Iklan

Iklan

"Red Golden" Pisang Sale dari Syiah Kuala

1/04/19, 09:58 WIB Last Updated 2020-06-27T10:42:39Z
Dapur produksi pisang sale Red Golden. [FOTO: Radhatul Jumala]

RINTIK hujan menemani perjalanan kami ke tempat pembuatan pisang sale khas Aceh di Gampong Deah Rawa, Kecamatan Syah Kuala, Banda Aceh.

Tempat produksi oleh-oleh khas Aceh ini terletak tak jauh dari Pantai Syah Kuala. Hanya berkisar 4 km dari lokasi pantai.

Tidak susah mencari alamat  tempat tersebut. Setelah menyusuri jalan lurus dari pantai Syah Kuala, kita akan diberi papan petunjuk bertuliskan Pisang Sale khas Aceh. 

Puluhan tandan pisang terikat berjejer dihalaman. Dua pekerja mengupas pisang Wak dan menyeleksi pisang dengan kualitas baik untuk selanjutnya disale.

Sejumlah pisang yang telah lulus tahap seleksi dimasukkan kedalam ember bulat berwarna hitam kemudian dibawa ke tungku perapian. Puluhan Pisang Wak tersebut didatangkan dari berbagai daerah Aceh.


Terdapat 16 tungku perapian didalam industri tersebut. Setiap tungku terbuat dari beton setinggi 1,5 meter yang posisinya saling berdempetan. Diatasnya disusun berjejer potongan bambu-bambu kecil. 

Adalah Ishak, salah satu pekerja yang telah bekerja selama kurang lebih setahun ini di Industri tersebut. Ia membawa pisang yang telah dikupas tadi ke dalam tempat perapian.

Tangan Ishak terlihat cekatan membalikkan pisang sale di tungku perapian. Berbalut sarung tangan plastik, dia mendorong kayu api pada tungku dan membolak-balikkan pisang-pisang yang berada di perapian.

“Harus pakai sarung tangan supaya kualitasnya tetap terjaga,” ucapnya, Kamis, 21 Desember lalu.

Pabrik rumahan produksi pisang sale Red Golden ini memang terkenal sangat menjaga mutu dari produknya. Lantai, Tungku perapian, dan ember-ember yang digunakan terlihat bersih.

Sesekali matanya tampak berbinar menahan perihnya asap putih dari perapian.

“Proses penyalean nya dua hari dua malam, sampai pisang-pisang ini benar-benar coklat, ” ujar Ishak sembari menunjukkan pisang sale yang telah matang.
Sesekali ia juga memeriksa api pembakaran.

 “Apinya tidak boleh terlalu besar, supaya hasilnya bagus,” ucapnya.

Menurut Ishak, jika api yang dinyalakan terlalu besar maka pisang tidak akan matang sempurna, warnanya nya pun akan hitam, tidak sesuai dengan harapan.

Sementara Ishak sedang menjaga api supaya pisang yang disale tidak gosong. Disudut ruang, tampak dua wanita bercengkrama sembari menggoreng pisang sale yang telah dipipihkan.

“Silahkan diicip-icip dek,” ujar salah satu wanita yang sedang menggoreng pisang sale.

Selain disajikan dalam bentuk bulat, pisang sale juga bisa disajikan dalam bentuk goreng. Namun, pisang sale yang digoreng terlebih dulu dipipihkan menggunakan alat pemipih.


Tangan wanita-wanita itu berlumur tepung. Pisang sale pipih yang hendak digoreng terlebih dahulu dilumuri tepung agar rasanya renyah.

Setelah rangkaian proses produksi selesai, pisang-pisang tersebut dibawa ke pasar.

Untuk pisang sale goreng, produk dari industri rumah ini dibandrol dengan harga Rp70.000 perkilo. Sedangkan untuk pisang sale biasa hanya Rp50.000 perkilogram. [Raudhatul Jumala]

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • "Red Golden" Pisang Sale dari Syiah Kuala

Terkini

Topik Populer

Iklan