Manusia
pada dasarnya dibekali akal untuk berfikir. Menentukan pilihan mana yang
bermanfaat atau merugikan dirinya. Namun terkadang karena hawa nafsu dan
bisikan setan sehingga manusia lalai dari tujuan hidupnya.
BAYANGKAN jika pahala ganjaran dari
Allah berwujud materi, manusia akan bersegera meraihnya. Seperti halnya
penghasilan bisa berwujud uang, harta, mobil, rumah dan lain sebagainya. Hingga
kebanyakan manusia menghabiskan waktunya untuk bekerja. Sedangkan untuk
beribadah, hanya ditunaikan di waktu yang tersisa.
Kelak di yaumul akhir, seseorang
akan dibangkitkan dalam keadaan buta. Kemudian ia berkata, “Ya Robb-ku, mengapa
engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta. Padahal aku dahulunya di dunia
dalam keadaan melihat.
Kemudian Allah berkalam,
“Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami maka kamu melupakannya, dan
begitu pula hari ini kiamat kamu pun dilupakan”.
Begitulah gambaran bagi
orang-orang yang melupakan ayat-ayat Allah. Telah diterangkan berulang kali
ayat-ayat Allah, namun mengapa masih berpaling. Bukankah Allah telah berjanji memberikan
kemudahan kepada siapa saja yang mempelajari Al-Qur’an. Sebagaimana kalam Allah
:
“Dan sesungguhnya telah Kami
mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Q.S Al-Qamar: 22.
Bacaan Alquran laksana air hujan
yang turun ke bumi. Menembus hingga ke dasar tanah. Membasahi tanah yang
kering. Yang semula tandus menjadi subur. Menumbuhkan dan menyegarkan berbagai
tanaman. Hingga mengeluarkan hasilnya yang bermanfaat bagi makhluk hidup.
Alquran yang telah meresap dan
menetap dalam diri manusia akan terlihat pada akhlaknya. Hembusan nafasnya
mengalirkan ketenangan. Lisan, pendengaran, penglihatan dan perbuatannya
memancarkan kebaikan. Setiap orang yang bersamanya merasa nyaman. Kehadirannya
dinantikan. Kepergiannya disesalkan.
Membaca dan memahami Al-Qur’an
dengan benar dapat melembutkan hati. Lembut sesama muslim, tegas terhadap orang
kafir. Tidak saling menjelekkan meskipun terdapat perbedaan. Tidak memusuhi
sesama muslim apalagi sampai mengkafirkan dan menghalalkan darah nya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda,
“Orang mukmin yang mahir membaca
Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia.
Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka
ia mendapat dua pahala.” (HR. Muslim).
Sangat jelas ganjaran yang
diterima bagi para pembaca Alquran yang fasih maupun yang terbata-bata. Akan
tetapi, mengapa kita masih malas untuk membaca dan menghafalnya.
Kita tahu bahwa akhirat itu lebih
baik dari dunia beserta isinya. Namun, mengapa dalam beramal seperti tidak akan
dihisab.
Wahai saudaraku seiman, marilah kita bertanya pada diri
sendiri. Berapa banyak waktu yang digunakan untuk membaca dan menghafal
Al-Qur’an dibandingkan untuk membaca selainnya ?
Diperlukan keimanan dan keyakinan
dalam menjawabnya. Waallahu musta’an. [Tugiarti | Islampos]