T. Murdani |
Australia tidak memiliki sumber air, negara dengan teknologinya harus mengubah air laut untuk menjadi air minum tetapi sanggup menyediakan air gratis di pinggir jalan untuk warganya.
SAYA belum pernah menemukan dalam Al-Quran sebuah ayat yang secara langsung atau
secara implisit menyebutkan “Pengembangan Masyarakat” akan tetapi Alquran dan
hadits sangat kental dengan pengembangan masyarakat itu sendiri.
Mengapa
demikian, karena pengembangan masyarakat adalah sebuah konsep dan upaya untuk
memberikan kekuatan kepada masyarakat agar mereka mampu hidup lebih baik.
Sedangkan Islam yang memiliki dua kekuatan utama yaitu Al-Quran dan Hadits yang
berisikan tujuan mulia yaitu menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Jauh
sebelum konsep ekonomi kapitalis dan kawan-kawannya lahir Islam telah memiliki
konsep ekonomi sendiri yang mampu menjaga dan menstabilisasi kesenjangan kesejahteraan
sosial yakni melalui zakat, infaq dan shadaqah. Para ahli sepakat secara umum
tujuan dari perintah zakat, infaq dan shadaqah merupakan kontribusi
sumbangan dari orang-orang Muslim yang kaya terhadap orang-orang miskin dan
yang membutuhkan yang sesuai dengan ajaran agama berarti mensucikan harta
(Salahuddin 2009).
Tujuan
dari membayar zakat adalah untuk mengatur atau mengontrol keseimbangan
penyebaran ekonomi didalam masyarakat. Safwan (1997) mengatakan bahwa zakat adalah
sebuah fondasi alternatif untuk mengembangkan kekuatan ekonomi sosial bagi
masyarakat miskin. Islam tidak melarang seseorang menjadi kaya, tetapi Islam
tidak dapat mentolerir kekayaan hanya berpusat pada satu atau beberapa orang
saja karena mereka tidak mau membagi kekayaannya kepada orang-orang miskin
(Dimas and Raditya 2010).
Menurut
Hodgson (1977), Islam telah menunjukkan kejayaannya pada abad ke enam belas
dimana dia mengistilahkannya dengan Islamdom. Dia mengambarkan bahwa peradaban islam
telah mampu menyatukan kreatifitas budaya dengan politik pada masa itu, sehingga
mampu menguasai barat dan timur. Kondisi ini menggambarkan perkembangan
masyarakat Islam ketika itu sangat maju dan sejahtera.
Kalau
kita melihat berbagai definisi dari pengembangan masyarakat seperti apa yang
dikatakan oleh Rhonda & Robert (2009) pengembangan masyarakat adalah sebuah
proses untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, terpenuhi segala kebutuhannya
baik kecukupan makanan maupun akses terhadap pelayanan publik. Jika kita
menganalisa definisi ini maka kita dapat membayangkan bagaimana masyarakat
Islam pada abad ke enam belas sebagaimana yang digambarkan oleh Hudgson dimana
segala kebutuhannya terpenuhi dengan kehidupan yang sangat layak.
Lantas
kemana sekarang konsep pengembangan masyarakat Islam? Aceh yang mayoritas
penduduk Muslim apakah telah mengamalkan konsep peradaban Islam yang sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian tersebut? Mengapa dengan kelebihan
syariat Islam yang kita miliki sekarang kita tidak mengkaji bagaimana
masyarakat Islam yang ideal?
Mengapa
daerah atau negara yang non-Muslim saat ini peradabannya lebih maju dan hidup
lebih bermartabat dari kita? Sebut saja semacam Australia negara yang berada di
kawasan Asia, negara yang tandus dan gersang tetapi mampu menjadi penyuplai
makanan kepada negara-negara lain hingga ke Arab. Australia tidak memiliki
sumber air, negara dengan teknologinya harus mengubah air laut untuk menjadi
air minum tetapi sanggup menyediakan air gratis di pinggir jalan untuk
warganya.
