WASATHA.COM, Banda Aceh - Teater Rongsokan Aceh bersama UKM Rongsokan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry akan mengadakan pementasan teater tunggal produksi XXII bertemakan Tradisi.
Pementasan yang berjudul “Peunawa” ini akan dipentaskan dua kali di Gedung Utama Taman Budaya Sumatera Utara, pada pukul 16.00 dan 20.00 WIB, Senin (28/1/2019) mendatang.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) KTM Rongsokan UIN Ar-Raniry, Al Khalily kepada ar-raniry.ac.id, Rabu (23/1/2019).
Menurutnya, kegiatan ini dilaksanakan atas kerja sama Teater Rongsokan Aceh dengan Univeritas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh dan komunitas-komunitas teater di kota Medan.
“Persiapan pementasan tersebut telah dilakukan sejak empat bulan yang lalu, dimulai dari bulan September 2018. Para aktor dan team yang terlibat didalamnya merupakan hasil seleksi bersama, harapannya para team dapat menjaga eksistensi dan eksklusifitas pertunjukan itu sendiri," terangnya.
Ia menambahkan, bahwa proses keberangkatan nantinya dengan menggunakan kenderaan operasional kampus.
Dalam hal ini pihak rektorat sangat mendukung kegiatan yang diadakan oleh UKM-KTM Teater Rongsokan, apalagi hal ini menyangkut nama baik UIN Ar-Raniry secara khusus dan Aceh pada umumnya.
Khalily menyebutkan, peserta yang akan berangkat berjumlah 25 orang, dan dibantu juga oleh para senior yang berkompeten dibidangnya.
“Bagi masyarakat yang ingin menonton pementasan cukup membayar tiket Rp 15.000 saja, kita sudah bisa belajar tentang budaya Aceh yang begitu kaya dengan kearifan lokalnya. Setelah pementasan, nantinya akan dibuka ruang diskusi umum untuk mengeksplor tentang hal teater,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan, dengan dihelatnya “Pementasan Peunawa” tersebut diharapkan dapat menjadi wadah untuk memperkenalkan tradisi dan budaya Aceh dan membuka cakrwala pemikiran orang luar Aceh bahwasannya tradisi Aceh itu tidak sedikit melainkan begitu kaya di Bumi Aceh.
Sementara itu, penulis sekaligus sutradara dari pementasan, Iwan Bundo mengatakan bahwa pertunjukan kali ini mengusung tema tradisi Aceh, tentang “Kuah Beulangong”.
Kuliner asli Aceh ini akan divisualisasikan diatas panggung pertunjukan, para aktor dituntut untuk menyampaikan pesan secara utuh bagaimana proses kuliner yang “sacral” ini sampai kehadapan para penikmat.
“Banyak kearifan dan tradisi-tradisi Aceh yang hari ini mulai dilupakan oleh generasi muda sekarang. Para millenial tidak lagi berpegang pada akar-akar tradisi, mereka lebih cenderung mengikuti trend luar, budaya barat yang jelas-jelas bertentangan dengan budaya kita di Aceh,” ujar Iwan.
Ia menambahkan, pertunjukan tersebut setidaknya menjadi stimulus bagi kita semua agar tetap melestarikan budaya dan khasanah yang dimiliki masyarakat Aceh. []