RAMADHAN 1438 H tahun ini telah datang
lagi menghampiri kita. Umat Islam di berbagai belahan dunia akan memulai
menjalankan ibadah puasa dalam bulan ini mulai Sabtu (27/5/2017).
Ramadhan merupakan bulan paling mulia
dan sangat dinantikan kedatangannya yang dianjurkan memperbanyak berbagai amal
ibadah karena pahalanya dilipatgandakan.
Umat Islam, baik laki-laki ataupun
perempuan, diwajibkan puasa di siang harinya dan dianjurkan memperbanyak ibadah
sunnah seperti qiyamul lain di malam harinya.
Jiwa yang terpenuhi dengan keimanan
tentu sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri untuk meraih keutamaan serta
keberkahan yang yang ada di dalamnya seperti pengampunan dosa serta mencapai
derajat ketaqwaan.
Pimpinan Dayah Babul Maghfirah Cot
Keu'eung Aceh Besar, Ustaz Masrul Aidi Lc menjelaskan, umat Islam sudah sangat
paham tentang berbagai keutamaan di bulan Ramadhan yang penuh rahmat ini, juga
masih ada kekeliruan yang diyakini atau dilakukan kebanyakan orang di
bulan penuh rahmat ini.
Bahwa Ramadhan adalah kesempatan untuk
banyak istirahat, bermalas-malasan, apalagi di kantor-kantor jam kerja
dikurangi, sekolah-sekolah diliburkan, serta lebih banyak menggunakan
kesempatan tersebut untuk banyak tidur dan santai dengan anggapan tidur saat
puasa juga menjadi ibadah.
"Ada banyak diantara kita umat
Islam di bulan Ramadhan ini mereka mengira bahwa itu merupakan kesempatan untuk
banyak istirahat, sehingga tidak bisa produktif. Ini adalah anggapan keliru,
karena Ramadhan itu sesungguhnya bulan perjuangan yang harus terjaganya
keseimbangan ibadah yang harus meningkat serta kerja mencari nafkah juga tidak
boleh berkurang," ujar Ustaz Masrul Aidi saat mengisi pengajian rutin
Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak,
Jeulingke, Rabu (24/5/2017) malam.
Menurutnya, sebagai ibadah dalam mencari
nafkah, Islam juga memberikan ruang yang luas bagi kerja yang produktif.
Islam
bukan hanya mendorong segala bentuk kerja yang produktif, namun menyatakan
bahwa kerja itu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim, bahkan
menjadikannnya suatu, identitas dan kehormatan.
"Jangan hanya karena beralasan
ingin fokus puasa, kadang kerja-kerja mencari nafkah ditinggalkan. Bahkan lebih
fatal lagi jika kerja-kerja kepada masyarakat memberikan pelayanan publik di
kantor-kantor pemerintah juga menjadi terabaikan hanya karena dalih capek
berpuasa. Ini namanya mengejar pahala dan juga ikut berdosa," terangnya.
Dalam kesempatan pengajian KWPSI dengan
tema "Fiqh Ramadhan" yang turut disiarkan langsung RRI Banda Aceh
ini, Ustaz Masrul Aidi juga menyerukan pentingnya persatuan umat tetap terjaga
dalam mengawali puasa serta persatuan dalam berbagai ibadah di malam hari
Ramadhan seperti shalat terawih.
"Intinya, perbedaan dalam
pelaksanaan ibadah sunat shalat terawih itu, jangan sampai menimbulkan
perpecahan umat. Persatuan harus tetap diutamakan. Jika perlu dalam satu masjid
itu bisa melaksanakan shalat terawih baik yang 8 mupun 20 rakaat itu secara
bersamaan. Begitu yang 8 rakaat selesai, yang 20 terus lanjut sampai
akhir," jelasnya seraya berharap berapapun jumlah rakaat terawih harus
terakomodir dalam satu masjid.
Dalam pelaksanaan shalat terawih ini,
Ustaz Masrul Aidi juga menyarankan jangan sampai dikerjakan secara
terburu-buru, ingin cepat selesai dan mengejar waktu tanpa adanya jeda.
"Kerjakan shalat terawih ini dengan
santai, dengan waktu cukup tersedia. Tidak terburu-buru sehingga membuat
ibadah tidak nyaman, sehingga tujuan ibadah itu tidak tercapai karenanya tanpa
adanya keikhlasan, dan unsur keterpaksaan lebih dominan," kata Masrul
Aidi.
Selain itu, lanjutnya, menghidupkan
malam-malam Ramadhan dengan ibadah qiyamul lail juga sangat dianjurkan pada
tengah-tengah malam mulai pukul 23.00 Wib ke atas hingga menjelang waktu sahur.
"Inilah waktu-waktu utama ibadah
qiyamul lail pada saat menjelang tengah malam seperti yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Bisa dilakukan di rumah atau di masjid-masjid dengan terawih,
tahajjud, witir dan membaca Alquran," terangnya.
Jangan sampai justru yang diutamakan
adalah shalat terawih cepat-cepat usai shalat Isya, lalu selesai dan sibuk
dengan urusan dunia, tanpa menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan qiyamul
lail saat tengah malam.
"Ini tidak cerdas namanya, ingin mengejar
cepat-cepat selesai, lalu pada waktu prime time qiyamul lail dalam pandangan
Allah di tengah malam, kita justru sibuk dan lalai dengan urusan dunia atau
bahkan tidur saat waktu utama ini," tegasnya.