Foto : Google
SETIAP manusia pasti mempunyai rasa cinta,
baik itu terhadap penciptanya yaitu Allah Subhanahu wa ta’ala, Nabi dan Rasul. cinta
antara manusia itu sendiri, benda serta kepada
segala sesuatu yang menjadi sebab timbulnya rasa cinta. Cinta adalah
fitrahnya setiap manusia yang di karuniakan Allah Subhanahu wa ta’ala, dan
semua manusia pasti pernah merasa mencintai dan dicintai.
Ketika cinta telah merasuki relung hati mengakar di sanubari,
serasa jiwa dimabuk kepayang, segala sesuatu terasa menjadi indah, bahkan hal
yang tidak masuk logika di lakukan atas nama cinta. Terlebih ketika seorang
manusia jatuh cinta terhadap lawan jenisnya. Seakan cinta itu bagaikan virus
yang perlahan-lahan merusak iman.
Banyak pemuda muslim dan muslimah zaman sekarang mengekspresikan
rasa cinta melalui pacaran. Padahal Al-qur’an telah memerintahkan kepada kita
untuk menjahui segala bentuk jalan perzinahan salah satunya adalah pacaran.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman,"Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk,” (Al-Israa’: 32).
Islam tidak melarang seorang muslim dan muslimah untuk jatuh cinta,
namun Islam memberikan langkah untuk mengekspresikan cinta secara benar yang mana
cinta itu nantinya akan mendatangkan cinta ilahi.
Apakah itu? Islam menawarkan obat yang paling mujarab perihal jatuh cinta, yaitu dengan
pernikahan.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata:
Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Belum pernah terlihat
ada obat yang lebih mujarab bagi dua orang yang jatuh cinta, selain menikah”
(H.R. Ibnu Majah, Kitab Nikah, Bab Keutamaan Nikah).
Menikah mendatangkan keberkahan, mendapatkan pahala yang besar di
sisi Allah, mendapatkan ridho Allah dan menjalankan sunnah rasul serta
menyempurnakan sebagian agama. kemudian pernikahan mendatangkan rezeki yang
berlimpah dari Allah Subhanahu wa ta'ala,” “Ada tiga orang yang akan
mendapatkan pertolongan Allah: (1) orang yang berjihad di jalan Allah, (2)
orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya, (3) budak mukatab yang ingin
membebaskan dirinya.” (HR. An-Nasa’i, no. 3218; Tirmidzi, no. 1655; Ibnu Majah,
no. 2518. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Semoga kita dihindari dari yang namanya pacaran dan di permudahkan
untuk menikah dan mendapatkan jodoh.[Rahim Rivari]/Dhi
Baca Juga :