Iklan

Iklan

Malam Renungan 15 Tahun Tsunami, Museum Tsunami Tampilkan Kreatifitas Pemuda

Rizki Ananda
12/27/19, 08:15 WIB Last Updated 2019-12-27T02:38:45Z
Suasana sebelum acara dimulai, Pengunjung sudah mulai berdatangan dan memenuhi tribun Museum, [Rizki Ananda/wasatha.com]
WASATHA.COM, BANDA ACEH- Memperingati 15 tahun Tsunami Aceh, masyarakat mengambil kesempatan untuk melakukan berbagai upaya muhasabah (intropeksi) diri. Diantara mereka melakukan ziarah, berdzikir, santunan dan lainnya yang mampu membangun ketataan kepada Allah.

Tsunami di Aceh sudah berlalu beberapa dekade, tidak terasa sudah 15 tahun. Museum Tsunami merupakan tempat menyimpan memori penuh duka bagi rakyat Aceh pada tahun 2004 silam. Museum Tsunami sampai saat ini masih menjadi pilihan tepat bagi masyarakat memperingati bencana yang pernah mengguncang bumi rencong tersebut.

Tahun ini Museum Tsunami menyungguhkan konsep dan penampilan menarik bagi masyarakat Aceh. berbeda dengan tahun lalu. Bangunan modern itu memberi kesempatan bagi para pemuda menampilkan bakat dan kreatifitas mereka untuk masyarakat dalam acara Malam Renungan 15 Tahun Tsunami Aceh, Museum Tsunami , Banda Aceh (27/12/2019).

Kegiatan diawali dengan adanya sharing cerita dan pengalaman hidup dari Delisa, Seorang gadis Aceh yang pernah menjadi korban amukkan Tsunami, bercerita bagaimana dia berpisah dengan sosok tercinta, menjalani hidup baru berkeadaan disabilitas. Betapa kuat dan tegarnya menjalani hidup walaupun merasakan duka ketika itu.

Selain itu ada juga Cut Putri, beliau juga merupakan sosok korban yang juga selamat dari amukkan Tsunami dan sempat merekam fenomena menakutkan itu tanpa sengaja melalui handycamnya. Dia mengungkapkan bahwa tidak ada niat sengaja merekam Tsunami, karena awalnya ia hanya ingin merekam acara walimah (pernikahan).

“Awalnya saya ingin mengabadikan acara walimah, namun yang terjadi sebaliknya bukan walimah yang saya rekam tapi Tsunami. Saya berdo’a rekaman itu bisa saya rekam agar dapat disaksikan oleh generasi muda dan itu menjadi sebuah pelajaran”, terangnya ketika memberikan sambutan.

Kegiatan Malam Renungan 15 tahun Tsunami merupakan konsep berbeda yang direncanakan pihak museum dengan konsep berbeda dan menarik berasal dari siswa-siswi SMA 2 Banda Aceh yang tergabung dalam Youth Disaster Awareness Forum.

“Setiap tahun kita menyelenggarakan acara, kali ini dengan konsep berbeda. Kita mengangkat anak Aceh tangguh bencana, karena pun museum ini ada karena mereka”, ujar Hafnidar, Kepala Museum Tsunami ketika diwawancarai.

“Tahun lalu, bukan anak-anak ini didepan, tapi tahun ini saya tidak ikut campur, mereka yang berinisiatif membuat konsep, desain panggung dan mereka yang membuat segalanya sampai juga melakukan tiap hari, bahkan sebelum tampil tadi mereka masih juga latihan, kita beri ruang untuk itu,”ujarnya kembali.

Acara bertajuk “Anak Aceh Tangguh Bencana” menampilkan Drama kebencanaan berjudul “Ie Beuna” yang diikuti oleh beberapa siswa siswi SMA 2 Banda Aceh dan diantara mereka ternyata volunteer (relawan) yang pernah diutus ke Jepang.

“Mereka ini adalah volunteer bencana internasional yang pernah dikirim ke Jepang, negara tersebut sangat mengapresiasikan siapa mereka”, jelas Hafnidar dengan takjub.

Asyi, salah satu talent drama mengaku bahagia menjadi kontributor dan berpartisipasi dalam acara.

“Rasanya Senang bisa berpartisipasi dan tidak menyangka juga mengambil peran, dengan drama ini kita bisa memberi kesan kepada orang lain bagaimana Tsunami terjadi di Aceh dulu, bisa membuat orang menangis. peran kami disaksikan oleh pengujung tadinya merupakan kebanggan tersendiri bagi kami semua”, ujar gadis Aceh bernama lengkap Asy-Syifa Syaharani itu.

Penampilan siswa-siswi SMA 2 Banda Aceh menampilkan Drama berjudul "Ie Beuna"

Kegiatan ini merupakan puncak acara dimana dari paginya kegiatan ini diselenggarkan berbagai acara seperti pembagian 1.500 Kopi Sanger, 1000 kue, 300 Buku dari kementrian PPPA dan baca yasin bersama. Semua itu diselenggarakan oleh komunitas-komunitas.

Harapan besar Museum Tsunami tetap berkontribusi memberikan yang terbaik bagi masyarakat Aceh dan menjadi wadah pembelajaran bagi kaum millenial untuk lebih tau banyak mengenai bencana.


“harapannya, kita museum Tsunami tidak akan berhenti mengkomunikasikan edukasi bencana sama anak-anak”, harapnya. []

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Malam Renungan 15 Tahun Tsunami, Museum Tsunami Tampilkan Kreatifitas Pemuda

Terkini

Topik Populer

Iklan