“Dan Kami
selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi
untuk seluruh alam.” (Q.S.
Al-Anbiya [21]: 71).
Peristiwa ini terjadi setelah Nabi
Ibrahim selamat dari pembakaran kaumnya. Beliau diselamatkan oleh Allah
dengan jalan mengeluarkannya dari kota Ur, sebelah selatan Babylonia
(Irak) bersama keponakannya, Nabi Luth ke bumi yang diberkahi oleh Allah
, yaitu Palestina. Syekh Jamaluddin Al-Qasimy (1233-1332 H/1866-1914 M) dalam
tafsirnya “Mahasinul Ta’wil” berkata, “Ibrahim tinggal di Palestina dan Luth
tinggal di Sadum (wilayah Yordania sekarang).”
Pada waktu Nabi Ibrahim dan
Nabi Luth datang ke Palestina, Palestina telah didiami oleh bangsa Kan’an
yang telah memiliki peradaban yang tinggi khususnya di bidang pertanian dan perdagangan.
Pada saat itu di Palestina telah
berdiri Masjidil Aqsa yang dibangun 40 tahun setelah Masjidil Haram.
Diriwayatkan Al-Bukhari dari Abu Dzar berkata:
Saya
berkata, Ya Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali dibangun di muka bumi?
Beliau menjawab, “Masjidil Haram”, dia berkata: Saya bertanya, kemudian mana?
Beliau menjawab, “Masjidil Aqsa.” Saya bertanya, berapa jarak antara keduanya?
Beliau menjawab, “Empat puluh tahun.” (H.R. Bukhari).
Menurut para ahli tarikh yang
pertama kali membangun Masjidil Aqsa adalah Nabi Adam . Ketika Nabi Ibrahim
datang ke Palestina, beliau merenovasi masjid tersebut yang dilanjutkan
oleh para nabi keturunannya dan renovasi ini selesai pada masa Nabi Sulaiman.
Menurut syariat Islam, Masjidil Aqsa
cakupannya adalah meliputi semua bangunan dan seluruh kawasan yang berada di
dalam pagar (Haithul Aqsa) seluas kurang lebih 144 Ha. Ke
lokasi masjid ini umat Islam disunnahkan bepergian dan di sanalah
dilipatgandakan pahala shalat sampai 500 kali dibanding shalat di masjid lain
selain Masjidil Haram di Makkah yang dilipatgandakan pahalanya 100.000 kali dan
Masjid Nabawi di Madinah yang dilipatgandakan pahalanya 1.000 kali.
Di lokasi ini terdapat juga dua
bangunan utama yaitu Masjid Qibly yang digunakan qiblat umat Islam sebelum
menghadap ke Ka’bah dan Masjid Qubbatus Shakra (Dome of The Rock). Orang
yang pertama kali shalat di masjid ini adalah Nabi Adam.
Peta
Masjidil Aqsa:
Nabi Ibrahim menjadikan tempat
ini sebagai tempat ibadah dan tempat penyembelihan qurban. Di tempat ini pula
Nabi Ya’qub membangun masjidnya setelah melihat tiang dari cahaya di
langit. Di sini pula Nabi Daud membangun mihrabnya dan Nabi Sulaiman
membangun masjid besar yang dinisbatkan pada namanya sebagai tempat
beribadah kepada Allah.
Dari masjid ini pula Nabi Muhammad
dimi’rajkan oleh Allah ke langit dalam perjalanan Isra Mi’raj
setelah menjadi imaam shalat bersama arwah para nabi sebelumnya. Peristiwa ini
disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
“Mahasuci (Allah),
yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang
telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S.
Al-Isra [17]: 1).
Ini semua membuktikan bahwa klaim
kaum Zionis Yahudi yang menyatakan bahwa Masjidil Aqsa milik mereka, karena
mereka menganggap sebagai keturunan Nabi Ibrahim yang beragama Yahudi,
adalah tidak benar.
Hal ini dibantah oleh Allah
dalam firman-Nya:
“Ibrahim
bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah
seorang yang lurus, Muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.” (Q.S. Ali Imran [3]: 67).
Klaim Yahudi bahwa Masjidil Aqsa
khususnya dan Palestina umumnya adalah hak mereka juga ditentang oleh para
orientalis antara lain Paul Findlay dan Roger Garaudy. Sebagaimana disebutkan
di atas, menurut keduanya bangsa Yahudi bukan penduduk pertama Palestina.
Mereka juga tidak pernah memerintah di sana selama pemerintahan bangsa asing
dalam waktu lama. Para arkeolog modern secara umum sepakat bahwa bangsa Mesir dan
bangsa Kan’an telah mendiami wilayah Palestina sejak tahun 3000 SM hingga 1700
M.
Adapun klaim Yahudi bahwa di bawah
Masjidil Aqsa terdapat bangunan Haikal Sulaiman sehingga mereka menggali
terowongan di bawahnya juga klaim yang tidak berdasar.
Dilihat dari sudut aqidah, tidak
benar bahwa Nabi Sulaiman sebagai seorang nabi utusan Allah membangun
haikal yang merupakan tempat pemujaan berhala.
Di samping itu dari sudut arkeologis
bahwa apa yang dinamakan Haikal Sulaiman adalah TIDAK PERNAH ADA. Menurut Meier
bin Douf, Arkeolog Yahudi terkemuka dari Universitas Hebron, berdasarkan riset
arkeologi yang dilakukan bersama arkeolog lain disimpulkan:
Tidak
ditemukan adanya bekas apapun dengan apa yang disebut Haikal Sulaiman di bawah
Masjidil Aqsa.
Jadi maksud sebenarnya bangsa Yahudi
menggali terowongan di bawah Masjidil Aqsa adalah untuk meruntuhkannya dan
meratakannya dengan tanah. Mereka ingin melenyapkan bangunan suci qiblat
pertama umat Islam ini dari permukaan bumi sehingga tujuan mereka menguasai dunia
dapat tercapai. Karena dalam istilah Geopolitik, Palestina disebut sebagai “Heart
Island” (jantung dunia), siapa yang menguasai Palestina dia akan menguasai
dunia.
Oleh karena itu menjadi tugas besar
umat Islam di seluruh dunia saat ini berupaya sekuat tenaga untuk menyelamatkan
Masjidil Aqsa warisan para nabi dan qiblat pertama umat Islam tersebut.
Upaya ini dapat dilakukan dengan
beberapa hal antara lain sebagai berikut:
- Selalu
berdoa kepada Allah agar Masjidil Aqsa kembali ke pangkuan umat Islam
terutama di waktu-waktu mustajabah seperti setelah shalat lima waktu, pada
waktu shalat lail dan pada waktu melaksanakan haji dan umrah.
- Menanamkan
kesadaran pribadi dan seluruh generasi kaum muslimin bahwa Masjidil Aqsa adalah
milik umat Islam.
- Menguatkan
setiap gerakan yang memiliki perhatian terhadap pembebasan Masjidil Aqsa.
- Memberikan
bantuan moral maupun material kepada bangsa Palestina yang berdiri di
garis depan untuk membebaskan Masjidil Aqsa dan bumi Palestina.
- Menghindarkan perpecahan (tafarruq) di kalangan umat Islam dan mewujudkan kehidupan berjama’ah di bawah seorang imaam.
Wallahu A’lam bis Shawwab.
[Oleh : lmaamul
Muslimin, K.H. Yakhsyallah Mansur | mirajnews.com]