Iklan

Iklan

Akademisi Diskusikan Strategi Dakwah Pendampingan Mualaf di Asia Tenggara

Mabrur Muhammad
3/24/21, 20:02 WIB Last Updated 2021-03-24T13:02:01Z

 


WASATHA.COM, Banda Aceh - Sejumlah akademisi dan praktisi dakwah Asia Tenggara mendiskusikan berbagai hal terkait strategi dakwah dalam pendampingan para "saudara baru" atau mualaf, Rabu (24/3/2021) melalui ruang diskusi virtual.

 

Berbagai persoalan dan strategi turut dibahas dalam Webinar Internasional bertajuk "Strategi Dakwah Untuk Pendampingan Saudara Baru" yang digelar oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

 

Beberapa pemateri dari negara tetangga seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand ikut membahas strategi maupun penerapan model dakwah yang dilakukan kepada para mualaf.

 

Guru Besar UIN Ar-Raniry, Prof Yusny Saby menjelaskan bahwa pendampingan "saudara baru" atau muallaf tidak dapat dilakukan perorangan, tetapi harus dalam bentuk kelompok melembaga dengan dukungan program yang baik.

 

Prof Yusny juga menjelaskan bahwa, umumnya saudara baru itu lemah secara ekonomi labil dan lemah. Maka tak jarang ada yang meminta-minta.

 

"Pendampingan saudara baru tidak boleh dilepaskan menjadi urusan pribadi tetapi harus ditangani oleh organsiasi yang memiliki program kerja yang baik," ujarnya.


Hal senada juga dipaparkan oleh Dekan FDK, Dr Fakhri. Ia menjelaskan bahwa arah kebijakan pendampingan saudara baru yaitu perlu dibentuknya mualaf center, terutama di Aceh dan perlu dibuat data base mualaf.

 

"Harus ada program pemberdayaan ekonomi bagi saudara baru yang kurang mampu, meningkatkan penyaluran zakat, sedekah dan infaq untuk mewujudkan kesejahteraan batiniah dan lahiriah," kata Dr Fakhri menjelaskan materinya.

 

Selain itu, perlu juga untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan pembinaan dan pendampingan saudara baru melalui berbagai aspek program.


Sementara akademisi dari Pusat Kesejahteraan Insan dan Komuniti, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) Prof Razaleigh Bin Muhamat, mengatakan ada empat faktor utama pemeluk Islam di Malaysia.

 

"Faktor utama yang mendorong saudara baru ataupun mualaf memeluk agama Islam adalah kerana adanya hidayah dan petunjuk dari Allah SWT, yang kedua adalah faktor perkawinan dengan orang Melayu (Islam) juga merupakan antara faktor yang mendorong pemelukan Islam di kalangan saudara baru," katanya.

 

Dua faktor lainnya yang ia jelaskan adalah faktor perserikatan dan juga faktor dengan kepentingan tertentu.

 

"Ada di kalangan mereka yang mempunyai latar belakang yang sama (komunitas yang sama) seperti dari segi suku kaum,pekerjaan, status diri dan lain-lain. Terdapat juga di kalangan mualaf yang memeluk Islam kerana kepentingan-kepentingan tertentu. Namun hakikat tersebut tidak dapat dibuktikan dengan tepat kerana ianya merupakan suatu hal yang subjektif dan tidak mampu ditafsirkan secara terbuka," kata Prof Razaleigh dalam pemaparan materinya.



Sementara itu, Dekan Pusat Pendidkan Dasar dan Berkelanjutan, Universiti Malaysia Terengganu (UMT) Prof Asyraf Hj Ab Rahman PhD, mengatakan jumlah mualaf di Malaysia menunjukkan peningkatan dari masa ke masa.

 

Semenjak tahun 2000 hingga 2012 ada sebanyak 106.747 orang mualaf yang tercatat oleh Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM).

 

"Namun sebenarnya, bilangan Mualaf atau Saudara Baru di Malaysia lebih besar daripada perangkaan rasmi JAKIM," katanya.

 

Prof Asyraf juga menjelaskan mengenai berbagai pendekatan yang dilakukan pemerintah dalam mendampingi para mualaf.

 

"Hal ini telah memberikan secercah keberhasilan, tak terkecuali bantuan dari LSM dan orang-orang muslim," ujarnya.

 

Pendekatan baru juga perlu dilakukan seperti membantu saudara baru dengan mendanai studi ke lembaga keagamaan atau ma'had tahfiz yang sesuai.

 

Pendekatan yang difokuskan pada calon anak dari setiap mualaf dapat diterapkan melalui lembaga keagamaan atau individu Muslim yang berkemampuan.

 

"Melalui metode ini, para saudara baru akan memperoleh ilmu agama secara lebih komprehensif sehingga setelah lulus nanti akan membantu meningkatkan pemahaman Islam kepada anggota keluarga dekat dan anggota masyarakat lainnya," terang Prof Asyraf.

 



Prof Noorodin Abdullah Dagorha, dari Universiti Fatoni Thailand menjelaskan bahwa dakwah Islam kepada golongan bukan islam di Thailand dilakukan oleh beberapa organisasi.

 

Strategi dakwah menetapkan para pendakwah di kampung yang ada saudara baru ini merupakan strategi yang sangat diperlukan, kerana ia boleh membina sasaran yang telah memeluk Islam dan masih memerlukan bimbingan Islam untuk seterusnya.

 

Ia menjelaskan, strategi menetapkan para pendakwah di kampung sasaran ini bermula pada tahun 1993, ia dapat dilaksanakan dengan baik selama lima tahun saja.

 

Kemudian pada tahun 1998 M cara ini terpaksa berhenti kerana problem ekonomi.

 

"Walau bagaimana pun strategi menetapkan pendakwah di kampung yang ada saudara baru ini bergerak semula pada tahun 2020 M," kata Prof Noorodin.

 

Program dakwah yang dilakukan diantaranya membimbing, membela hak muslim dan mualaf saudara baru, dan menetapkan pendakwah di kampung yang ada mualaf.

 

Ia juga menjelaskan bahwa para organisasi tersebut membantu pengumpulan bantuan jariyah untuk membeli sebidang tanah dan mendirikan masjid, membangun sekolah Islam.



 Adapun Seminar Internasional ini diikuti oleh ratusan peserta melalui daring. Acara tersebut juga diisi oleh pemateri dari masing-masing prodi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

 

Diantaranya dari Prodi KPI diisi oleh Ridwan M Hasan Lc., M.Th. PhD, Prodi MD diisi oleh Dr Juhari Hasan M.Si, prodi PMI diisi oleh Dr Lembong Misbah M.Ag, Prodi BKI Dr Zalikha, M.Ag dan Prodi Kesos oleh T. Zulyadi, Ph.D. []

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Akademisi Diskusikan Strategi Dakwah Pendampingan Mualaf di Asia Tenggara

Terkini

Topik Populer

Iklan