Foto Google
BEBERAPA hari lagi, kaum muslimin akan masuk malam sepuluh hari terakhir di
bulan suci Ramadhan. Itu artinya kesempatan untuk menjalankan I’tikaf akan
segera tiba.
Di malam sepuluh
hari yang akhir itulah malam Lailatul Qadar akan datang, dan bersyukurlah bagi
yang bisa mendapatkan malam kemuliaan itu. Sudah tentu di antara amalan yang
dianjurkan ketika seseorang bertemu dengan lailatul qadar adalah memperbanyak
do’a ampunan.
Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia
berkata, “Aku pernah bertanya pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang
aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti
kuucapkan?” Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdo’alah:
”Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau
mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku.” (HR. Tirmidzi no.
3513 dan Ibnu Majah no. 3850. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini
hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Hadits yang dibawakan oleh Imam
Tirmidzi ini terdapat dalam bab “Keutamaan meminta maaf dan ampunan pada
Allah”. Maksud dari “innaka ‘afuwwun” adalah yang banyak memberi maaf. Demikian
kata penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi. Para ulama menyimpulkan dari hadits di
atas tentang anjuran memperbanyak do’a “Allahumma innaka ‘afuwwun …” pada malam
yang diharap terdapat lailatul qadar.
Do’a di atas begitu komplit dan syarat
maknanya walau terlihat singkat. Do’a tersebut mengandung ketundukan hamba pada
Allah dan pernyataan bahwa dia tidak bisa luput dari dosa. Namun sekali lagi
meminta ampunan seperti ini tidaklah terbatas pada bulan Ramadhan saja.
Al Baihaqi rahimahullah berkata, “Meminta maaf atas kesalahan dianjurkan
setiap waktu dan tidak khusus di malam lailatul qadar saja.” (Fadho-ilul
Awqot, hal. 258).
Ibnu Rajab
rahimahullah juga memberi penjelasan menarik, “Dianjurkan banyak meminta maaf atau ampunan pada Allah di malam
lailatul qadar setelah sebelumnya giat beramal di malam-malam Ramadhan dan juga
di sepuluh malam terakhir. Karena orang yang arif adalah yang
bersungguh-sungguh dalam beramal, namun dia masih menganggap bahwa amalan yang
ia lakukan bukanlah amalan, keadaan atau ucapan yang baik (sholih).”
Oleh karena itu, ia banyak meminta
ampun pada Allah seperti orang yang penuh kekurangan karena dosa.” Yahya bin
Mu’adz pernah berkata, “Bukanlah orang yang arif jika ia tidak pernah mengharap
ampunan Allah.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 362-363).
Hadits ‘Aisyah di atas juga menunjukkan
bahwa do’a di malam lailatul qadar adalah do’a yang mustajab sehingga dia
bertanya pada Rasul mengenai do’a apa yang mesti dipanjatkan di malam tersebut.
Semoga Allah memberi kita taufik untuk
terus beramal sholih di hari-hari terakhir Ramadhan sehingga kita kelak keluar
Ramdhan seperti bayi yang baru terlahir dari ibunya. [Bahron Ansori/Mirajnesw.com]/Tek
Baca Juga: