SEJAK zaman Nabi Adam, Iblis
selalu berupaya mencelakakan manusia. Berbagai cara dilakukan agar manusia
terjerumus dalam perbuatan maksiat yang pada akhirnya akan mencelakakannya. Iblis
dan setan merupakan musuh besar bagi umat manusia yang akan terus berusaha
untuk menyesatkan manusia.
Hal itu ditunjukkan dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
“Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena
sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” [QS. Fathir: 6]
Iblis diberi
kesempatan hingga hari kiamat untuk terus menggoda manusia seperti yang disebut
dalam ayat berikut:
“Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang
terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” Iblis
berkata: “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.”
Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,
sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).” Iblis
menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” [QS. Shaad:
77-83]
Tentang bagaimana
setan menggoda manusia untuk menjerumuskan ke dalam kemaksiatan dan kehinaan,
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Badai’ul Fawaid memberikan penjelasan. Setidaknya
setan menggunakan enam cara untuk menjebak manusia, yakni:
Setan mengajak
manusia pada kekafiran, perbuatan syirik dan memusuhi Allah serta Rasul-Nya.
Pertama, langkah pertama yang
ditempuh oleh setan. Setan akan terus menggoda manusia agar bisa terjerumus
dalam dosa pertama ini. Jika telah berhasil, pasukan dan bala tentara iblis
akan diangkat posisinya menjadi pengganti iblis.
Maka saat zaman
ini telah maju dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, tetapi banyak
manusia yang hidupnya penuh dengan kesyirikan. Masih banyak yang kepercayaannya
animisme bahkan terus berkembang dan dipertahankan. Takhayul dan khurafat juga
tetap tumbuh subur. Itu semua yang setan incar pertama kali lakukan agar akidah
kaum muslimin rusak.
Kedua, setan mengajak
manusia pada perbuatan yang tidak diperintahkan oleh syariat dan tidak
dicontohkan pula oleh Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, yaki perbuatan
bid’ah.
Cara yang kedua
ini dilakukan setan jika cara yang pertama tidak berhasil. Maka tidak
mengherankan jika saat ini masih terus tumbuh subur pengamalan yang dianggapnya
sebagai ibadah, padahal sama sekali tidak pernah ditemukan petunjuk syariat dan
contoh dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Perbuatan bid’ah
lebih disukai oleh iblis daripada dosa besar atau pun maksiat lainnya. Karena
bahaya bid’ah itu sangat besar. Yakni, membahayakan agama seseorang,
membahayakan orang lain karena jadi ikut-ikutan berbuat sesuatu yang tidak ada
tuntunan.
Orang yang berbuat
bid’ah akan sulit sadar untuk taubat karena ia merasa amalannya selalu benar.
Perbuatan bid’ah itu menyelisihi ajaran Rasul dan selalu mengajak untuk
menyelisihi ajaran beliau.
Setan yang
menggoda seperti ini pun juga akan diangkat sebagai pembantu iblis jika telah
berhasil menyesatkan manusia dalam hal ini.
Ketiga, setan
akan mengajak manusia untuk melakukan perbuatan dosa besar (al-kabair).
Kalau langkah
kedua tidak berhasil, setan akan mengajak manusia untuk melakukan dosa besar,
seperti berjudi, mabuk, berzina dan lainnya. Terlebih jika ia adalah seorang
berilmu dan diikuti orang banyak.
Setan lebih
semangat untuk menyesatkan orang yang berilmu dengan tujuan membuat manusia
menjauh darinya. Setan yang berhasil menyesatkan manusia dalam hal ini, dialah
yang nanti akan menjadi pengganti iblis.
Keempat, setan mengajak
manusia untuk melukan perbuatan dosa kecil (ash-shaghair). Jika setan gagal
menjerumuskan dalam dosa besar, setan tidak putus asa, bahkan akan mengajak
manusia pada dosa kecil.
Dosa kecil ini juga berbahaya, sebagaimana disebutkan dalam hadits “Jauhilah
oleh kalian dosa-dosa kecil. (Karena perumpamaan hal tersebut adalah) seperti
satu kaum yang singgah di satu lembah, lalu datanglah seseorang demi seorang
membawa kayu sehingga masaklah roti mereka dengan itu. Sesungguhnya dosa-dosa
kecil itu ketika akan diambil pemiliknya, maka ia akan membinasakannya.” (HR. Ahmad)
Seperti ditunjukkan pada hadits di atas, jika dosa kecil terus menumpuk
dan tidak terhapus, maka dosa kecil akan membinasakan dirinya. Di sini tidak
disebutkan dosa besar karena jarang terjadi di masa silam dan dosa besar
biasanya benar-benar dijaga agar tidak terjerumus di dalamnya. Demikian
sebagaimana dijelaskan oleh Al-Munawi.
Sementara
Al-Ghazali menyebutkan, bahwa dosa kecil lama-lama akan menjadi besar. Sebab
menganggap remeh dosa kecil tersebut, terus menerus dalam berbuat dosa. Karena
itu ingatlah yang namanya dosa ketika seseorang menganggap itu begitu besar
(berbahaya), menjadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, ketika dosa itu dianggap
remeh, maka menjadi besar di sisi Allah. (Faidh Al-Qadir)
Kelima, setan akan
mengajak manusia untuk sibuk dengan perkara mubah (yang sifatnya boleh, tidak
ada pahala dan tidak ada sanksi di dalamnya).
Setan melakukan
cara ini karena sibuk dengan yang mubah mengakibatkan luput dari pahala, waktu
yang semestinya sangat berharga akan terbuang sia-sia. Ada yang sibuk dengan
makan-makan, plesiran atau touring,
atau sibuk dengan permainan dan hobinya hingga lupa akan perkara yang wajib
seperti shalat. Jika setan tidak mampu menggoda dalam cara yang kelima ini,
maka setan beralih pada langkah berikutnya.
Keenam, setan akan
menyibukkan manusia dalam amalan yang kurang afdhal (utama), padahal ada amalan
yang lebih afdhal.
Jika manusia sudah
menjaga waktu dengan baik, setan akan menggoda manusia supaya ia luput dari
pahala amalan yang lebih utama dan ia terus tersibukkan dengan yang kurang
afdhal. Contohnya, sibuk dengan ibadah, tapi malas untuk menuntut ilmu agama
sehingga beribadah asal-asalan. Wallahu a’lam. [Zaenal Muttaqin | Mirajnews]