REMAJA muslim asal
Turkenistan bernama Toyly kini sudah tujuh bulan tinggal di Aceh, Ia yang berusia
20 tahun tersebut merupakan penerima beasiswa Darma Siswa Program.
Beasiswa ini
merupakan beasisawa yang diberikan pemerintahan Indonesia kepada para pelajar
di negara-negara asing yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia
bertujuan untuk mempelajari seni, kebudayaan dan bahasa Indonesia.
Toyly mengatakan selama
tujuh bulan ini ia sudah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk berlajar bahasa
Indonesia, ia belajar bahasa Indonesia
bersama seorang guru dan seorang teman wanitanya dari Jepang yang juga penerima
beasiswa yang sama seperti dirinya. Kantor Interational Office UIN Ar-Raniry
dipilih menjadi tempat ia belajar.
“Alhamdulillah selama
tujuh bulan ini kemampuan saya berbahasa Indonesia sudah lumayan lancar, sudah
banyak kata-kata yang saya pahan ketika orang lain berbicara”, jawab Toyly dengan
pilihan kata yang sangat formal.
Toyly juga mengatakan
tidak ada kendala berarti selama tujuh bulan ini, orang Aceh sangat ramah dan
baik kemanapun saya pergi saya selalu di layani dengan baik, hanya satu hal
yang sangat mengganggunya, yaitu perilaku merokok orang Aceh yang tidak
mengenal tempat.
“program beasiswa ini
hanya untuk satu tahun, setelah program ini selesai saya ingin kuliah di sini”,
lanjutnya menjelaskan. [BACA: Toyly Pemuda Turkmenistan yang Suka Dengan Keramahan Aceh]
Toyly tidak ingin
kembali lagi ke kampung halamannya setelah program tersebut selesai, ia ingin
melanjutkan kuliah ke UIN Ar-Raniry jika ia mendapatkan beasiswa, ia masih
benar-benar ingin mecari pengalaman lebih banyak lagi hidup di negara orang.
Alasan lain yang
membuatnya masih tetap ingin tinggal di Aceh adalah toyly masih ingin menjelajahi
tempat-tempat menarik di Aceh yang belum ia kunjungi, toyly mengatakan alam di
Aceh sangat indah, ia tidak pernah melihat pohon-pohon hijau yang tumbuh di
antara bebatuan yang mengelilingi laut, di Turkmenistan ia tidak pernah melihat
apa yang ia lihat di Aceh.
“Negara saya sangat tertutup
dengan dunia luar, bahkan hampir tidak ditemukan orang asing disana, kotanya
indah, tapi semuanya hasil buatan, tidak seperti di Aceh”, lanjutnya.
Toyly menambahkan
negaranya memang memiliki empat musih seperti di Eropa, tetapi jika sedang
musih dingin cuacanya sangat dingin, dan jika sedang musim panas udaranya
sangat panas, berbeda dengan Aceh dimana panas dan dingin berimbang, sehingga
kulit kita masih mampu beradaptasi.
“Semoga apa yang saya
rencanakan nanti bisa dimudahkan Allah, setelah program beasiswa ini selesai saya
ingin ke Malaysia untuk mengurus visa pelajar saya, bulan tujuh nanti saya akan
mencoba untuk mendaftar di jurusan bahasa Inggris UIN Ar-Raniry, dan yang
paling saya harapkan adalah ada beasiswa untuk saya nantnya, tutupnya”. [Khairul Azmi]