RUJAK selalu saja
menjadi makanan yang nikmat disantap kapan saja dan dimana saja. Dengan varian
bentuk dan olahan, kini rujak bukan lagi hal yang asing di telinga setiap
orang. Biasanya rujak identik dengan bermacam ragam buah-buahan segar yang di
satukan dan dibumbui sesuai selera. Namun apa jadinya bisa rujak yang
ditawarkan bukan kombinasi dari buah-buahan melainkan dari batok kelapa.
Ya, di Indrapuri, Aceh
Besar terdapat sebuah warung rujak yang tidak hanya menjual rujak buah tetapi
juga menyajikan rujak dari batok kelapa yaitu rujak U Groeh. Rujak yang
menawarkan batok kelapa muda yang masih rapuh memiliki sensasi tersendiri bagi
para penikmatnya.
Cara penyajiannya pun
tidak jauh berbeda dengan rujak pada umumnya, hanya saja bahan utama yang
digunakan bukan buah melainkan batok kelapa muda yang di potong kecil dan
diaduk bersama bumbu-bumbu.
Bumbu yang digunaka
antara lain gula merah, cabai, sedikit tepung roti, perasan air jeruk nipis dan
buah batok, serta bisa menambahkan kacang dalam bumbunya apabila diperlukan.
Semuanya diaduk dan di campurkan bersamaa bahan utama.
Rasa kelat dari u
groeh bertemu dengan manisnya gula merah serta asamnya jeruk nipis menjadi satu
dalam rongga mulut. Ditambah dengan gurih dan rapuhnya u groh muda yang
menciptakan bunyi dimulut membuat rujak ini banyak diminati.
Salah satunya Salim,
warga asal Indrapuri penikmat setia rujak tersebut. Ia mengaku menyukai rasa
kelat dari u groeh tidak bisa didapat dari rujak-rujak lainnya.
“Rasanya enak, ada
kelat-kelatnya beda dengan rujak buah biasa,”ujarnya.
Suardi (38) yang
merupakan pemilik warung rujak u groeh mengaku sudah membuka usaha ini selama
hampir 13 tahun lamanya. Suardi awalnya hanya mengkonsumsi u groeh untuk
sendri, namun setelah dirasanya nikmat, ia pun mencoba untuk memperkenalkan
makanannya kepada masyarakat luas. Kini usahanya sudah dikenal banyak selama
dua tahun terakhir. Setiap harinya ada sekitar 700 buah kelapa yang ia pasok
dari petani lokal dan warungnya bisa menghabiskan setengah dari pada jumlah
tersebut perharinya.
“Awalnya makan
sendiri, setelah dirasa enak coba untuk dijual, sekarang sudah sampai ke
Jakarta dan Malaysia, ada keluarganya beli di kirim ke luar sana,”ucap Suardi.
Untuk satu porsi u
groeh di hargai Rp.10 ribu. Dalam satu hari, pemilik warung rujak u groeh bisa
mengantongi sekitar Rp.4 juta perhari. Warung Suardi buka mulai pukul Sembilan
pagi hingga pukul tujuh malam.
Pelanggan yang datang
sangat beragam, mulai dari mahasiswa, warga sekitar bahkan para petinggi di
Aceh. Salah satunya Ilmiza Sa’aduddin Jamal, yang merupakan ketua yayasan
pesantren modern Oemar Diyan, sekaligus adik dari walikota Banda Aceh.
Ia mengakui bahwa
rujak u groeh memiliki banyak peminat dan rasanya yang sangat nikmat.
“Saya pertama surprise mendengar
ada rujak u groh ini, jadi saya jauh-jauh dari Banda Aceh untuk makan rujak ini
dan rasanya itu beragamam dan saya rasa semua orang juga akan berfikiran
sama,”ucapnya.
Rujak u groeh buatan
Suardi ini merupakan satu-satunya rujak pertama yang ada di Aceh, khususnya
Aceh Besar. Meskipun memiliki banyak penikmat setia, namun Suardi mengaku belum
memiliki rencana untuk memperbesar usahanya dengan membuka cabang lain. [Eva Hazmaini]