Foto:wasatha.com/M.Fadhil
KEGEMBIRAAN umat muslim masih terasa
dalam menyambut bulan suci ramadhan dan diapresiasikan dengan berbagai cara
dimulai dengan buka bersama, syukuran, membakar petasan hingga ngabuburit
bersama kawan dan keluarga.
Istilah ngabuburit sudah
tidak asing lagi ditelinga kita dan bahkan tradisi ngabuburit sudah mendarah
daging sejak dulu, namun ngabuburit ini lebih berkembang lagi beberapa tahun
terakhir.
Dikalangan para remaja
termasuk remaja aceh itu sendiri. kegiatan ngabuburit biasanya dilakukan di
sore hari sekitar pukul 14.00 WIB hingga waktu berbuka, bahkan sekarang
ngabuburit bukan hanya dilakukan oleh para remaja saja tetapi orang tua juga
mulai melakukan kegiatan ngabuburit.
Ngabuburit kerap kali
disandingkan dengan bulan suci ramadhan seperti yang kita ketahui seharusnya di
bulan suci ramadhan ini diisi dengan hal-hal yang bermanfaat dan hal-hal yang
dapat dihitung pahala, karena dibulan
suci ini setiap amalan baik yang kita kerjakan akan dilipat gandakan dan akan
dihilangkan dosa-dosanya.
Sebagaimana riwayat
sebuah hadits yang artinya:
“Rasulullah SAW bersabda:
sesungguhnya Allah Azza wa Jall telah mewajibkan puasa ramadhan dan akun telah
mensunnahkan menegakkan shalatnya (tarawih), maka barangsiapa berpuasa dan
menegakkannya mengharapkan ridho Allah SWT keluar dari dosa-dosanya seperti
hari ibunya melahirkannya” (H.R.Imam Ahmad/1572, Nasai/2180, Ibnu Majah/1318).
Akan tetapi, seriring
berjalannya waktu banyak dari para pelaku ngabuburit melakukannya dengan
hal-hal yang kurang bermanfaat seperti duduk-duduk di pinggir pantai, berselfie
ria di taman-taman bahkan ada yang menghabiskan dengan berputar-putar dengan
motor kesayangannya.
Dan perilaku ini mampu
menambah kekhawatiran masyarakat karena bagi para remaja biasanya ngabuburit
akan dihabiskan dengan pasangan non-muhrimnya sehingga menambah maksiat yang
sudah ada, bukannya menambah pahala yang seharusnya dilakukan di bulan
ramadhan.
Remaja yang memang secara
umum memiliki watak yang agak keras dan masih dalam huforia pencarian jati diri,
membuat mereka kerap kali melakukan hal-hal yang menurut mereka benar dan belum
tentu benar di mata agama. Meskipun di bulan suci kebiasaan ini terus berjalan.
Maka dari itu hal yang
mampu membuat kekhawatiran masyarakat harus dihilangkan agar masyarakat madani
terus melakukan hal-hal yang bermanfaat dan diizinkan oleh agama.
Oleh karena itu, peran
keluarga juga sangat dibutuhkan agar hal-hal semacam ini tidak terus berkembang,
pertama, harus ada kesadaran dari masyarakat aceh sendiri agar mengisi waktu
ngabuburit dengan hal yang lebih bermanfaat, kemudian adanya program-program
pemerintah yang membuat ngabuburit para remaja lebih terarah, seperti
mengadakan bakti social, berbagi buka puasa gratis atau melakukan tadarus bagi
remaja di setiap masjid di daerahnya. sehingga masyarakat aceh kembali dikenal
dengan masyarakat serambi mekkah. [Nurya
Tazkia putri]/Tek
Baca Juga :