Ilustrasi | wnd.com |
WASATHA.COM - Ketika Leefa, wanita Indonesia berusia 38 tahun, berangkat dari negerinya menuju Raqqa, markas kelompok Islamic State (ISIS) di Suriah, dia mengira akan menuju surga duniawinya orang-orang yang beriman.
Dia dan keluarganya membayangkan akan dikelilingi oleh orang-orang memiliki “iman sejati” dan nanti di sana akan mendapat perawatan kesehatan gratis dan pekerjaan yang tidak bisa mereka dapat di Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbanyak di dunia.
Seperti diberitakan mirajnews.com, Selasa (15/6/2017) saat ISIS sedang berjuang untuk mempertahankan bentengnya dari gempuran pasukan oposisi Suriah yang didukung oleh serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat, Leefa dan 15 orang Indonesia lainnya termasuk dari ribuan orang yang telah melarikan diri dari Raqa di Suriah utara.
Mereka berlindung di sebuah kamp untuk mengungsi di Ain Issa, 50 kilometer utara Raqa, menunggu untuk mengetahui nasib mereka saat Pasukan Demokratik Suriah (SDF) satu demi satu berhasil merebut daerah yang dikuasai ISIS.
Berbicara dengan bahasa Inggris yang buruk dan bercampur dengan kata-kata Arab, Leefa dan rekan-rekannya mengaku berada di Suriah selama 22 bulan.
Leefa yang berjilbab hijau, mengenakan kacamata berbingkai hitam, menceritakan sedikit demi sedikit kisahnya, dengan rincian yang sebagian hilang karena tidak lengkapnya terjemahan.
“Saat kami di Indonesia, kami baca, kita menonton di internet, Dawlah Islamiya adalah tempat tinggal, untuk menjadi seorang Muslim sejati,” kata Leefa dengan menyebut ISIS dalam istilah bahasa Arab.
Ia mengaku memiliki masalah kesehatan yang memerlukan operasi di leher. Jika di Indonesia, operasi itu sangat mahal.
“Tapi di Daesh (ISIS), semuanya gratis, semuanya gratis,” katanya, menggunakan akronim bahasa Arab untuk ISIS. “Kami datang ke Daesh untuk menjadi seorang Muslim sejati dan untuk kesembuhan saya.”
Ain Issa dipenuhi oleh orang-orang yang mengungsi karena adanya operasi militer besar-besaran untuk menggulingkan ISIS dari provinsi Raqa.
Semuanya kebohongan
Leefa menjelaskan dengan terbata-bata bahwa dia berhubungan dengan anggota ISIS di Suriah melalui internet. Anggota ISIS itu mengatakan kepadanya bahwa mereka yang dibawa ke Raqa akan diganti biaya tiketnya dan akan menikmati kehidupan yang baik.
Namun, ketika warga Indonesia ini tiba di Raqqa, mereka melihat situasi yang sangat berbeda dari apa yang mereka bayangkan.
Operasi yang diimpikan Leefa sama sekali tidak gratis dan sakitnya pun tidak diobati.
“Semuanya adalah kebohongan,” kata Nur yang berusia 19 tahun, seorang wanita Indonesia lainnya di Ain Issa. Ia berjilbab warna krem. “Ketika kami memasuki Daesh, masuk ke negara mereka, ternyata semuanya sangat berbeda dari apa yang mereka katakan di internet.”
Nur mengatakan bahwa dia dan keluarganya mengharapkan kerabat laki-laki mereka bisa mendapat pekerjaan di sana.
Tapi ketika mereka tiba, mereka diberi tahu bahwa semua lelaki berkewajiban untuk bergabung dalam jajaran pejuang ISIS untuk bertempur.
“Laki-laki kami masuk ke penjara, ayah saya, saudara laki-laki saya,” kata Nur, berbicara campuran bahasa Arab dan Inggris, tanpa menjelaskan kapan kerabatnya dipenjara dan mengapa.
Nur mengaku, dia terus-menerus dikejar oleh seorang pejuang ISIS yang ingin menikahinya.
“Ada banyak yang bercerai (pejuang IS), baru saja menikah selama dua minggu atau dua bulan,” katanya. “Banyak pria datang ke rumah saya dan berkata kepada ayah saya, ‘Saya menginginkan anak perempuan Anda’.”
Kakak laki-laki Nur bahkan dicegat oleh orang asing di pasar Raqa yang kemudian bertanya kepadanya, “Apakah Anda memiliki beberapa gadis atau adik perempuan? Saya menginginkan seorang istri.”
“Ke mana saja mereka berbicara tentang wanita,” kata Nur.
Kelompok asal Indonesia yang terdiri dari delapan wanita, lima lelaki dan tiga anak-anak tersebut kini berada dalam tahanan SDF.
Laporan dari Nahar Net mengungkapkan bahwa mereka ditemukan sedang berada di kamp penampungan Ain Issa setelah melarikan diri dari benteng utama ISIS di Raqqa.
Pejabat kamp mengatakan, pasukan SDF yang sekarang maju ke dalam Raqa, menginterogasi anggota kelompok asal Indonesia. SDF berencana akan membebaskan mereka.
“Dari apa yang saya pahami dari mereka, mereka telah ditipu,” kata pejabat itu kepada AFP.
Selama 10 bulan terakhir mereka mencoba untuk pergi dari Raqqa, tapi mereka baru berhasil dalam beberapa hari terakhir ini.
SDF berencana mengirim kelompok orang Indonesia tersebut melewati perbatasan ke kota Erbil, Irak dan kemudian menyerahkannya ke Kedutaan Indonesia.
Menurut pemerintah Indonesia, ada sekitar 500-600 orang Indonesia yang diyakini berada di Suriah saat ini.
Sekitar 500 lainnya telah berusaha mencapai Suriah, tapi dideportasi sebelum mencapai wilayah ISIS. [Mirajnews.com]