Lapisan
tanah di Australia hanya kurang lebih enam puluh centimeter dari permukaan,
selebihnya batu karang yang tidak mampu kita korek dengan cangkul atau pacul tetapi
mampu memproduksi buah untuk di ekspor ke seluruh dunia. Tidak ada rumput hijau
di Australia ternak harus memakan rumput kering, tetapi daging sapi diekspor
sampai ke Aceh.
Sedangkan
Aceh memiliki kekayaan berbagai sumber daya alam yang jauh melebihi Australia
tetapi semuanya bergantung kepada orang lain. Mulai dari telur, kelapa, ikan
asin, teri, sayur dan sebagainya harus dipasok dari Medan (Sumatera Utara). Kalau
saja transportasi darat terputus antara Medan dengan Aceh, maka tidak diragukan
lagi harga barang di Aceh bisa naik serratus kali lipat bahkan lebih.
Aceh
saat ini memiliki modal lebih bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di
Indonesia untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam, karena Aceh memiliki
modal besar yaitu syariat Islam. Sudah saatnya kita mengkaji ulang pelaksanaan
syariat di Aceh agar tidak hanya pada penegakan hukum, tetapi lebih luas dan
lebih tajam dari itu, yakni penerapan syariat untuk mengembalikan kejayaan
peradaban Islam seperti catatan Hodgson.
Adanya
modal besar ini jangan sampai serupa dengan perkataan endatu kita ‘Eih-Eih Bileung Gaseu” (tidur asyik
menghitung kasau). Walaupun modal sudah ada tetapi karena kita malas berfikir
dan berbuat akhirnya kita hanya bisa melakukan hal-hal yang tidak penting dan
selalu menyalahkan orang yang memiliki inisiatif untuk berbuat baik.
Jurusan
pengembangan Masyarakat Islam (PMI) akan menjadi penanggung jawab dan aktor
utama untuk tugas mulia ini. Bukan hanya di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
tetapi di Aceh hanya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi terdapat jurusan yang
mengkaji konsep pengembangan masyarakat Islam. PMI sudah waktunya menginisiasi
langkah-langkah yang kongkrit untuk memberikan contoh nyata dalam pengembangan
masyarakat Islam di Aceh.
Keseriusan
baik dosen maupun mahasiswa dan alumni dalam mempelajari dan menggali sejarah
bagaimana masyarakat Islam dahulu dibangun akan sangat berguna untuk melahirkan
konsep pengembangan masyarakat Islam Aceh yang modern. Konsep ini nantinya akan
menjadi cikal bakal konsep universal tentang pengembangan masyarakat Islam
kedepan. Pada akhirnya jurusan PMI akan membuat sejarah dengan slogan “from PMI to the Islamic world”
Jika
ini dapat dijalankan, kedepan kebesaran dan ketenaran UIN Ar_Raniry akan sangat
bergantung kepada jurusan PMI khusunya dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada
umumnya. Konsep pengembangan masyarakat Islam modern sangat dibutuhkan kedepan
untuk menghilangkan pandangan-pandangan bahwa negara-negara yang berpenduduk
Islam selalu miskin dan tidak aman.
Jurusan
PMI merupakan sarana Dakwah bil Hal yang merupakan sarana dakwah yang
memperioritaskan perbuatan dan menghasilkan karya, bukan hanya No Action Talk Only (NATO). Keberhasilan
dakwah PMI diukur dengan kesuksesan meningkatkan taraf hidup masyarakat agar
mereka lebih tenang dalam beribadah kepada sang pencipta. Semoga PMI mampu
mengemban amanah ini demi masyarakat Islam ke depan. []
T. Murdani adalah Dosen pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Ar-Raniry, mahasiswa program Doktor dalam bidang International Development, Fakultas Art & Design, University of Canberra, Australia.