Foto Bersama Rombongan PAS dengan Pihak Kampus UIN Ar-Raniry | Humas UIN |
WASATHA.COM- Sebanyak 22 orang pengurus Partai Islam Malaysia (PAS) mengunjungi kampus
Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh untuk melakukan studi
banding pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh. 22 orang pengurus PAS ini ada yang
berasal dari negeri Selangor, Johor, Kelantan dan sebagainya.
Kehadiran rombongan ini disambut oleh Rektor UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Farid
Wajdi Ibrahim MA, Wakil Rektor I Dr. Muhibuthabry, M.Ag, wakil rektor III Prof.
Dr. Syamsul Rijal, MA, Kepala Biro AUPK Drs. Junaidi, Kepala Biro AAKK Drs. M.
Jakfar Yacob, Kabag Humas dan Kerjasama UIN Drs. Fuadi Zukifli,
M.Si dan sejumlah akademisi UIN Ar-Raniry lainnya, Kamis, (08/02/2018).
Datok Abdullah Husin, ketua rombongan dari Malaysia dalam penjelasannya
menjelaskan tentang almarhum Nik Abdul Azis yang mereka jadikan sebagai guru
dalam perjuangannya. Dan kedatangan mereka ke Aceh adalah untuk mempelajari
secara mendalam terkait penegakan Syari’at Islam di Aceh serta peran institusi
pendidikan yang ada di Aceh, khususnya UIN Ar-Raniry.
“Kami bangga Aceh lebih duluan dalam penegakan Syari’at Islam. Bahkan kami
dengar pramugari masuk ke Aceh harus memakai pakaian muslimah. Saya akan
sampaikan perkembangan baik dari Aceh ini ke pemerintahan di Malaysia dan
berharap mudah-mudahan kami bisa mengikuti jejak Aceh,” ujar Datok Abdullah
Husin.
Ia juga mengatakan, pihaknya berharap bisa menjalin kerja sama dengan UIN
Ar-Raniry dalam pengembangan pendidikan, sebab pihaknya merasa perlu untuk
adopsi model pendidikan di UIN untuk dibawa ke Malaysia.
Sementara itu, dalam sambutannya, Rektor UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Farid
Wajdi Ibrahim, MA mengatakan panjang lebar perjuangan penegakan Syari’at Islam
di Aceh dari masa ke masa.
“Allah akan memudahkan jalan kalau kita ingin menegakkan Syari’at Islam.
Kami akan selalu siap untuk terus berjuang menyukseskan penerapan Syari’at
Islam di Aceh, “ ujar Prof. Farid Wajdi.
Prof. Farid Wajdi juga menyinggung tentang resiko masyarakat Aceh yang
menerapkan Syari’at Islam dimana sering kali dituduh radikal di dunia luar.
Namun, kenyataannya, ternyata di Aceh ini tidak seperti yang mereka gambarkan. [Teuku Zulkhairi]