Wasatha.com- Selera masyarakat terhadap emping melinjau sangat tinggi. Rasanya yang ‘leumak’ mampu menyulap lidah pencinta emping yang kerap disapa kerupuk itu. Untuk masyarakat Aceh, emping melinjau kerap dijadikan sebagai teman pelengkap nasi atau mie.
“Berapa sekilo,” sapa pembeli
“Bang neboh kerepuek mulieng nyo dua kilo [ bang taruk
emping meninjau ini dua kg],” perintah pembeli lain.
“Bg kerupuk nyo ata baroe nyeh [ bg emping ini punya baru
kan],” tanya pembeli.
Begitulah sekilas suasana pasar Berenuen, Pidie setiap
harinya. Pekan lalu, penulis mencoba mendatangi salah satu toko pengusaha
emping melinjau yang ada di Bernuen.
Jika Aceh Selatan disebut kota penghasil pala, maka Pidie
bisa disebut kota primadona mulieng alias
melinjau.
Buah melinjau merupakan bahan baku utama dalam proses
pengolahan emping melinjau yang sekarang semakin banyak dipasaran.
Akibat permintaan pasar yang cukup tinggi, kini pengolahan
emping melinjau semakin banyak. Ada enam Kecamatan yang memproduksi emping
melinjau di Pidie, yaitu Kecamatan Kembang Tanjong, Kecamatan Keumala,
Kecamatan Mutiara, Kecamatan Pidie, Kecamatan Sakti, Kecamatan Titeue.
Sementara itu, Kecamatan Mutiaralah yang menjadi sentra
pemasaran emping melinjau di Pidie. Dalam hal ini penulis mencoba menelusuri
perkampungan pengolahan emping melinjau di Kecamatan Mutiara tepatnya di
Gamponeg Bereueh.
Tidak jauh dari pusat kota, jalur menuju lokasi sangat mudah
kita telusuri. Dengan menyusuri jalan samping Masjid Baitul A’la Bereueh
Lilmujahidin Bereuneun (masjid Abu Daud Bereueh) kita akan menemukan
perkampungan pengrajin emping ini.
Sepanjang jalan hanyalah perkarangan sawah nanluas melintang
dan juga rumah-rumah warga setempat yang menghiasi mata.
Tiba memasuki are kampung, kita akan disambut oleh nyanyian
palu dari rumah-rumah warga pengrajin yang terdengar jelas ditelinga. Seperti
mendengar suara katak ditengah hujan saja. Bunyi palu yang bersahut-sahutan diayunkan
mereka ibu-ibu desa Bereueh untuk menipiskan melinjau.
Sendunya alunan musik
menjadi penghibur kelelahan ditengah matahari menyala terang. Diteras rumah,
ibu-ibu ini dengan telaten menggeprek satu persatu biji melinjau yang sudah di
sangrainya.
Seperti Nurjannah, ia adalah salah satu pengrajin emping
melinjau yang kurang lebih sudah 40 tahun melakoni pekerjaan sebagai pengrajin
emping.
Untuk bahan baku biji melinjau, Nurjannah membelinya dari
pengepul biji melinjau yang ada di daerah pasar Bereunun, Pidie. Biasanya Nurjannah
membeli 5-10 bambu biji melinjau, namun karena usianya yang tidak lagi muda dan
ia hanya tinggal seorang diri sekarang, ia hanya mampu menghabiskan lima bambu
saja dalam sehari dengan jumlah emping 3,5 kg.
Wanita parubaya itu mengatakan, pekerjaan sebagai pengrajin
emping ini adalah alternatif kedua selain profesi pertamanya sebagai pertani.
“ miseu tengeh musem blang kamoe jak u blang dile, leuh
diblang baroe duk inoe peh meuling [ kalau sedang musim sawah kami pergi
kesawah dulu, baru setelah itu duduk disini geprek melinjau],” tuturnya.
Sebenarnya proses
pengolahan melinjau menjadi emping ini sudah dicoba menggunakan alat yang
modern, namun bukannya mendapat hasil yang baik malah tidak karu-karuan.
Maka jangan heran, jika sampai saat ini warga yang mengolah
melinjau menjadi emping masih menggunakan alat tradisional.
Adapun alat yang digunakan yaitu berupa palu, meja/alas,
wajan dan sendok khusus yang terbuat dari batok kelapa.
Sedangkan untuk proses pengolahannya terbilang cukup panjang.
Pertama, biji melinjau di sangrai terlebih dahulu mengunakan pasir khusus dengan
api sedang. Setelah biji melinjau matang, kemudian di geprek setipis mungkin
agar menghasilkan emping yang berkualitas.
Kemudian, biji melinjau yang sudah pipih membentuk lingkaran
itu dijemur dibawah sinar matahari dengan bantuan blet (anyaman yang terbuat dari daun kelapa). Keesokan harinya, barulah
emping siap dibawa ke pasar ke tukang pengepul.
Kualitas biji melinjau yang sudah jadi emping terbilang
berbeda-beda. Ada tiga tipe emping yang dipasarkan, pertama emping dengan
kualitas tipe satu dipasarkan dengan harga sekitaran Rp.75-80 ribu, emping dengan
kualitas dua Rp.60-70 ribu, sedangkan emping dengan kualitas tiga sekitaran Rp.50-55 ribu.
Emping tipe satu digolongkan sebagai emping super, emping
kualitas ini banyak digemari oleh masyarakat. Apakah anda penasaran untuk
mencoba emping dari pedir?. [sa]