WASATHA.COM - Pasukan Israel menutup beberapa pintu masuk menuju Masjid
Al-Aqsha dan mencegah warga Palestina memasuki untuk melakukan ibadah shalat
Jumat.
“Ini pertama kalinya
Israel mencegah umat Islam melakukan salat Jumat di Al-Aqsha sejak Palestina di
bawah pendudukan Israel 1967,” kata Syaikh Muhammad Hussein yang merupakan Pejabat
tertinggi Dewan Wakaf Islam di Al-Quds, kepada Ma’an seperti dilansir Mi’rajnews.com
yang dimuat Wasatha.com, Jumat
(14/7).
Menurutnya, walapaun
Israel mencegah umat Islam untuk memasuki masjid, namun warga Palestina tetap
bersikeras untuk melakukan sholat di sana.
“Kami tetap bersikeras
untuk masuk ke Masjid Al-Aqsha dan melakukan sholat di sana. Petugas yang
menghalangi kami untuk berdoa, menandakan sebuah serangan terhadap hak kami
untuk beribadah di masjid yang suci,” katanya.
Sementara Um Nidal
salah satu warga yang tinggal di Bab Hitta (sebuah lingkungan Muslim)
mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa ia telah menunggu lebih dari tiga jam
bersama anaknya yang berusia 16 bulan untuk dapat masuk ke situs tersuci ketiga
bagi umat Islam sedunia itu, namun tetap pintu gerbang tertutup.
“Saya sudah menunggu
di sini sejak pukul 11.30, polisi tidak mengizinkan saya masuk dan saya
terdesak,” katanya.
Penutupan Masjid
Al-Aqsha memaksa ratusan warga Palestina melakukan shalat Jumat di luar dekat
Gerbang Damaskus.
Sementara itu,
Direktur Organisasi Keagamaan dan Wakaf Islam Palestina, Azzam El-Khatib
mengatakan, setelah shalat berlangsung polisi menangkap Muhammad Ahmad Hussein
yang memimpin shalat Jumat, karena sebelumnya mengecam penutupan masjid.
“Melarang sholat
Jum’at adalah prosedur yang tidak adil,” kata Syaikh Omar Keswani, seorang
tokoh Muslim di Masjid Al-Aqsha.
“Apa yang terjadi
sebelumnya sekarang dimanfaatkan oleh hak Israel untuk memaksakan sebuah
realitas baru di Masjid Al-Aqsha,” tambahnya.
Baca Juga: