Foto: Google |
Aceh
merupakan salah satu bagian dari Indonesia sebelah Barat yang letaknya di ujung
Pulau Sumatera. Memiliki
banyak budaya dan adat istiadat merupakan salah satu keunikan dari Aceh. Bahkan hal ini telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakatnya. Selain kaya akan alamnya, Aceh yang juga dikenal dengan
julukannya
Bumoe Seramoe Meukah (Bumi Serambi Makkah)
ini ternyata juga kaya akan kuliner yang beragam. Salah satunya adalah
Meusekat. Penganan asal Aceh
ini cukup menarik perhatian para foodie lokal maupun mancanegara. Selain
bentuknya yang unik, jajanan traditional ini juga mengandung nilai-nilai
kebudayaan rakyat Aceh.
Salah satunya adalah filosofi yang melekat dari bentuk dan tekstur warna
Meusekat tersebut.
Pemulia
Jamee Adat Geutanyoe (Memuliakan tamu adalah adat kita). Pepatah atau adogium Aceh inilah yang menjadi
salah satu bentuk budaya Aceh
yang begitu dijunjung oleh para masyarakatnya.
Cut
Agustini (45) merupakan salah satu masyarakat Aceh yang berbagi cerita mengenai
penganan unik Aceh
itu. Ia berujar, Meusekat
adalah kue tradisi Aceh. Biasanya masyarakat Aceh menjadikannya sebagai
hantaran pada acara-acara khusus seperti pernikahan. Dan ini sudah menjadi
budaya di Aceh serta sangat melekat pada masyarakatnya.
“Tanpa Meusekat, biasanya
acara tersebut terlihat kurang sopan atau terkesan
kurang memuliakan tamunya,” ucapnya
lembut sambil menunjuk ke
arah
gambar kue unik itu.
Nah, hal inilah yang menjadikan Meusekat
sangat populer bagi masyrakat Aceh. Selain dari segi perilaku masyarakatnya,
Aceh juga mewujudkan memuliakan jamee
(memuliakan tamu) melalui
kulinernya. Tak ayalnya Meusekat,
jajanan traditional yang
berasal dari kampung halaman Cut Nyak Dhien tersebut memiliki nilai budaya dan
kedudukan yang tinggi ditengah masyarakatnya. Selain ditempatkan pada kasta
yang tinggi, ternyata Tekstur dan warna dari jajanan tersebut memiliki Filosofi
yang mendalam. Seperti halnya warna putih yang terdapat pada bagian kue dari jajaran dodol tersebut, sangat melambangan
kejernihan hati masyarakat Aceh pada saat menyambut tamu. Sedangkan ukiran bunga diatasnya
melambangkan keindahan dan keakraban
para masyarakat Aceh. Sehingga kudapan tersebut memiliki kedudukan pada kasta
yang tertinggi dari jajaran kue traditional di Aceh.
Selain itu pula, penganan ini menjadi kuliner
Aceh yang jarang ditemukan pada
hari-hari biasa.
Kuliner tersebut disajikan hanya pada acara-acara
tertentu seperti prosesi hantaran atau
pernikahan, lebaran Idul
Fitri dan Idul Adha, dan ceremonial
adat lainnya. Kemudian, kuliner unik ini
juga dibungkus dengan kain berwarna kuning yang sering disebut dengan dalong
ketika dijadikan sebuah hantaran pada upacara pernikahan sesuai adat di
tanoh Aceh. Beserta seperangkat lainnya seperti dodol, wajek,
keukarah,
bhoi
dan lain sebagainya.
Tujuannya untuk menyambut kedatangan para
kerabat dan handai taulan yang
bersilaturrahmi. Tradisi ini terus dilakukan hingga saat ini, terutama di wilayah Pantai Barat dan Selatan
Aceh.
Bukan hanya itu, Meusekat juga telah menjadi
salah satu jajanan tradisional yang telah
bertahan lama dari jajaran kue traditional di Aceh. Penganan yang telah ada
sejak peradaban Raja
di Aceh ini masih menjadi daya tarik tersendiri bagi para foodie lokal dan
wisatawan yang berkunjung sambil menikmati kuliner tradisional Aceh. Selain
penyajiannya yang unik di atas sebuah hidang atau wadah yang besar dan lebar
serta beralaskan plastik putih atau foil, yang bertujuan untuk membuat kue
tersebut tidak lengket. Meusekat juga menawarkan cita rasa manis tanpa pengawet
dan pewarna. Karena untuk pengolahannya Penganan asli Aceh ini hanya menggunakan tepung terigu, gula,air
jeruk, dan nanas. Sehingga warna kuning yang muncul dari adonannya merupakan
pencampuran dari nanas dan bahan pokok utama lainnya. Hal inilah yang menjadikan
Meusekat tetap bertahan bahkan berada di kasta tertinggi dari jajaran kue tradisional Aceh tanpa
pewarna dan pengawet makanan.
Karena penggunaan nanas pada bahan pokok kuliner tersebut,
tidak jarang Meusekat mendapat julukan “dodol nanas” dari masyarakat. Dan selain cita rasa yang
manis, Meusekat juga menjadi jajanan ringan yang memiliki ukiran atau lukisan
diatasnya. Hal ini juga menjadi keunikan lainnya dari penganan Aceh. Jajanan
yang serupa dengan dodol ini
beerpenampilan berbeda dari bentuk dodol lainnya. Biasanya masyarakat Aceh
menyajikannya dalam ukiran bunga mawar, pintu Aceh, atau ukiran lainnya. Dan hal
ini sudah cukup populer di kalangan masyarakatnya.
Kue
ini juga terbilang unik dan menarik karena tidak menggunakan santan pada
adonannya sebagaimana kue khas Aceh lainnya. Namun hanya menggunakan mentega
sebagai gantinya yang bertujuan membuat adonan kue tetap lengit dan tidak
lengket.
Namun,
keberadaan Meusekat yang jarang ditemukan pada hari-hari biasanya, menjadi
perhatian tersendiri bagi pemerintah dan masyarakatnya. Dan Hal ini telah
teratasi dengan berbagai masukan dari berbagai kalangan. Sehingga, meusekat
yang dulunya hanya diperuntukkan pada kegiatan dan ceremonial khusus, kini telah dapat di jajaki
pada toko-toko souvenir dan oleh-oleh yang ada di Aceh. Bahkan Anda juga dapat
memesannya. Sehingga bukan hanya masyarakat Aceh yang dapat menikmati jajanan
ringan lukisan tersebut, namun juga para masyarakat lokal dan mancanegara juga
dapat mengenal dan menjajaki adat istiadat di Aceh. [Ayu Maghfirah]