WASATHA.COM, BANDA ACEH - Universitas Islam Negeri (UIN)
Ar-Raniry menggelar Seminar Pencegahan Radikalisme dan Kebhinnekaan bagi
mahasiswa. Kegiatan yang berlangsung di Aula Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Selasa
(9/7/2019) ini dibuka oleh Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Dr.
Saifullah, M.Ag.
Ketua Panita, Fuad, S.Ag., M.Hum
disela-sela kegiatan mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan acara rutin yang dilaksanakan setiap tahun oleh bidang kemahasiswaan UIN Ar-Raniry dengan mengangkat isu-isu yang sangat penting dan berkembang dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia.
“Seminar tersebut merupakan kegiatan
rutin yang dilaksanan bagi mahaisiswa, kali ini kita mengangkat tema tentang
radikalisme dan kebhinnekaan, dan ini merupakan isu yang sangat krusial pada
saat sekarang terlebih lagi bagi kalangan mahasiswa,” ujarnya.
Lanjutnya, pihak panitia mengundang narasumber
dari berbagai unsur yakni TNI, Polri dan akademisi, mereka akan memamparkan
materi yang Insyaallah sangat berguna bagi peserta, sebab pengembangan generasi
di masa akan datang, salah satunya sangat tergantung pada mahasiswa, mereka lah
yang akan memegang tampuk kepemimpinan di masa medatang.
Narasumber yang diundang antara lain,
Staf Khusus Pangdam Iskandar Muda, Dr. Kolonel Caj. H. Ahmad Husein, MA yang
juga alumni Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Kapolsek Syiah Kuala, AKP. Edi Saputra,
SE, dan Dr. Zahratul Idami, SH. M.Hum, dosen pada Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh.
“Seminar tersebut diharapkan akan
mendapatkan output yang sangat berguna bagi peserta dan lembaga UIN Ar-Raniry,
kegiatan ini diikuti oleh seratusan peserta yang terdiri seluruh elemen
mahasiswa di Lingkungan UIN Ar-Raniry, baik perwakilan dari sembilan Fakultas
dan UKM/UKK yang ada di Lingkungan UIN Ar-Raniry,” kata Fuad.
Sebelumnya, Warek III UIN Ar-Raniry,
Dr. Saifullah dalam sambutannya mengajak mahasiswa untuk menangkal
pemikiran-pemikiran yang yang menjurus kepada radikal, apalagi sampai berani
mengkafirkan orang lain.
“Kami berharap kepada mahasiswa dapat
menangkal pemikiran-pemikan yang menjurus kepada radikal, apalagi sampai berani
mengkafirkan orang lain, dan itu hanya kerena berbeda pendapat, padahal dalam
islam itu bahwa perbedaan merupakan rahmat dari Allah,” ujarnya.
Warek menyatakan, bahwa saat ini ada
sebuah istilah tren yang kita dengar yaitu moderasi beragama, yaitu antitesis
dari radikalisme.
Menurutnya yang dimaksud adalah bukan berpikir kritis. Sementara yang dianjurkan dalam Islam untuk berpikir dengan mencari sumber utamanya.
Menurutnya yang dimaksud adalah bukan berpikir kritis. Sementara yang dianjurkan dalam Islam untuk berpikir dengan mencari sumber utamanya.
Islam telah mengatur sangat komplit,
artinya bagaimana ummat mensikapi tentang perbedaan-perbedaan, beda budaya,
beda ras, bahkan Islam mengatur bagaimana berinteraksi dengan orang berbeda
keyakinan.
“Ini adalah persoalan besar di tanah
air dan bangsa Indonesia, mari kita bersama mendukung pemerintah dalam mencegah
radikalisme, sebab hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama, mudah-mudahan
dengan adanya seminar seperti ini, dapat bermanfaat bagi mahasiswa, masyarakat
dan bangsa Indonesia,” imbuh Saifullah Idris. []