Oleh: Uli Akbar
SETIAP manusia memiliki hati, namun adakalanya hati itu suci
dan aHda masanya ia kotor. Walaupun pada rasanya hati itu milik manusia, namun
pada hakikatnya Allahlah yang mengaturnya.
Sering kita mendengar, bahwa jikalau hati itu baik maka
baiklah semuanya. Namun jika ia rusak, maka rusaklah semuanya. Karena hati bisa
jadi sebagai tempat yang penuh dengan cinta atau jadi tempat yang penuh dengan
dusta.
Hati itu ada masanya lemah tak berdaya dan ada masanya kuat
tak terkalahkan jua. Itulah kuasa Allah untuk menunjukkan bahwa benar adanya
bahwa Allahlah yang menguasai hati manusia, Allahlah yang mampu
membolak-balikkan hati manusia.
Oleh karena itu hati adalah milik Allah, maka kita sebagai manusia jangan terlalu
congkak berkuasa terhadap hati. Karena jika Allah membolak-balikkan hati
tersebut maka la Haula Wal Quwwata Illa Billah. Tiada daya dan upaya melainkan
hanya karena kudrah dan iradahnya Allah.
Jangan terlalu cinta, sehingga segala upaya kita ilah daya.
Kita bela sekuat tenaga, hingga membutakan kita melihat kebenaran yang ada.
Ketika hati telah cinta kepada dunia, tahta, harta ataupun wanita, dan kemudian
mengabaikan syariat Allah, maka mudah bagi Allah untuk menabur benih-benih
kebencian di hati manusia. Sekuat apapun kita mencintai, sekuat apapun kita
menjaga dan sekuat apapun kita membela, tidak ada jaminan bahwa semua itu akan
membela kita di hari kiamat kelak.
Demikian juga jangan terlalu membenci, hingga tak ada lagi
silaturrahmi yang terjalin, putus komunikasi, hilang senyuman karena sangat
membenci hingga kadangkala abai dan tak peduli walaupun yang dibenci terdengar
kabar innalillahi.
Kelak di hari kiamat kita akan mempertanggungjawabkan
jawaban atas kebencian kita di dunia. Hendak kemana kita akan lari dari
peradilan Allah?, Hakim mana yang hendak kita sogok di hari kiamat?
Maka marilah berkaca pada diri kita sendiri, mencintailah sewajarnya
dan jauhilah membenci sesama. Tidak akan selesai semua perkara di dunia saja
melainkan ada hari pertanggungjawabannya. []