Ketua Pertuni Banda Aceh Muhammad Nur (tengah) saat menjelaskan kondisi tunanetra berprofesi tukang pijat melewati masa tanggap darurat covid-19, Banda Aceh, Kamis (16/4). |
WASATHA.COM Banda Aceh – Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Banda Aceh mengungkapkan bahwa seluruh tunanetra berprofesi tukang pijat terpaksa menganggur akibat dampak covid-19. Mereka mengharapkan perhatian karena kemungkinan tidak bisa bekerja hingga Ramadan
Hal tersebut disampaikan oleh ketua Pertuni Banda Aceh Muhammad Nur usai menerima bantuan paket pangan yang disalurkan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Banda Aceh, Kamis (16/4/2020)
Ia menjelaskan bahwa salah satu pencegahan covid-19 ialah dengan menjaga jarak atau physical distancing.
Imbas dari itu tukang pijat sangat kesulitan mencari nafkah, bila Biasanya perhari pendapatan mereka Rp 60.000 yang habis sehari pakai untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sedangkan sekarang mereka hanya bisa mengandalkan kepedulian dari berbagai pihak.
“Kondisi kami sebelumnya begitu terbatas. Apalagi dengan munculnya covid-19 membuat kehidupan semakin memprihatinkan,” terangnya.
Dikatakan sebelumnya mereka sudah mendapatkan bantuan, namun bantuan yang diterima tidak mencukupi dibandingkan jumlah anggota Pertuni sebanyak 89 orang atau 50 keluarga.
Head of Program ACT Aceh Laila Khalidah mengharapkan paket pangan dari ACT untuk Pertuni bermanfaat.
Kondisi tunanetra di Banda Aceh mungkin juga dialami oleh tunanetra di daerah lain. “Insya Allah, kita terus berikhtiar mencari donatur dan mendistribusikan paket bantuan kepada kalangan kurang mampu,” paparnya.
Ia menjelaskan bahwa di hari yang sama penyaluran bantuan juga telah dilaksanakan oleh MRI Aceh Selatan dan MRI Subulussalam kepada kaum duafa adapun bantuan tersebut berasal dari Pajero Aceh Community yang mengamanahkan bantuannya melalui ACT.
Pelaksanaan pendistribusian masih akan berlanjut hingga beberapa hari ke depan.
Ditambahkan, ACT bersama MRI juga telah mendistribusikan hand sanitizer dari Minyeuk Pret, paket pangan dari Yayasan Baitul Mal (YBM) PLN UPT Banda Aceh, KPP Pratama Banda Aceh, Sahabat Kemenkeu Aceh (SAKA).
“Mudah-mudah semakin banyak lembaga ikut berpartisipasi dalam program-program kemanusiaan. Sehingga jangkauan pendistribusian bantuan lebih luas dan semakin banyak penerima manfaatnya,” tutupnya. [ ]