Sejak bulan juni lalu new normal di indonesia mulai derlakukan,sudah terhitung 3 bulan di berlakukan new normal, namun jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia masih terus mengalami peningkatan.
Melansir data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, pemerintah mengumumkan terdapat 3.635 kasus positf baru Covid-19 pada Kamis (17/9/2020), sehingga total jumlah kasus terinfeksi Covid-19 ada 232.628.
Dari jumlah tersebut, terdapat 56.720 kasus aktif (bertambah 928 kasus), 9.222 kasus kematian (bertambah 122 kasus), 166.686 pasien sembuh (bertambah 2.585), dan 103.209 pasien suspek (bertambah 2.973 kasus).
Kebijakan ‘normal baru’ memungkinkan masyarakat mulai masuk kantor dan sekolah. Tempat wisata mulai dibuka dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan.Sayangnya, ‘normal baru’ dapat membangun rasa aman yang semu karena masyarakat beranggapan bahwa pandemi sudah terkendali. Mengingat jumlah kasus yang terus meningkat, arahan pemerintah Indonesia terkait implementasi ‘normal baru’ masih terlalu dini.
Di samping itu Indonesia menghadapi tekanan kuat untuk segera membuka perekonomian demi merangsang pertumbuhan ekonomi, mengurangi tingkat pengangguran dan mencegah peningkatan angka kemiskinan akibat pandemi Covid-19.Mengutip dari detik.com, direktur eksekutif indef tauhid ahmad mengatakan jika tidak dilakukan new normal terhadap pemulihan ekonomi maka ekonomi indonesia sangat dikhawatirkan dan kemungkinan buruknya adalah terjadinya krisis, oleh karena itu mulai 1 juni pemerintah dengan tegas menyatakan bahwa indonesia masuk ke tatanan normal baru atau yang biasa disebut dengan new normal.
Bak makan buah simalakama sikap pemerintah dinilai serba salah, jika diteruskan PSBB akan berdampak terhadap merosotnya ekonomi namun jika dilonggarkan maka dikhawatirkan jumlah positif corona semakin meningkat.
Secara global, sebagian besar protokol ‘normal baru’ dirancang berdasarkan kebutuhan sektor formal. Indonesia juga menerapkan model serupa. Dalam protokol tersebut, banyak aturan yang tidak dapat diterapkan pada sektor informal, misalkan saja protokol kesehatan di warung-warung kelontong, tempat pembatasan fisik menjadi mustahil.
Terakhir, kebijakan ‘normal baru’ masih memihak pada kelas menengah atas.Protokol kesehatan di era ‘normal baru’ masih berpusat pada beberapa strategi populer seperti pembatasan fisik dan penggunaan alat pelindung diri (APD).
Strategi tersebut dinilai menguntungkan masyarakat yang mampu, sedangkan kelompok masyarakat yang bergantung pada pendapatan harian mengalami kesulitan untuk bekerja dari rumah atau menyediakan APD secara mandiri.
Strategi-strategi ini juga cenderung menempatkan individu sebagai pengemban tanggung jawab. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana meningkatkan sistem jaminan kesehatan dan sosial serta bagaimana menciptakan penghidupan yang berkelanjutan dan ketangguhan masyarakat cenderung diabaikan.
Selain itu,Keadaan kenormalan baru saat ini sudah menjadi salah kaprah oleh sebagian masyarakat, banyak dari mereka menganggap bahwa dengan ditetapkannya kenormalan baru maka keadaan akan pulih seperti biasa. Banyak dari masyarakat yang mulai bepergian hingga liburan ketempat wisata.
Beberapa tempat wisata sudah mulai dikunjungi oleh beberapa wisatawan baik itu dari daerah tersebut hingga wisatawan yang datang dari luar daerah. Tentu jika hal ini dibiarkan tanpa menerapkan protokol yang ketat maka gelombang ke 2 penularan corona benar-benar akan dihadapi masyarakat Indonesia. Berkaca pada tahun 1918 bahwa dunia digemparkan dengan pandemi flu spanyol.
Selama 2 tahun orang-orang disibukkan dengan adanya virus ini, para pakar menyatakan bahwa lebih dari sepertiga penduduk dunia tewas pada saat itu. kematian bahkan terjadi secara signifikan pada gelombang kedua dimana saat masyarakat sudah mulai jenuh dengan keadaan.
Tentu dari kejadian tersebut kita juga dapat mengambil pelajaran bahwa kita belum masuk kedalam keadaan yang aman, masih banyak diluaran sana virus-virus yang mengintai kita. Kita tidak dapat mengetahui bahwa kapan virus akan benar-benar dapat diatasi, tugas kita adalah tetap waspada sehingga penularan nya dapat diatasi dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Peran Pemerintah dalam pengawasan new normal
Dengan menerapkan new normal bukan berarti pemerintah lepas tangan atas kondisi masyarakat, apalagi mengabaikan protokol yang telah ditetapkan. Melihat kondisi masyarakat yang sudah mulai beraktifitas diluar rumah bahkan berwisata maka pemerintah lebih gencar lagi dalam mengawasi.
Jika PSBB disuruh berdiam diri dirumah dan pemerintah fokus pada pasien positif maka sekarang tantangan pemerintah lebih berat, disamping mengurusi kasus positif pemerintah juga diminta selalu aktif dan tegas terhadap masyarakat yang berpergian keluar kota dengan maksud hendak berlibur ataupun mengunjungi saudara-saudaranya.
Menurut hemat penulis bahwa sekarang kita sudah kebablasan, sudah hampir 3 bulan kenormalan baru berjalan,namun peningkatan terkonfirmasi covid-19 semakin hari semakin bertambah.
Jika benar-benar ingin berhasil maka pemerintah dalam hal ini pemangku kekuasaan harus tegas, longgar bukan berarti bebas dimana masyarakat dibiarkan kembali beraktifitas tanpa memperhatikan protokol kesehatan yang ada.
Percuma jika ekonomi mampu dipulihkan namun angkat kasus terus bertambah setiap harinya. sebuah kutipan dari cicero yang mengatakan "Salus populi suprema lex esto", keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi, seharusnya nyawa dan keselamatan rakyat menjadi perhatian utama pemerintah disamping harus juga memulihkan ekonomi.
Dalam hal ini pemerintah diminta melakukan evaluasi secara berkala apakah dengan new normal keadaan dapat diatasi atau malah makin memperparah keadaan.
Indonesia harus melihat kepada negara-negara didunia bahwa tak sedikit yang gagal dalam menerapkan new normal, sebut saja korea selatan yang gagal dalam mengatasi keadaan baru ini. Sekolah-sekolah di korea selatan kembali ditutup karena pemerintah menyatakan bahwa kasus positif tidak dapat ditekan dan bahkan menunjukan trend negatif.
Adaptasi New Normal
Sama halnya dengan seleksi alam, bahwa siapa yang mampu beradaptasi maka dia akan selamat. Keadaan sekarang pun sama demikian, masyarakat diminta harus sangat mematuhi prokes agar tidak terapapar covid-19, terlebih lagi pemberlakukan new normal yang artinya masyarakat sudah boleh beraktifitas seperti biasa. namun, perlu dipahami bahwa keadaan ini tidak lah seratus persen aman.
Protokol kesehatan tetap harus dijalankan seperti menjaga jarak, memakai masker dan selalu mencuci tangan sebagai ikhtiar kita,dan setelah kita berikhtiar kita serahkan semua kepada kehendak Allah Swt.seraya kita berdoa agar pandemi ini segara berakhir.Beradaptasi terasa menyenangkan jika dijalankan dengan senang hati, tak satupun menginginkan keadaan seperti ini namun tugas kita hanyalah menjalankan anjuran pemerintah dalam membantu melawan Covid 19.
Disiplin adalah kunci kesuksesan kita melawan pandemi. Dengan disiplin kita sudah berpartisipasi aktif dalam menekan penularannya. Selalu ikuti anjuran pemerintah dan tetap jaga jarakmemakai masker dan selalu mencuci tangan,, pembatasan sosial bukan berarti menjadikan kita anti sosial namun, tetap saling membantu sesama dan saling bersinergi antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu dengan menerapkan kedisiplinan dalam diri kita maka kita sudah membantu pemerintah dalam menekan angka penularan Covid 19.(Oleh Azmul Hanafi (Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Andalas)