PADA
kiamat nanti ada tujuh golongan yang diamankan Allah dari penderitaan. Untuk
masuk kedalam tujuh golongan itu, maka syarat yadalah takwa. Ketujuh golongan
itu antara lain sebagai berikut.
Pertama, imamun adilun. Pemimpin yang
adil. Pemimpin memiliki pengaruh yang besar. Keputusannya mempengaruhi
kehidupan masyarakat yang dipimpinnya. Kesalahan dalam pengambilan keputusan
akan membawa musibah dan kebenarannya akan membawa rahmah. Keadilan bukanlah perkara
yang susah karena sesungguhnya keadilan selalu hadir di dalam hati yang paling
kecil, hanya saja manusia sering mengabaikannya. Pura-pura tidak mendengarkan
bila si hati kecil berbicara. Keadilan semakin mudah terlaksana apabila
ditemani dengan ke’sederhana’an.
Kisah sahabat Umar bin Abdul Aziz ketika
menerima tamu di rumahnya menjadi sebuah pelajaran yang berharga. Tidak hanya
bagi pemimpin formal tetapi bagi semua manusia. Suatu malam ketika Umar sedang
sibuk bekerja di ruangannya, datanglah teman lama sebagai tamu. Umar pun
menyapa dan bertanya. “Engkau kesini mau berbicara urusan apa, soal pribadi
atau soal Negara?” Tamu itu menjawab. “Soal pribadi”.
Umar pun beranjak untuk mematikan lampu
penerang ruangan. Tamu itu agak bingung, ia pun bertanya, “tuanku mengapa
engkau padamkan lampu, bukankah kita ingin berbincang” Umar menjawab ,”sedari
tadi aku berkeja di ruangan ini untuk Negara, karena itu aku gunakan lampu
sebagai penerangnya, nah sekarang kita berbincang soal pribadi, maka aku
padamkan lampu itu, karena lampu itu dibelanjakan dengan uang rakyat, sedangkan
perbincangan kita kali ini bersifat pribadi”.
Namun perlu diwaspadai bahwa pemimpin itu
banyak godaan dan cobaan. Terutama rayuan akan gemerlap harta dan dunia. Maka
dari itu kesuksesan seseorang menjadi pemimpin yang adil adalah garansi
keamanan dari Allah Subhanahu wa ta’ala di hari kiamat kelak. Sebagaimana
hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi Shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di sisi
Allah (balasan) adalah mereka berada di atas mimbar dari cahaya di sisi kanan
Allah yang Maha Al-Rahman dan kedua tanganNya adalah kanan, yaitu orang-orang
yang berlaku adil di dalam menghukumi dan adil terhadap keluarga mereka serta
adil terhadap apa yang menjadi tanggung jawab mereka”.
Sebaliknya, bila kepemimpinan itu
tersia-siakan maka Allah akan membalasnya. Demikian keterangan yang terdapat
dalam kitab Shahih Bukhari dan juga dalam Shahih Muslim hadist dari Ma’qil bin
Yasar ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Tidaklah seorang
hamba diberikan oleh Allah untuk mengurusi perkara rakyat kemudian dia mati
dalam keadaan menipu rakyatnya kecuali Allah akan mengharamkan surga atas
dirinya”.
Kedua,
Syab Nasya’a fi ibadatillah, anak muda yang tekun beribadah kepada Allah. pemuda
adalah harapan dari segala-gala. Harapan agama dan Negara. Perjuangan bangsa
ini dimasa penjajahan dipenuhi dengan pemuda. Pemuda Diponegoro, pemuda Imam
Bonjol, pemuda Pattimura dan lain sebagainya.
Begitu juga kemerdekaan bangsa ini, pun juga
terlahir dari pemuda Sukarno, pemuda Hatta, pemuda Wahid Hasyim dan
teman-temannya. Sampai era reformasi juga bersinar dengan pemuda Ansor, Pemuda
PMII, pemuda HMI, pemuda Muhammadiyah dan kawan-kawannya. Sungguh beban pemuda
sangatlah berat. Bukan itu saja, perlu difahami pula bahwa masa depan Islam di
Indonesia juga tergantung di tangan pemuda. Jika pemuda hari ini tidak memahami
Islam dengan baik dan benar, maka tidak hayal Islam bisa menjadi sekedar nama
di Indonesia.
Pemuda menjadi penting karena pemuda adalah
penguasa masa depan. Syubbanul yaum Rijalul Ghad. Pemuda saat ini adalah tokoh
masa depan. Bahkan Ketergantungan Islam di Indonesia kepada pemuda.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.
Ketiga, Rajulun qalbuhu muallaqun fil masajid.
Lelaki yang hatinya selalu berhubungan dengan masjid. Masjid sebagai rumah
Allah harus menjadi sumber inspirasi. Inspirasi yang untuk memajukan ummat baik
maju jiwanya, maupun maju ekonominya. Karena kesehatan ekonomi menjadi pilar
dari kesehatan jiwa. Dan kesehatan jiwa sangt berpengaruh pada kondisi agama.
Ia selalu menjadikan masjid sebagai tempat
mencari persamaan bukan memperbesar perbedaan. Orang yang selalu memikirkan
masjid berarti mereka juga memikirkan masyarakat masjid, masyarakat muslim yang
selalu menjalankan perintah Allah lima kali setiap hari. Orang yang demikian
akan mendapatkan perlindungan dari Allah Subhanahu wa ta’ala kelak di hari
akhir. Masjid menjadi pelajaran demokrasi yang berharga. Bahwa siapapun dan
apapun pangkatnya seseorang masuk masjid harus epas sepatu. Tidak peduli
mentri, jendral ataupun bangsawan. Siapapun orangnya yang datang diakhir akan
mendapatkan tempat di belakang dan yang dapatng dipermulaan akan mendapatkan
shaf awal. Tanpa ada pengecualian.
Masjid dan umat bisa diibaratkan bagaikan
ikan dan air yang tak terpisahkan. Umat yang menjauhi masjid seperti Ikan yang
menjauhi air, akan segera mati. Maka siapapun yang berusaha mengairi ikan
bearti ia telah memberi kehidupan pada air itu, dan siapapun yang menghidupkan
masjid maka Allah akan menghidupinya.
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan
shalat, memnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada
Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang
yang mendapat petunjuk”. (QS.
At Taubah 18).
Demikian jaminan yang diberikan Allah kepada
mereka yang selalu memikirkan masjid sebagaimana keterangan sebuah hadits Dari
Abi Darda’ ra dia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Masjid adalah rumah untuk setiap orang yang bertaqwa. Allah akan memberikan
jaminan bagi orang yang menjadikan mesjid sebagai rumahnya dengan ruh, rahmat
dan bisa melewati sirath dengan selamat menuju ridha Allah yang menyampaikannya
ke dalam surga”.
Keempat, Dua
orang yang saling mencintai karena Allah di mana dia berkumpul dan
berpisah kerena Allah. Sebab ikatan keimanan yang paling kuat adalah cinta
karena Allah dan benci karena Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu
yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui”.
Kelima, Seorang lelaki yang diajak oleh seorang wanita
untuk berbuat mesum dengan dirinya, dia bukanlah wanita biasa, namun dia adalah
wanita yang memiliki kedudukan dan jabatan yang tinggi, dan Allah memberinya
kecantikan yang membuat dorongan fitnah semakin besar, dan ketertarikan hati
semakin kuat, kemudian lelaki itu berkata “sungguh aku takut kepada Allah.”
Begitu juga sebaliknya, jika terjadi pada
diri seorang perempuan hal serupa dan dia berani menolaknya, sungguh Allah
mengamankan di di hari kamat. Dan terdapat dalam riwayat yang shahih ketika
seorang wanita shalihah akan berangkat ke sebuah tempat yang jauh bersama
kafilah, maka seorang lelaki mengikutinya karena dia menyukai wanita itu,
beberapa lama kemudian semua orang mulai tidur, namun wanita itu masih duduk
dan belum tidur, kemudian lelaki itu mendekat kepadanya dan mengajaknya untuk
berbuat keji karena semua orang telah tidur.
Maka wanita itu berkata: “Apakah engkau yakin
semua orang sudah tidur dan tidak ada yang akan melihat kita?”, maka lelaki itu
pun kembali meyakinkan bahwa semua orang telah tidur, dan berkata kepada wanita
itu : “Betul semua orang telah tidur”, maka wanita itu berkata : “Apakah Allah
tidur dan tidak melihat kita?”, mendengar ucapan wanita itu maka lelaki itu
tertunduk malu dan berkata : “Iya betul Allah melihat kita”.
Wanita itu berkata lagi : “Jika Allah melihat
kita apakah engkau tidak malu kepada Allah, hingga engkau mengikutiku dari tempat
yang jauh untuk berbuat hal itu kepadaku, dan jika engkau meninggal saat ini
apa yang akan engkau jawab di hadapan Allah”, maka lelaki itu menutup mukanya
karena malu dan kemudian pergi, setahun kemudian terdengar kabar bahwa telah
wafat seorang wali Allah dan puluhan ribu orang yang mengantar jenazahnya ke
pemakaman, dan setelah ditanya siapakah wali Allah yang telah wafat tersebut,
ternyata dia adalah lelaki yang telah bertaubat di tangan wanita itu yang
kemudian Allah mengangkat derajatnya hingga ia menjadi wali Allah subhanahu
wata’ala.
Keenam, Lelaki
yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak tahu apa
yang diberikan tangan kanannya. Itulah yang dimaksud dengan ikhlas. Mengerjakan
sesuatu tanpa ada embel-embelnya.
Jika kamu menampakkan sedekah(mu) Maka itu
adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan
Megenai keikhlasan Imam Ibnu Rusyd
berkata: “bahwa sesuatu yang
dilakukan karena Allah maka akan sangat sempurna dan barang siapa melakukan
sesuatu karena yang lain maka akab binasa. Artinya binasa adalah sia-sia
amalnya”.
Ketujuh, Rajulun dzakarallaha khaliyan fa fadhat
ainahu. Maknanya
adalah lelaki yang hatinya selalu ingat ekpada-Nya dan mengagungkan-Nya. dia
selalu menyendiri dalam zikir kepada Allah, dapat ia merenungkan keagungan dan
kebesaran-Nya, sehingga air matanya berlinang karena rindu kepada Allah. Allah
mengaprsiasi orang seperti ini
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
Semoga Allah ta’ala memasukkan kita menjadi
satu di antara tujuh golongan tersebut, wallahua’lam. [Bahron Ansari/ Mirajnews.com]
Baca Juga: