Peristiwa istimewa yang terjadi pada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam, yaitu Isra’ dan Mi’raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa kemudian dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha.
Namun sebelum peristiwa itu terjadi terdapat nilai-nilai yang dapat kita jadikan sebagai i’tibar bagi kehidupan dan hidup kita masing-masing.
Pemboikotan yang dilakukan oleh kaum kafir quraisy terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam. dan kaum muslimin yang lamanya mencapai 3 tahun kondisi seperti ini sungguh memprihatinkan karena mereka mengalami penderitaan yang tiada tara.
Dalam kondisi yang seperti ini tentulah mengharapkan bantuan dari Allah Subhanahu Wata'ala, dan juga membutuhkan bantuan dari sekitarnya.
Tetapi Allah berkehendak lain, ditengah keadaan krisis dan terjepit itu mereka masih harus menerima cobaan yang lebih berat, yaitu Allah mengambil orang terdekat yang selama ini selalu mengayomi, melindungi beliau dan selalu menjadi pemuda terdepan untuk melindungi ancaman dari kaum kafir Quraisy.
Dialah Abu Thalib, sosok yang disegani oleh kawan Maupun lawan. Dalam kondisi yang seperti ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam, sangat terpukul. Kemudian selang 3 hari kemudian, Allah juga mengambil orang yang paling dekat dengan beliau, yang selalu mendampingi beliau dikala suka maupun duka dalam menyokong perjuangan baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam. Ialah istri Rasul, Khadijah ikut diambil kembali oleh Allah.
Dalam satu Riwayat diceritakan “ 'Amul Huzni ” yaitu tahun kesedihan. Dalam kondisi yang seperti ini Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam, tidak pernah berputus asa. Baginda Rasulullah berangkat ke salah satu kota terbesar ke 3 setelah Mekah dan Madinah.
Rasulullah menyampaikan pesan dukungan dan bantuan dari masyarakat. Tetapi, apa yang diharapkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam. tidak tercapai, Bahkan yang didapat oleh beliau adalah hal sebaliknya yaitu mereka menghina, mengusir, melemparinya hingga Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam berdarah. Lalu malaikat manawarkan kepada Rasulullah.
“wahai muhammad kami hancurkan saja penduduk ini karena mereka tidak pernah sopan kepadamu.”
Tetapi, tidak demikian dengan Rasulullah, beliau menolak apa yang ditawarkan oleh malaikat. Rasulullah berkata, “mungkin hari ini mereka tidak mngikuti ajaranku tetapi boleh jadi suatu masa ada diantara mereka yang mau beriman.”
Begitulah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam, tidak pernah dendam dan tidak pernah ada perasaan benci walaupun itu orang yang menyakitinya.
Dalam kondisi demikian Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam bingung Setelah beberapa peristiwa terjadi kemudian Allah berangkatkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam, pada malam hari yang dikenal dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj, boleh jadi peristiwa Isra Mi’raj merupakan sebuah hiburan bagi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam dan boleh jadi itu merupakan kado istimewa untuk baginda juga. Namun semua itu Allah berikan tidak semerta-merta, tetapi Allah berikan setelah lulus ujian. Mungkin kita pernah bertanya, Kenapa Allah memberikan ujian yang begitu dasyat, bukankah baginda seorang Rasul-Nya. Jawabannya Betul, Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wassalam, memanglah Rasul Allah. Tetapi, ingatlah Allah bukan melihat hasil akhir tetapi Allah melihat proses apa yang kita lakukan.
Peristiwa yang dialami oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam, beliau tidak pernah depresi, prustasi dan tidak pernah berputus asa. Karena itu kita sebagai unat bekaiu, hendaklah patut meneladani bahwa kita sebagai umat islam tidak selamanya kita mengemis dengan membawa simbol-simbol Islam karena Islam itu sendiri menginginkan kita bekerja keras tidak menunggu hujan dari langit dan tidak boleh juga berpangku tangan kepada orang lain.
Kita harus berusaha dalam mencapai sesuatu, dalam usaha tersebut pasti ada rintangan. Maka utamakan kesabaran ketika menjalaninya, Karena dibalik itu semua Allah Subhanahu Wata'ala, menyimpan hal yang terindah. [Dhiya Urahman]/Rzk