WASATHA.COM,
ACEH BESAR- Tradisi top oen kayee (menumbuk
dedaunan) merupakan tradisi yang sudah turun menurun dilakukan oleh masyarakat Gampong Seupeu, Kuta Baro, Aceh Besar.
Tradisi unik ini
merupakan salah satu ciri khas masyarakat setempat untuk menyambut bulan suci
Ramadhan. Biasannya tradisi ini dilakukan dua
minggu
menjelang bulan Ramadhan tiba.
Langkah pertama
yang dilakukan adalah mengupas kunyit,
kemudian kunyit ditumbuk bersamaan dengan berbagai macam dedaunan dan
juga beras, sehingga menghasilkan beras yang berwarna kuning dengan aroma
dedaunan kayu yang khas.
Proses penumbukkan
ini dilakukan dengan menggunakan jeungkie (jungki) yang digerakkan
dengan bantuan tenaga kaki. Proses ini
memerlukan waktu yang sedikit lama. Karena beras, kunyit dan dedaunan yang ditumbuk
harus tercampur secara merata.
Setelah proses
penumbukkan selesai, selanjutnya beras yang sudah bercampur dengan kunyit dan
dedaunan kayu dikeringkan di bawah panasnya terik matahari hingga mengering.
Hal ini bertujuan agar beras, kuyit dan dedaunan yang sudah bercampur tadi
dapat bertahan lama, karena bahan tersebut akan disimpan dan kembali digunakan selama puasa.
Setiap
sorenya di bulan puasa, masyarakat menggunakan beras yang bercampur kunyit dan
dedaunan kayu yang sudah kering itu untuk dimasak seperti bubur dan biasanya
masyarakat menyebutnya dengan sebutan "Ie Bu ".
"Ie
Bu" tersebut dimasak di meunasah
atau balai setempat dalam takaran yang besar, karena nantinya "Ie Bu"
tersebut akan dibagikan kepada warga setempat secara gratis.
Setiap menjelang
berbuka, lonceng pun dibunyingkan dan ini bertanda masyarakat sudah bisa
bergegas menuju meunasah untuk mengambil bubur "Ie
Bu" tersebut.
Tradisi
ini
sudah dilakukan turun-temurun di Aceh Besar, khususnya
Gampong Seupeu. [Ulfia
Fadhillah]