ALLAH SWT yang
menciptakan manusia sebagai makhluk-Nya yang menempati alam semesta ini juga
mengiringinya dengan berbagai ketentuan hukum guna mengatur kehidupan di dunia
ini untuk kemaslahatan hidup manusia itu sendiri.
Karenanya, setiap manusia sebagai
hamba Allah
wajib untuk mentaati segala ketentuan hukum-hukum yang diatur dalam syariat
Islam yang di dalamnya banyak terdapat hikmah untuk ketenangan hidup di dunia
dan juga kebahagiaan yang akan didapatkan di akhirat kelak sebagai tujuan atau
maqashid syariah.
Demikian antara lain disampaikan
Ustaz Dr. H. Syukri M. Yusuf MA, Kabid Bina Hukum Syariat Islam dan HAM Dinas
Syariat Islam Aceh saat
mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh
Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (15/11/2017) malam.
"Syariat Islam merupakan
aturan hukum yang ditetapkan Allah untuk kemaslahatan umat manusia dalam
kehidupan ini. Jika kita mau patuh dan taat, banyak hikmah yang kita dapatkan
di dunia ini dan akhirat kelak," ujar Ustaz Syukri M. Yusuf.
Menurutnya, taat pada hukum Allah
merupakan suatu kewajiban mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar oleh setiap
insan ciptaan-Nya. Jika
kita mengingkari, bahkan sampai menolak hukum Allah, maka kesengsaraan dan
kemurkaan Allah yang akan kita dapatkan dalam kehidupan, serta azab yang maha
berat di hari pembalasan.
Taat pada hukum Allah dengan
menjalankan segala amal ibadah yang diperintahkan (amar makruf) baik ibadah
mahdhah maupun ghairu mahdhah, juga meninggalkan segala yang dilarang (nahi
munkar) sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an, Hadits Nabi dan juga ijma' ulama.
Dalam Alquran Surat Ali Imran
ayat juga ditegaskan, "Katakanlah: hendaklah kamu taat kepada Allah dan
Rasul. Tetapi jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada
orang-orang yang kafir"
Ketaatan kepada Allah menempati
posisi ketaatan tertinggi.. Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia
ini yang dapat mengalahkan ketaatan kita kepada Allah SWT. Saat Allah
menginginkan sesuatu dari kita, harus menaati-Nya.
"Inilah makna keimanan dan
keislaman kita kepada Allah. Menunaikan perintah Allah, dan menjauhi
larangan-Nya merupakan cara menunjukkan ketaatan kepada Allah. Misalnya,
menunaikan shalat, berpuasan membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji,"
sebutnya.
Begitu juga dengan
larangan-larangan Allah seperti berjudi, berzina, mabuk, mencuri hak orang lain
dan membunuh manusia, semuanya juga terdapat banyak hikmahnya, dan bertujuan
untuk menjaga kehidupan, jiwa, harta, akal, kehormatan, martabat, sesuai maqashid syariah.
"Hikmah taat untuk
meninggalkan segala yang dilarang, akan mewujudkan keridhaan Allah. Hikmah itu
datang belakangan, setelah kita patuhi. Tidak bisa didapatkan hikmah di awal,
tapi kemudian, bisa di dunia atau di akhirat," terangnya.
Ketua Majelis Syuro Badan
Koordinasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin) Aceh ini menyebutkan, apa yang diturunkan Allah sebagai
ketetapan hukum itu, kita tidak tahu apa hikmah di baliknya.
"Seperti kenapa Allah larang
mencuri, kenapa tidak dibolehkan saja curi punya orang dan orang curi punya
kita, begitu juga dengan pembunuhan dan perzinaan, perjudian dan minum khamar,
kenapa Allah larang dan tidak dibebaskan saja itu semua untuk dikerjakan.
Tentunya, jika kita patuhi untuk meninggalkannya, tentu banyak sekali hikmah
yang didapatkan baik dalam bentuk pahala maupun ketentraman hidup,"
jelasnya.
Ustaz Syukri Yusuf menjelaskan,
hikmahnya dari ketaatan tersebut juga bisa dirasakan dengan mendapatkan
kehidupan yang tenang, rumah tangga terjaga keharmonisan, bisnis/karir lancar
karena ridha Allah, aman
damai, anak tak pernah sakit, serta tidak gelisah dan mengeluh terhadap segala
ketentuan Allah.
"Para ulama-ulama terdahulu banyak berdoa, lebih suka apa
yang diberikan Allah, dari pada yang dminta pada Allah dalam doa. Keputusan Allah itu lebih baik
bagi mereka. Segala yang diberikan Allah itulah yang lebih baik dari pada yang
diinginkan. Kalau tidak di dunia, mungkin akan ada kebaikan yang akan
didapatkan di akhirat kelak. Jadi Allah itu memberikan yang terbaik, meskipun
kita tidak tahu apa hikmahnya di belakangan. Jadi taati saja apa perintah Allah," tegasnya.
Bahkan, Allah menunda hukuman dan
pembalasan terhadap manusia yang ingkar pada ayat-ayatnya, hingga di hari
akhirat kelak, juga bertujuan untuk mengetahui kadar keimanan seseorang hamba.
Karena jika sudah tahu dan lihat langsung hukuman Allah begitu melanggar
perintah Allah, maka tidak ada terlihat keimanan seseorang.
"Sampai nanti di akhirat,
ada orang yang menyesal minta dikembalikan lagi ke dunia sesaat saja hanya untuk beramal
saleh, karena sudah melihat hukuman dan azabnya, tapi itu tidak ada artinya
lagi," ungkapnya.
Ustaz Syukri menambahkan, terkait
dengan terus menerus munculnya kelompok-kelompok yang selalu menentang hukum
Allah dan ingin memadamkan cahaya Islam, seperti pihak yang selalu ingin
melemahkan pelaksanaan hukum syariat Islam di Aceh dengan berbagai argumentasi
mereka seperti melanggar HAM, itu juga diterangkan dalam Alquran secara tegas.
Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaf
ayat 8 yang artinya, “Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut
mereka, sedangkan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, sekalipun orang-orang
kafir tidak suka (akan yang demikian)”
"Orang yang ingin memadamkan cahaya dan agama
Allah di muka bumi itu akan terus menerus muncul. Ini juga menjadi hikmah bagi
kita. Apa usaha kita untuk melawan penentang syariat itu, untuk mendapat pahala dari
Allah. Allah ingin memberi pahala terus menerus kepada kita untuk melawan
kelompok yang ingin melemahkan syariat Allah. Ini justru lahan amal dan
dakwah bagi kita untuk membela agama Allah dengan kemampuan kita
masing-masing," pungkasnya.