Iklan

Iklan

Melihat Jejak Tragedi Merpati CN-235 di Kampung Cigunung

1/09/18, 22:51 WIB Last Updated 2020-06-27T10:49:09Z

MINGGU 18 Oktober 1992 cuaca hari itu hujan disertai kabut pekat. Penduduk Kampung Cigunung, Desa Cipaganti Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut lebih memilih tinggal di rumahnya masing-masing, hanya sedikit orang yang lalu lalang saat itu.

Sekira pukul 14:00 WIB terdengar suara ledakan keras, penduduk sekitar saat itu tidak banyak menduga asal muasal suara ledakan tersebut. 

Waktu mengalir begitu cepat, hingga Senin 19 Oktober 1992, warga Kampung Cigunung baru menyadari telah terjadi kecelakaan pesawat di tebing Gunung Puntang.

“Setelah ada Helikopter melintas di Kampung kami, baru kami tahu ada tragedi pesawat jatuh di Gunung Puntang.” kenang Imas  (46) warga Kampung Cigunung, saat ditemui wasatha.com (Selasa, 09 Januari 2018)

Pesawat Merpati CN-235 dengan nomor penerbangan MZ-5601 jurusan Semarang-Bandung hilang kontak sejak Minggu 18 Oktober pukul 13:40 WIB dan diketahui menabrak Gunung Puntang (6800 kaki atau sekitar 2.040 meter).

Selama 20 jam, awak pesawat dan penumpang terdampar dan tidak ada satupun yang selamat. Buruknya medan menuju lokasi kejadian menyulitkan tim evakuasi untuk melakukan tindakan cepat terhadap korban. Proses evakuasi pun dibantu warga setempat.

Majalah Tempo menulis kecelakan ini dengan judul  “MERPATI five six zero one. We are from Semarang“. 

Sapaan itu mengalir lewat gelombang radio dari balik kokpit pesawat CN 235 Merpati Mz 5601 ke menara di Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung, pukul 13.35 WIB, Minggu.

dok. Tempo
Dalam kontak radio itu Pilot Fierda Basaria Panggabean, 29 tahun, mengabarkan pesawatnya berada di atas Cirebon pada ketinggian 12.500 kaki (4.144 meter). Trangadi, nama pesawat Merpati itu, siap mendarat di Bandung 21 menit kemudian.

Cuaca Bandung ketika itu kurang bersahabat. Sumardi, petugas di APP (Aprroach Control Office) Husein Sastranegara mengabarkan kepada Pilot Fierda, hujan turun disertai guntur. 

Awan bergelantungan kendati tak terlalu tebal, pandangan visual mengjangkau jarak 4-5 km. “Maintain one two five,” Sumardi berpesan agar Fierda mempertahankan ketinggian pesawatnya di 12.500 kaki. 

Bagi pilot dengan pengalaman 6.000 jam terbang seperti Fierda, cuaca Bandung saat itu boleh jadi tak terlalu mencemaskan. Maka dengan sepengetahuan APP di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Fierda menurunkan Trangadi sampai 8.500 kaki (2.833 meter).

Dia mengabarkan manuver itu ke Bandung pukul 13.40, dan memutuskan melakukan pendaratan dengan visual approach, mengandalkan pandangan mata. 

Sumardi menyilakan Fierda membuka kontak kembali setelah Trangadi melihat ujung landasan Bandara Husein. 


Namun kontak itu tak pernah terjadi. Trangadi tak pernah mencapai Bandung. Pesawat CN 235 nahas itu mengakhiri perjalanannya secara tragis di Gunung Puntang pada ketinggian 2.040 meter, sekitar 60 km arah tenggara Bandung. Tubuh pesawat hancur berkeping, hangus terbakar.

Hidung pesawat menancap ke tebing, menghadap ke selatan. Agaknya pada detik-detik terakhir Trangadi masih mencoba menghindari tebing dengan mengangkat tubuhnya. Seisi pesawat, 27 penumpang dan empat awak, tewas. 

Jenazah Fierda ditemukan tim SAR dengan tubuh hangus, kedua tangannya masih memegang tangkai kemudi pesawat. Meka Fitriyani, 9 tahun, tewas dalam dekapan ibunya.

Seorang penumpang terlempar 20 meter dari pesawat akibat benturan keras. Dia hanya beruntung lolos dari api, tapi tak luput dari renggutan maut. 

Setelah tragedi jatuhnya CN-235 tersebut, Maskapai Merpati mendirikan tugu peringatan jatuhnya CN-235. 

Di tugu itu tertulis 31 korban tragedi jatuhnya Pesawat Merpati. Kemudian jalan menuju Desa Cipaganti pun diabadikan dengan nama Jalan Merpati sebagai bentuk kenangan.

Tragedi itu termasuk tragedi terburuk sepanjang sejarah kecelakaan Pesawat di Indonesia. [sidqi al ghifari | jurnalis wasatha.com wilayah Priangan Timur]

***

Berikut isi dari informasi dalam Tugu Merpati :

SEBAGAI UNGKAPAN RASA TERIMAKASIH ATAS PERAN SERTA MASYARAKAT SETEMPAT DALAM PENGEVAKUASIAN KORBAN MUSIBAH PESAWAT MERPATI CN-235 PK-MNN PADA TANGGAL 18 OKTOBER 1992 DI DESA CIPAGANTI KECAMATAN CISURUPAN KAB. GARUT JAWABARAT.

MAKA P.T MERPATI NUSANTARA BERSAMA KODAM III SILIWANGI DAN PEMDA GARUT MENYUMBANGKAN BANTUAN “PERBAIKAN JALAN DAN BALAI DESA”

CIPAGANTI, 20 FEBRUARI 1993

DAFTAR KORBAN MUSIBAH

AWAK PESAWAT
1.   CAPT. FIERDA PANGGABEAN
2.   F/0 ADNAN S.PAAGO
3.   C/ A RITA RUSLIATI
4.   C/ A KETTY

PENUMPANG
1.   MISS. YANA RUSWITA
2.   MR. RECKY TIRTO SUTOMO
3.   MRS. RECKY TIRTO SUTOMO
4.   MRS. ANNI
5.   MR. TRISNA HIDAYAT
6.   MR. VICTOR RATAK
7.   MR. KOSIM
8.   MRS. ETTY SURYATI
9.   DELLA (32 DL)
10.             CHILD MEKA FITRIANI (9 TH)
11.             CHILD FAUZAN (3,5 TH)
12.             MR. EFFENDI
13.             MR. EDDY
14.             MR. GOUW LAM SWIE
15.             MR. USMAN
16.             MR. SIDHARTA
17.             MRS. SIDHARTA
18.             MISS. VIVI
19.             CHILD TIA (5 TH)
20.             MRS. YATTY SUMARDI
21.             MR. ADJA WIKARJA
22.             MR. HARYOKO
23.             MR. TAN KIM CHING
24.             MR. BOY INDRA SUTOPO
25.             MR. ISDIANTO
26.             MR. PRABOWO
27.             MR. TIRTA HALIM



Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Melihat Jejak Tragedi Merpati CN-235 di Kampung Cigunung

Terkini

Topik Populer

Iklan