T Lembong Misbah |
DI tengah malam buta, Aini dengan berat hati membuka pesan singkat dari handphonenya. Sambil mengucek mata, ia memelototi siapa yang mengirim pesan.
Detakan jantung Aini mengencang dan matanya berubah berbinar-binar “Cut Bang Nurman!” Gumamnya. Lantas tidak menunggu lama, Aini membuka pesan itu.
“Alhamdulillah” pekiknya sambil memeluk handphonenya erat-erat, sembari terus mengucapkan kata syukur, sehingga membuat seisi rumah terbangun.
Selisik demi selisik ternyata, pesan yang masuk tersebut ternyata berita yang sangat dinanti-nantikannya, dimana Cut Bang Nurman memberi kabar bahwa ia telah menyelesaikan studi S2 nya di negeri Paman Sam, tak lama lagi akan pulang ke Aceh dan sesampainya di tanah air akan melamar Dek Aini.
Pesan itu benar-benar membuat hati Aini membuncah, tenggelam dalam asa cintanya yang menyatu dalam keheningan malam.
Berita gembira itu sungguh menjadi power yang dahsyat untuk menggerakkan energi Aini, sekalipun di tengah malam buta rasa kantuk yang teramat berat menjadi hilang seketika. Ia terus asyik berkirim pesan dengan Nurman pujaan hatinya.
Kegembiraan yang dirasakan Aini itu barangkali dipengaruhi oleh ekpektasinya terhadap bayangan kebahagiaan bersama Nurman.
Harapan semacam ini tentunya tidak berlebihan sebab setiap manusia ingin memiliki pasangan yang penuh cinta dan kasih sayang. Mungkin saja dalam benak Aini sosok Nurman bisa mewujudkan hal itu.
Keriangan hati Aini di atas kerap tidak muncul manakala membaca surat cinta dari Allah (ayat al-Quran) yang juga mengabarkan berita gembira, misalkan saja Allah berfirman “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya."
Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah rezki yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa. Dan di sana mereka memperoleh pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.” {Q.S. al-Baqarah: 25}.
Ayat di atas begitu jelas, Allah memberi pesan yang sangat menggembirakan, dimana Allah akan mengucurkan kenikmatan yang tiada tara berupa surga dengan segala isinya.
Hal ini sejatinya juga memicu semangat insan beriman untuk dapat melambungkan rasa cinta kepada Allah SWT, dengan tidak lagi merasa berat bangun di tengah malam buta, untuk beribadah dengan khusyuk masyuk melalui shalat dan doa-doa terindah. Allah berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” {Q.S. al-Mukminun: 1-2}.
Di sisi lain, tidak jarang pula dijumpai betapa banyak di antara kita yang bergembira bila menerima berita baik terkait keduniaan, seperti kelulusan sebagai PNS, naik jabatan, dapat bonus, mau dilamar dan lain sebagainya.
Akan tetapi manakala mendapati kabar gembira dari Allah baik yang dibaca sendiri atau yang disampaikan oleh para da’i, ia merasa biasa-biasa saja, didengar sepertiangin lalu, malahan kadang dikiranya hoax.
Tentu saja orang-orang yang demikian baru akan sadar manakala telah datang hari kiamat, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” {Q.S. al-A’raf: 179}.
Karena itu sungguh hinalah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, maka bergembiralah dengan sepenuh jiwa bagi kita yang mengimani al-Quran sebagai pembawa pesan kebenaran yang tidak ada keraguan di dalamnya. Niscaya ia menawarkan kebahagiaan abadi, bukan bayangan semu yang belum tentu terwujud seperti apa yang dipikirkan oleh Aini tentang Cut bang Nurman. [T Lembong Misbah]