Foto : wasatha.com/fauzan
MEMERIAHKAN malam puncak Pekan Ilmiah
Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) VIII, kontingen yang berasal dari ambon membawakan tarian ratoh jaroe sebagai simbol persaudaraan dengan Aceh. Acara berlangsung di
lapangan utama UIN Ar-Raniry Banda Aceh Minggu (30/04/2017)
Tarian ratoh
jaroe umumnya ditarikan oleh para penari perempuan, tetapi berbeda dengan mereka, menampilkan para lelaki sebagai penari ratoh jaroe. Penampilan
mereka tambah ramai dengan adanya kolaborasi tarian orlapei dari Ambon.
Tarian
kolaborasi ini mereka beri nama “orlapeililakesah”. Saat Host menyambut
tampilan mereka, Host menjelaskan bahwa para penari merupakan atlet dan peserta di berbagai
cabang lomba. Host juga menjelaskan bahwa para penari berlatih selama
sekitar sebulan sebelum keberangkatan mereka ke Aceh.
Tari ratoh
jaroe merupakan perpaduan antara gerak badan dan tangan. Formasi,
kekompakan dan iringan musik rapai menjadi ciri khas tarian ini. Memiliki makna puji-pujian dan dzikir terhadap Allah
SWT.
Tari ratoh
jaroe berasal dari dua Bahasa yang berbeda, yakni ratoh dari
Bahasa Arab atau rateb artinya hal yang dilakukan secara
rutin, sedangkan jaroe berasal dari Bahasa Aceh artinya
“jari”. Tarian ini adalah simbol atau medium pujian dan dzikir terhadap Allah
SWT. Selain tari ratoh jaroe, tarian ini juga dikenal dengan
istilaah lain yaitu ratoh duek.
Sedangkan tarian orlapei merupakan tarian daerah asal Ambon. Tarian
ini adalah tarian sambutan kepada para tamu kehormatan pada acara-acara desa di
Maluku Tengah. Gerakan tarian ini menggambarkan suasana hati yang gembira dari
seluruh masyarakat terhadap kedatangan tamu kehormatan di desanya.
Tarian menggunakan
properti gaba-gaba (bagian tangkai pohon sagu/rumbia) serta
diiringi alat music tradisional rakyat Maluku, yaitu: Tifa, suling bambu,
ukulele dan gitar.[Teuku Fauzan Maulidin]/Dhi