Foto : Google |
WASATHA.COM - Sekitar
150 ulama Muslim dan tokoh masyarakat bekerja sama dengan pemerintah mengikuti kampanye
melawan ekstremisme kekerasan, di Kota Lamitan, Provinsi Basilan, Filipina Selatan,
Sabtu (16/09/2017).
Walikota kota Rose Furigay
mengatakan kepada Philippine Star bahwa para teolog Islam bekerja untuk
pemerintah melibatkan menjaga masyarakat agar tidak tertarik pada pengkhotbah
radikal, Sebagai gantinya mereka diberi kompensasi dengan gaji reguler dan
jatah bahan bakar untuk mobilisasi harian mereka.
"Ulama Muslim membantu
kami menjaga solidaritas penduduk Muslim dan non-Muslim di Lamitan City,"
kata Furigay, seperti dilansir Anadolu Agency yang dimuat wasatha.com.
Selain itu pemerintah daerah juga
menyelenggarakan persekutuan reguler antara pemimpin agama Muslim dan pejabat
lokal non-Muslim, harian tersebut menambahkan.
Kota Lamitan adalah pusat
Basilan, sebuah provinsi yang dikenal sebagai tempat persembunyian Kelompok Abu
Sayyaf yang militan dimana emir Daesh di Asia Tenggara Isnilon Hapilon berasal.
Kepala Komando Mindanao Barat
Letnan Jenderal Carlito Galvez, Jr. pada hari Sabtu menyebut pengaturan di
Lamitan sebagai praktik bagus yang harus ditiru di daerah lain.
"Ini adalah sesuatu yang
harus kita tiru di daerah lain. Para pengkhotbah Muslim moderat adalah mitra
terbaik kami dalam mencegah penyebaran ekstremisme kekerasan di daerah yang
rentan terhadap infiltrasi oleh ekstrimis," ungkap Galvez.
Baru-baru ini, beberapa kelompok
masyarakat Muslim dan Front Pembebasan Islam Moro, kelompok Muslim terbesar di
Filipina, menyambut sebuah keputusan melawan ekstremisme atau radikalisme
kekerasan yang dikeluarkan oleh seorang ahli hukum Muslim atas wilayah tersebut
pada bulan Juni yang mendesak umat Islam untuk memerangi ekstremisme kekerasan.
Bentrokan antara pasukan
pemerintah dan kelompok Maute di Kota Marawi telah berlangsung sejak 23 Mei
ketika kelompok militan tersebut melancarkan serangan di kota tersebut yang
diduga akan membentuk sebuah kekhalifahan Islam di wilayah tersebut.*Dhi