Iklan

Iklan

18 Tahun Tsunami Aceh: Hibah Panti RSAN dari Jepang Difungsikan Dengan Baik

12/26/22, 15:24 WIB Last Updated 2022-12-26T08:24:52Z

 

WASATHA.COM, Banda Aceh- Puluhan anak-anak terlihat sedang sibuk menghabiskan sarapan pagi, lalu bergegas menemui pengasuh untuk mengambil uang saku sekolah. Sepulang sekolah kembali pada rutinitas biasanya, seperti istirahat, olahraga, mengaji, les tambahan. Kegiatan itu rutin dilakukan saban harinya.


Rutinitas terlihat seperti biasanya, layaknya dalam sebuah rumah, seorang anak yang dibesarkan dan dididik dalam keluarga. Kegiatan itu terjadi di panti asuhan Rumoeh Seujahtera Aneuk Nanggroe.


18 tahun bencana tsunami menerjang Aceh, mengancam hampir seluruh kabupaten kota di Aceh seperti di Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Barat, Aceh Jaya, dan beberapa wilayah di Aceh bagian timur seperti Pidie, Bireuen dan Lhokseumawe. Selain korban jiwa, tsunami berdampak pada kerugian di sektor pendidikan, konstruksi pertanian, perkebunan, dan perikanan.


Bencana yang terjadi pada 24 Desember 2006, juga memukul rata bangunan panti asuhan yang saat itu berlokasi di Desa Lampuuk, Lhoknga, Aceh Besar. Pada pertengahan tahun 2007, bangunan ini dibangun kembali di Desa Gue Gajah, Aceh Besar atas kerjasama Dinas Sosial Aceh dengan Japan International Cooperation System (JICS).


“Saat itu seluruh bangunan panti yang berada di Lampuuk hilang disapu air, termasuk juga 90an lebih anak-anak panti yang meninggal dunia, Alhamdulillah Pemerintah jepang membangun panti ini kembali, tepatnya di Gue Gajah, Aceh Besar,” ujar Michael Octaviano, Kepala panti asuhan Rumoeh Seujahtera Aneuk Nanggroe. Senin (26 Desember 2022). 


Saat itu ucap Michael, dibangun gedung dan fasilitas asrama putra, putri, ruang makan, aula, mushola dan ruang kantor. Fasilitas tersebut telah memberikan perlindungan terhadap anak jalanan, anak terlantar, anak korban kekerasan, serta anak yang berhadapan dengan hukum yang membutuhkan perlindungan khusus.


“Syukur Alhamdulillah bantuan tersebut dapat dirasakan langsung hingga sekarang oleh anak-anak Aceh di Panti, Terima kasih kepada masyarakat Jepang dan Pemerintah Jepang yang telah memberikan banyak bantuan, Sekali lagi terima kasih, Pemerintah Jepang dan Masyarakat Jepang yang kami cintai, kami tidak akan melupakan kebaikan ini. Domo Arigato Gozaimasu (Terima Kasih Banyak Pemerinta Jepang),” ucapnya.

 

Untuk diketahui, pasca tsunami pemerintah Jepang memberikan bantuan hibah darurat sejumlah 13 M kepada Aceh atas dasar rasa kemanusiaan dan hubungan persahabatan. Dan terbangun bangunan panti asuhan untuk kembali menampung anak-anak kurang beruntung yang kehilangan tempat tinggal pasca tsunami.

 

Kejadian tersebut tidak pernah lekang dalam ingatan, Takdir (33) salah satu dari ratusan anak panti korban tsunami yang selamat. Ia yang saat itu sedang sarapan pagi dihari minggu bersama teman-teman, dengan cepat setelah gempa bumi air gelombang naik menghantam permukiman.


“Setelah tsunami terjadi, saya kembali lagi ke pantai, namun rumah kami di panti itu sudah rata dengan tanah, semua orang sudah meninggal dunia, yang selamat hanya sembilan orang,” kenang Takdir yang saat bencana tsunami terjadi dirinya masih duduk dikelas 2 Sekolah Menengah Pertama.


Takdir mengenang, setelah musibah tsunami, orang tua menjemputnya untuk menyambung sekolah di kabupaten Pidie. Bertahun-tahun berlalu hingga akhirnya Takdir berhasil mandiri melalui usaha arloji.

 

Takdir berharap, bantuan yang diberikan oleh Negara luar dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mendukung anak-anak negara, “yang terbaik buat merekaa, lebih terarah saat menjalani hidup kedepannya, jangan sampai mereka mengingat masa lalu kelam,” ucapnya.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • 18 Tahun Tsunami Aceh: Hibah Panti RSAN dari Jepang Difungsikan Dengan Baik

Terkini

Topik Populer

Iklan