak dugaan jika ia adalah agen dari pihak tertentu yang misinya memang menghancurkan kejayaan Islam. Attaturk berhasil, namun namanya begitu terhina di kalangan Muslim dan ia mengakhiri hidup yang tidak biasa.
"Bumi menolaknya, menjelang ajal ia merasakan kepanasan hingga meminta ditempatkan di atas kapal di tengah laut yang dingin, namun panasnya tetap tidak hilang. Kemal menghabiskan waktu dengan menjerit. Jeritan itu semakin kuat hingga kedengaran di sekeliling istana, ia berteriak kesakitan dalam sakratulmautnya dengan penuh azab di tengah-tengah laut, " ungkap Farid Wajdi
Farid Wadji juga mengisahkan akhir hidup Musolini yang hina, diludahi ribuan warga ditendang dan dicampakan di Kota Milan dalam keadaan tergantung.
Ia menegaskan bahwa para pengkhianat bangsa, yang menganiaya muslimin di manapun tidak pernah mati kecuali matinya dalam kehinaan.
Untuk itu, Farid Wajdi mengajak jamaah agar menjaga kerukunan dan kedamaian bangsa Indonesia dan jangan mudah terpecah terpolarisasi hingga Islam semakin rapuh jauh dari kebersamaan dan persatuan.
"Jangan menjadi pengkhianat bagi bangsa dan agama, jagalah nilai falsafah bangsa ini yang bermuara kepada ketuhanan yang Esa, menjaga persatuan dan memanusiakan manusia," ujarnya.
Pemimpin-pemimpin yang mengkhianati bangsanya, menembak sesuka hati bangsanya, kata Farid akan menemukan kematian yang hina sebagaimana tokoh-tokoh diktator dunia yang mati terhina.