Foto : wasatha.com/Dhiya
JARAK Tidak Menjadi Halangan, pepatah inilah yang dapat kita
sematkan kepada salah seorang penulis kondang Beby Haryanti Dewi Maulana.
Wanita kelahiran Aceh ini telah bergelut selama 11 tahun di dunia menulis.
Karir yang diawali sejak tahun 2006 silam, kini telah banyak menuai hasil
karya. Salah satu tulisannya yang begitu digemari oleh masyarakat adalah Diary
Dodol Seorang Istri.
Novel yang menyuguhkan kisah-kisah keseharian sang penulis ini
mampu memikat perhatian masyarakatnya, terutama dari kalangan remaja. Selain
kisahnya yang unik, novel ini juga dibumbui dengan pendekatan bahasa yang
selevel pembaca dan gaya humor yang natural sebagaimana arus genre dari novel
tersebut.
Namun dibalik kesuksesan di bidang menulis, ternyata Dewi juga
tidak berbeda dengan yang lainnya, sebelum berada di tangga puncak kesuksesan,
Dewi juga pernah mengalami kesulitan dalam kegiatan tulis-menulis. Bahkan ia
juga mengalami titik kejenuhan yang tak ayal pernah dirasakan oleh setiap
individual.
“Mulanya juga sempat mengalami down, maksudnya bahwa suatu hari kita merasa jenuh, ngapain kita
menulis ya, halah lagian yang bacanya juga dikit. Dan saya juga pernah mengalami
hal seperti itu beberapa tahun lamanya” tutur Dewi sambil bercerita panjang
tentang pengalaman tempo dulu.
Ibu dari tiga orang anak ini memulai debutnya sebagai seorang
penulis saat masih berada di negeri jiran Leipzig, Germany. Bahkan persoalan
jarak yang membuatnya kesulitan untuk mengikuti pelatihan menulis juga tidak
dapat mematahkan semangatnya memulai belajar menulis. Dan hal tersebut dijadikan sebagai motivasi untuk
dapat terus menulis dan mendalami dunia seni yang kerap disebut sebagai bakat
atau skill ini.
Pada hakikatnya menulis itu bukan hanya sebagai wadah seseorang
yang ingin memenuhi hobinya, namun ternyata dengan menulis, maka kita dapat
menyelipkan pesan-pesan moral dibalik tulisan yang akan kita tulis. Sehingga
kerap kali pesan tersebut diterima oleh masyarakat tanpa perlu mengguruinya.
“Menulis itu bukan cuma untuk mengisi waktu luang, menyembuhkan
diri, tapi kita juga berbuat untuk orang lain. Jadi ada Pesan-pesan kita yang
ingin kita sampaikan ke orang lain namun tanpa kesan menggurui, jadi orang
tidak tahu kalau kita menyisipkan pesan, ya intinya untuk pembentukan karakter
anak-anak dan remaja serta menyebarkan dakwah,” Tambahnya sambil melempar
senyuman.
Wanita yang melalui blog itu bukan hanya seorang penulis kondang,
namun ia juga seorang pengajar
ekstrakurikuler bidang bahasa jerman di salah satu Instansi pemerintah bidang
pendidikan di Aceh.
Selain itu pula penulis buku
The Siblings ini sempat mendirikan kelas KREATIF (Kelas Menulis Keren dan
Aktif) di Banda Aceh sejak tahun 2012 hingga sekarang. Dan hal ini menjadi
kebanggaan tersendiri baginya.
Wanita berparas ayu ini ingin terus berpartisipasi pada kegiatan
tulis-menulis yang bertujuan untuk memberikan pengaruh positif kepada kalangan
remaja dan anak-anak. Karena dengan menulis, maka kita dapat menyelipkan pesan moral
kepada mayarakat terutama dari kalangan anak-anak hingga remaja, tanpa harus
terkesan mengguruinya. Tolak ukur inilah yang menjadikan Dewi ingin terus
mengembangkan karya tulisnya.
Selain di bidang menulis, ternyata wanita paruh baya itu juga
memberikan kontribusi terbaik kepada masyarakat Aceh dengan cara mendirikan
lembaga dan komunitas pendidikan seperti yang telah disebutkan tadi. Dengan
harapan pemerintah dan para orang tua dapat lebih memperhatikan perkembangan
anak-anaknya terutama dari sisi bakat menulis. Baik yang bersifat materil
maupun dukungan moral. Sehingga dapat melahirkan penerus yang lebih baik
lagi.[Ayu Maqfirah]/Dhi
Baca Juga :
Baca Juga :