PERNAHKAH kita terpikir? Bahwa dunia seoalah-olah mengajarkan kita menjadi
makhluk yang materialis, yang selalu mementingkan kesenangan dan kehidupan
didunia semata, tanpa memperdulikan nilai-nilai kebaikan dan melaksanakan
kewajiban
yang telah diperintahkan Allah SWT.
Kejujuran pun hilang seketika, dikarenakan orang tidak
memperhatikan kredibilitasnya. Kejujuran menjadi sesuatu yang langka dari
pergaulan sosial.
Banyak kita dapati sekarang para tikus berdasi yang berjalan dengan
santai dan penuh senyum ketika diberitakan. Tanpa adanya rasa takut kehilangan
kredibitasnya seoarang wakil rakyat.
Tak hanya itu, bahkan di semua kalangan sering kita jumpai nilai kejujuran mulai hilang.
Seperti yang dikatakan dalam buku karangan Ahmad Rifa’I Rif’an,
ungakapan sesat akan muncul dari orang-orang yang materialis “Mencari yang
haram saja sulit, apalagi yang halal. Yang jujur akan terbujur, yang lurus akan
kurus, yang ikhlas akan tergilas.”
Asy-Syuyuti pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda: “Pada
hari kiamat akan di datangkan orang-orang yang membawa kebaikan laksana gunung
Tihamah. Tetapi Allah menjadikannya bagai debu yang berterbangan lalu mereka
dilemparkankan kedalam neraka.
“seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana itu bisa terjadi?”
Rasulullah
menjawab, “mereka dahulu adalah orang-orang yang rajin mngerjakan shalat,
berpuasa, mengeluarkan zakat, menunaikan haji, dan lain-lain dari amal
kebajikan. Namun demikian , ketika disodorkan kepada mereka harta yang haram,
mereka mau mengambilnya, maka Allah pun menghapus amalan mereka.”
Untuk mengatasi hal yang sedemikian rupa, tidaklah perlu metode
khusus untuk menanganinya, cukuplah dengan berpuasa saja. Karena, puasa
merupakan ibadah yang paling ampuh untuk melatih kejujuran.
Puasa melatih manusia untuk senantiasa menyadari kehadiran tuhan
dalam setiap detik hembusan nafasnya. Dengan berpuasa kita juga dilatih untuk
menyadari bahwa segala aktivitas yang kita lakukan akan selalu diawasi oleh
Allah dan akan dicatat oleh tentara Allah SWT. [Teuku]/Dhi