WASATHA.COM, BANDA ACEH - Universitas Syiah Kuala melaui
Atsiri Research Center (ARC) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Penguatan
Inovasi, Kemenristekdikti menyelenggarakan Forum Inovasi dan Bisnis Klaster
Nilam.
Forum ini turut dihadiri Dirjen Penguatan Inovasi
Kemenristekdikti Dr. Ir. Jumain Appe yang hadir sebagi Keynote Speech dengan
materi “Pengembangan Komoditi Unggulan Daerah Melalui Klaster Inovasi untuk
Penguatan Ekonomi Masyarakat” di Gedung AAC Dayan Dawood Banda Aceh, Senin (30/9).
Ketua ARC Unsyiah Dr. Syaifullah Muhammad, S.T. M.Eng mengatakan,
forum ini menghadirkan sejumlah pihak yang terlibat dalam upaya mengembangkan
industri nilam di Aceh. Melalui forum ini, diharapkan bisa menjawab beberapa
persoalan penting terkait industri nilam.
Syaifullah mengungkapkan, dulu nilam Aceh bisa memasok
sampai 70% pasar dunia namun kini hanya tinggal 10%. Informasi ini berdasarkan
data dari Asian Development Bank (ADB)
tentang market share nilam Aceh.
“Nilam ini tata niaganya tidak mudah. Namun kita bersyukur,
dengan sejumlah MoU yang telah kita laksanakan. Unsyiah akhirnya bisa turut
bekontribusi dalam menentukan harga minyak nilam di pasar,” ucapnya.
Rektor Unsyiah Prof Samsul Rizal M.Eng mengatakan, dirinya
sangat mengapresiasi atas kerja keras
ARC Unsyiah yang selama ini telah terlibat aktif dalam upaya
pengembangan industri nilam di Aceh. Sejumlah inovasi dari para peneliti
Unsyiah, telah mampu meningkatkan kualitas nilam Aceh menjadi lebih baik.
“Selama tiga tahun ini, kerja keras ARC telah terlihat
hasilnya. Kita terus berupaya agar harga nilam di petani tidak jatuh, sehingga
mereka bisa semakin bersemangat untuk bertani nilam,” ucap Rektor.
Bupati Aceh Jaya Tengku Irfan TB mengatakan, pihaknya sangat
berterima kasih atas kepercayaan ARC
Unsyiah dan Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti yang telah menunjuk Aceh
Jaya sebagai daerah Kluster Inovasi Nilam. Saat ini Aceh Jaya juga telah siap
untuk melakukan aktivitas ekspor setelah
pelabuhan di kabupaten tersebut telah dibangun lebih baik.
Selain itu, Aceh Jaya juga telah menyiapkan dua daerahnya
yang dinilai cukup potensial untuk pengembangan nilam yaitu di Kecamatan Panga
dan Darul Hikmah.
“Di mana ada 250 hektar yang sudah kita canangkan sebagai
kawasan pengembangan inovasi nilam,” ucapnya.
Dr Jumain Appe menjelaskan dalam konteks pembangunan daerah,
strategi pembangunan difokuskan kepada penggarapan bisnis unggulan baru dengan
mengembangkan potensi bisnis yang berbasis pada Produk Unggulan Daerah (PUD).
Berbagai macam PUD yang bisa dikembangkan antara lain
komoditas pertanian, perkebunan, kehutanan, hortikultura hingga industri
kreatif.
Strategi ini adalah upaya untuk memanfaatkan peluang bisnis
baru. Sebab tingkat daya saing nasional itu dibentuk dan didukung oleh
kemampuan daya saing daerah yang memiliki karakteristik aktivitas ekonomi,
infrastruktur, sumber daya alam, kearifan lokal serta kualitas sumber daya
manusia yang beragam.
Oleh sebab itu, Klaster Inovasi Berbasis PUD merupakan
entitas bisnis kolaboratif yang melibatkan berbagai stakeholder inovasi,
khususnya pemerintah daerah, perguruan tinggi, badan usaha dan masyarakat.
“Untuk itulah,
melalui forum ini diharapkan bisa tercapai kesepahaman dalam
mengimplementasikan klaster inovasi, untuk mendorong terbangunnya ekosistem
inovasi di daerah sebagai upaya meningkatkan produktivitas dan nilai tambah
komoditas PUD khususnya minyak atsiri nilam,” ujarnya.
Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan penandatanganan MoU
antara PT. Haldin Pasifik Semesta dengan ARC Unsyiah tentang Kemitraan dalam
Pengembangan Industri Nilam Aceh.
Lalu kunjungan ke lokasi Nilam Innovation Park (Ninopark),
Laboratorium Kultur Jaringan Nilam, peresmian Green House pembibitan nilam,
penyerahan bibit nilam varietas unggul kepada para petani secara simbolis, dan
penanaman bibit nilam bersama di kebun percontohan.
Di tempat terpisah, juga dilaksanakan Business Forum di
kantor Perwakilan Bank Indonesia Banda Aceh yang dihadiri oleh stakeholder
inovasi nilam.[]