SETIAP muslim harus mampu berusaha sekuat
tenaga untuk menjaga dirinya agar menjauh dan menghindari dari perbuatan
maksiat dan dosa-dosa yang mungkin tanpa sadar seringkali dilakukan.
Meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat
merupakan tanda bagi seseorang mendapatkan kebaikan dan kabar gembira.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jauhilah dosa-dosabesar dan berilah kabar gembira (orang
yang meninggalkannya).” (HR. Ahmad. Lihat Silsilah Ash-Shahihah,
no. 887)
Di antara dosa-dosa yang harus dijauhi
oleh seorang muslim antara lain sebagai berikut.
Pertama, Syirik kepada Allah. Syirik merupakan dosa besar yang paling membahayakan. Dosa ini
menyebabkan pelakunya kekal di neraka. Allah Ta’ala berfirman,
“Orang-orang
yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, sungguh Allah mengharamkan
kepadanya surga, dari tempatnya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
yang zhalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah: 72)
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia akan mengampuni segala dosa selain dari
(syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa: 48)
Di antara yang termasuk perbuatan
syirik, misalnya memakai benang, kalung dengan tujuan untuk menolak bahaya,
seperti memakai jimat karena takut sihir dan lainnya. Atau jimat dalam bentuk
benda lainnya, dengan keyakinan bahwa memakai benda-benda ini menjadi sebab
terhindar dari bahaya. Padahal, yang memiliki kekuatan untuk menghindarkan
seseorang dari segala mara bahaya hanyalah Allah Ta’ala. Tiada kekuatan kecuali
dengan izin Allah Ta’ala.
Juga ada syirik yang tersembunyi, yang
terletak pada niat, kehendak, riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (ingin
didengar). Misalnya, seseorang membaguskan shalatnya atau bersedekah supaya
dipuji manusia. Inilah yang ditakutkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
sebagaimana sabda Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan terjadi pada diri kalian
adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu,
wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Riya’.”.
Oleh karena itu, waspadalah terhadap
segala jenis syirik, karena ia akan menyebabkan amalan kita gugur.
Kedua, Tiga Hal yang Membinasakan
Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Ada tiga hal yang menyelamatkan.
Yaitu takut kepada Allah, baik pada waktu sepi maupun ramai, adil di kala
sedang ridha maupun marah, dan bersikap tengah-tengah baik dalam keadaan fakir
maupun kaya. Dan ada tiga hal yang membinasakan Yaitu hawa nafsu yang diikuti,
bakhil yang dituruti, dan seseorang berbangga diri.” (Hadis hasan riwayat
Ath Thayalisi, Jami’ush Shaghir 1:583 no. 3039).
Dalam hadis ini, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam menyebutkan tiga hal yang membinasakan. Di antaranya ialah
hawa nafsu. Apabila hawa nafsu telah menguasai hati, maka akan melahirkan
kelalaian dan memalingkan dari perintah-perintah Allah Ta’ala. Dalam Alquran,
Allah Ta’ala memperingatkan,
“Janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaan melampaui batasan.” (QS.
Al-Kahfi: 28)
Adapun bakhil, adalah rakus terhadap
dunia, yang akan membawa seseorang untuk berbuat apa saja memuaskan diri sendiri,
tidak merasa cukup dengan nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan kepadanya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Takutlah akan kebakhilan,
karena ia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian dan bisa membawa kepada
pembunuhan dan menjatuhkan harga diri.” (HR. Muslim)
Dari Ibnu Ka’ab bin Malik Al Anshari
dari bapaknya, berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah
dua serigala lapar yang dikirim kepada satu kambing itu lebih merusak
dibandingkan kerusakan pada agama akibat kerakusan seseorang kepada harta dan
kemuliaan.” (HR. Ahmad dan At Tirmidzi).
Adapun berbangga kepada diri sendiri,
akan menjerumuskan seseorang kepada kesombongan, sehingga ia merendahkan orang
lain. Ini semua akan menyebabkan kehancuran dan kehinaan.
Ketiga, Tujuh Hal yang Membinasakan
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jauhilah tujuh hal yang
membinasakan. (Yaitu) syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan
membunuhnya kecuali dengan haknya, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari
dari medan perang dan menuduh zina kepada perempuan baik-baik yang beriman.”
(HR. An-Nasa’i)
Sekalipun manusia menjauhi perbuatan
membunuh jiwa (yang diharamkan untuk dibunuh), tetapi banyak juga yang
terjerumus kepada riba, karena bentuk dan cabangnya banyak, yang mengharuskan
kita berhati-hati dan bertanya kepada ahlul ilmi sebelum melakukan muamalah. Di
dalam hadis disebutkan.
Dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda, “Tidak ada seorangpun yang lebih banyak makan riba,
kecuali akhir urusannya adalah sedikit.” (HR. Ibnu Majah)
Keempat,
Terang-terangan Berbuat Maksiat
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Semua umatku dimaafkan (kesalahannya pen.), kecuali
orang-orang yang terang-terangan (dalam berbuat maksiat). Yaitu seseorang yang
bermaksiat di malam hari kemudian Allah tutupi kesalahannya di pagi hari (orang
lain tidak ada yang tahu pen.). Akan tetapi ia mengatakan, “Wahai fulan,
semalam aku telah melakukan ini dan ini.” Allah telah tutupi kesalahan itu di
malam hari, akan tetapi di pagi hari ia bongkar kesalahan yang Allah telah
tutupi.” (HR. Muslim)
Banyak manusia berperangai yang
membinasakan ini. Mereka tidak mengetahui, bahwa dosa yang disebabkan
terang-terangan berbuat maksiat lebih besar daripada karena semata-mata dosa.
Karena pada sikap terang-terangan ini, terdapat sikap memperturutkan hawa nafsu
dalam beragama, melakukan penentangan, dan tidak merasa takut kepada Allah.
Kelima, Menyakiti
Orang Muslim
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Tahukah kamu orang yang bangkrut itu?”
Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di antara kami ialah yang tidak
memiliki dirham dan tidak pula kesenangan. “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam kemudian bersabda, “Orang
yang bangkrut ialah, orang yang pada hari kiamat datang dengan membawa shalat,
puasa dan zakat, tetapi ia mencaci ini, menuduh ini, makan harta ini,
menumpahkan darah ini dan memukul ini, sehingga kebaikan yang ia lakukan
diberikan kepada oran gyang dizhalimi. Kemudian, apabila kebaikannya habis
padahal belum cukup, (maka) diambilkan kejelekan mereka yang dizhalimi, lalu
diberikan kepadanya, kemudian ia dilemparkan ke neraka.” (HR.
Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa meremehkan perbuatan yang
menyakiti orang lain dapat membinasakan pelakunya pada hari kiamat. Sekiranya
seorang muslim memikirkan hal yang berbahaya ini, niscaya ia akan mencegah diri
dari menzhalimi dan menyakiti manusia, sehingga ia akan menghiasi dirinya
dengan akhlak mulia.
Keenam, Meremehkan Dosa-dosa Kecil
Apabila seseorang meremehkan dosa-dosa
kecil tidak menghitungnya sebagai hal berbahaya, dan tidak timbul
keinginannya untuk bertaubat dan lepas darinya, niscaya dosa-dosanya yang
dianggap kecil ini akan terkumpul kian menggunung. Sikap meremehkan ini dapat
menyebabkan kehancuran bagi pelakunya. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Jauhilah oleh kalian sikap meremehkan dosa-dosa
kecil, karena dosa-dosa kecil akan terkumpul pada seseorang hingga ia
membi-nasakannya…” (HR. Ahmad dengan yang semisalnya).
Ketujuh, Melampaui Batas dalam Beragama
Sebagaimana halnya meremehkan maksiat sehingga menyebabkan kebinasaan, maka berlebih-lebihan
dalam beragama juga menyebabkan kebinasaan. Ketahuilah amal yang paling baik
ialah yang dilakukan secara kontinyu walaupun sedikit. Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda, “Waspadalah dari sifat
berlebih-lebihan, karena umat-umat terdahulu telah binasa karena sikap
berlebih-lebihan dalam agama.” (HR. Ahmad)
Kedelapan, Dengki
Dari Abu Hurairah, ia berkata Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda, “Waspadalah
terhadap sifat dengki, karena ia akan memakan kebaikan, sebagaimana api memakan
kayu bakar atau rumput.” (HR. Abu Dawud)
Dengki merupakan perangai buruk yang dapat menghapus
kebaikan. Tidak menutup kemungkinan, sifat dengki ini hinggap pada seseorang.
Seorang muslim yang cerdik, ia akan berjuang keras mengubur sifat dengki dalam
dirinya.
Ibnu Taimiyyah menyatakan, tidak ada satu jasad pun yang
terlepas dan sifat dengki, akan tetapi Allah yang Maha Bijaksana menutupinya
dan menutupi kekejian yang dilakukan. Arti menutupi yaitu menolak dari dirinya
dan meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu
wa Ta’la dari kejahatannya, dan bermuamalah dengan saudaranya
secara baik tanpa kezhaliman dan dengki. [Bahron Ansori / Mirajnews.com]
Baca Juga :